Paul, menceritakan awal dirinya diperintahkan oleh Hendrik yang diduga sebagai otak pelaku. Paul menyebut dia bersama Farel dan Bejo diminta untuk mengamati lokasi yang tepat untuk dijadikan sasaran.
"Tanggal 25 Agustus (mengamati). Saya, Farel, Bejo disuruh Hendrik. Kata Bang Hendrik besok kita mainkan tanggal 26 Agustus. Jadi sekarang cobalah kalian pergi ke Simpang Limun, coba kalian tengok mana yang cocok menurut kalian yang bisa kita mainkan besok," sebut Paul.
Paul menyebut senjata yang digunakan pun telah disiapkan oleh Hendrik. Saat kejadian, dia memegang senjata laras pendek.
"Bang Hendrik semua yang nyiapkan. Saat kejadian, abang itu pegang yang panjang, saya yang pendek. Yang mecahkan kaca itu saya Pak," ucap Paul.
Paul lalu menjelaskan soal dia dan rekannya memakai Hansaplast saat beraksi. Dia mengaku itu agar tidak ada tinggal sidik jari di lokasi.
Sementara tersangka Farel, mengaku belum pernah dipenjara. Dia selama ini bekerja. Kepada Panca, Farel menjawab alasannya untuk ikut terlibat dalam aksi perampokan toko emas.
"Karena duit lah pak. Katanya Rp 100 juta. Karena emas sudah dikumpuli, satu tas semua, terus dibagi lah duit uang Rp 4 juta per orang. Terus dibilang pokoknya kelen (kalian) harus percaya sama abang. Kalo emas ini nanti abang yang jual. Nomor kalian tetap aktif, tunggu kabar abang selanjutnya," katanya.
Senada dengan dua tersangka lainya, Bejo mengaku dirinya juga dijanjikan uang Rp 100 juta oleh Hendri.