Lima orang tewas dan sisanya mengalami luka-luka. Korban yang meninggal, Kapten Penerbang Agus (pilot), Sertu Parlan (AU), dan tiga prajurit Kopassus yakni, Lettu Umar, Serda Pitoyo, dan Pratu Sudiono.
Kejanggalan berikutnya, Markus bercerita, sandera yang gagal diselamatkan. Menurut Markus para penyandera telah bersumpah untuk tidak menghilangkan nyawa para sandera.
Baca Juga: Fakta Ledakan Petasan di Kebumen, Api Rokok Jadi Penyebab Hingga Wajah Korban Tak Lagi Bisa Dikenali

Foto gagah Prabowo Subianto, yang memimpin langsung operasi pembebasan 11 sandera OPM di hutan Mapenduma, Papua pada 9 Mei 1996.
“Sebab menghilangkan nyawa berarti harga yang harus dibayar mahal atas kritikan dan hilangnya simpati dunia terhadap perjuangan OPM,' kata Markus Warib kepada Decki Natalis Pigay dalam wawancara yang termuat di Evolusi Nasionalisme dan Sejarah Konflik di Papua.
Sementara menurut Letkol I Nyoman Cantiyasa, komandan Tim Kilat II Kopassus yang terlibat dalam operasi, kedua sandera itu berusaha menyelamatkan diri ketika terjadi baku tembak antara gerombolan OPM dan pasukan penjejak Kopassus dari Tim Kasuari I.
Baca Juga: Dulu Diadukan ke Wapres, Abu Janda Pamer Foto Bareng Ahok Usai Dapat Kabar Tengku Zul Wafat: Karma
Untuk menutup ruang gerak OPM, pasukan penyerbu Tim Kilat Kopassus meminta bantuan tim penutup Pandawa dari Kostrad untuk menghadang gerombolan. Baku tembak terjadi cukup ramai.
“Beberapa anggota gerombolan penyandera tewas tertembak dan sebagian melarikan diri. Dua orang sandera tewas dibacok dan yang lain luka-luka ketika mencoba kabur,” kata Nyoman dalam “Pembebasan Tim Lorentz di di Mapenduma” termuat di Kopassus untuk Indonesia suntingan Iwan Santosa dan E.A. Natanegara.
Operasi Mapenduma juga menyisakan pertanyaan apakah ada keterlibatan pasukan asing.
Baca Juga: Tengku Zul Meninggal Dunia, Sang Ulama Tegaskan Baru Mau Bantu Pemerintah Jika Presiden Jokowi Wafat