
Foto gagah Prabowo Subianto, yang memimpin langsung operasi pembebasan 11 sandera OPM di hutan Mapenduma, Papua pada 9 Mei 1996.
Tetapi di balik sukses operasi pelepasan sandera OPM, berhembus isu miring atas keputusan Prabowo untuk terjun langsung ke medan pertempuran di hutan Mapenduma.
Saat itu, Letnan Jenderal Kepala Staf Umum ABRI Soeyono setidaknya menangkap keganjilan.
Hal ini berkaitan dengan sikap membangkang Prabowo sebagai Danjen Kopassus jelang operasi pembebasan.
Dalam biografinya, Soeyono menuturkan, dalam suatu rapat pembahasan rencana operasi, Prabowo hanya mengirim wakilnya, Kolonel Idris Gasing.
Soeyono meminta Kolonel Idris untuk memberikan gambaran konsep pengerahan pasukan apabila nanti diperlukan.
Namun, jawaban Idris membuat Soeyono terkejut. Tanpa mau menjelaskan alasannya, Idris menjawab bahwa ia tidak diperbolehkan oleh komandannya (Prabowo) untuk memaparkan garis besar rencana operasi pembebasan sandera. Boleh jadi karena rencana operasi tergolong rahasia.

Foto gagah Prabowo Subianto, yang memimpin langsung operasi pembebasan 11 sandera OPM di hutan Mapenduma, Papua pada 9 Mei 1996.
“Aneh, padahal saya yang mempunyai kewenangan memberikan warning order,” kata Soeyono sebagaimana terkisah dalam biografinya Soeyono: Bukan Puntung Rokok yang disusun Benny Butar-butar.