Bedanya, Edy berhasil mengalahkan Djarot Saiful Hidayat, sedangkan Akhyar dikalahkan Bobby Nasution. Jadi, konstituennya itu memang kira-kira bedalah,” kata Qodari, Minggu (9/5/2021).

Wali Kota Medan Bobby Nasution saat meninjau kondisi sampah di Gang Kurnia, Kecamatan Medan Polonia, Medan. Bobby kena semprot Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi soal tempat isolasi untuk pendatang luar negeri.
Kedua, perbedaan latar belakang. Adanya perbedaan latar belakang antara Edy dan Bobby sehingga mempengaruhi konsep, cara atau gaya kepemimpinan dan pendekatan berbeda dalam menjalankan pemerintahan.
Edy sebagaimana diketahui memiliki latar belakang militer, mantan Pangkostrad, sementara Bobby dari kalangan sipil.
Menurut Qodari, konflik Edy dengan Bobby mengingatkan dirinya dengan konflik pada pertengahan tahun 2011 antara Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo dengan Wali Kota Solo Joko Widodo.
Menurutnya, kala itu Bibit menyebut Jokowi ‘bodoh’ karena menolak rencana pembangunan mal di atas lahan bangunan kuno bekas Pabrik Es Saripetojo yang berlokasi di Purwosari, Laweyan Solo.
“Dulu, Gubernur Jawa Tengah pernah berseteru dan menyebut Pak Jokowi bodoh ketika itu. Pak Jokowi adalah Wali Kota Solo, kebetulan memang latar belakang Pak Edy ini mirip banget dengan Pak Bibit, sama-sama militer, sama-sama pernah menjadi Panglima Kostrad. Bibit berseteru dengan Jokowi. Mirip Edy vs Bobby sekarang ini,” beber Qodari.
Ketiga, ada nuansa kompetisi terselubung. Qodari memprediksi perseteruan akan panjang karena selain beda konstituen, Edy bisa saja melihat Bobby sebagai lawan potensial untuk masa jabatan kedua di Pilgub Sumut 2024.
“Jadi, dalam konteks ini kebijakan publik itu menjadi lebih rumit,” ujar Qodari.