Namun, berita tersebut memicu kemarahan dari politisi dan responden 9/11.
Mereka mengecam keputusan pemerintah mendahulukan vaksinasi teroris dari pada kepada warga AS sendiri.
Rencana vaksinasi itu dilakukan di tengah kekurangan dosis yang telah menghambat upaya inokulasi di seluruh AS.
Baru sekitar 26 juta orang AS yang telah divaksinasi sejauh ini. Tom Von Essen, yang menjadi Komisaris Pemadam Kebakaran kota selama 9/11, meminta pemerintah tidak main-main dalam hal ini.
Menurutnya, pemerintah konyol jika memberikan vaksin kepada orang-orang tidak berprikemanusiaan di Teluk Guantanamo terlebih dulu, sebelum setiap penduduk Amerika Serikat mendapatkannya.
“Ini benar-benar gila,'' kata Von Essen kepada New York Post. John Feal, pengawas pembongkaran di tumpukan Ground Zero, juga menyampaikan kritik pada pemerintah.
Baginya, fakta bahwa komunitas 9/11 tidak bisa mendapatkan vaksin, sedangkan teroris didahulukan menunjukkan betapa terbelakangnya pemerintah AS saat ini.
“Itu hal paling menggelikan yang pernah saya dengar. Itu merupakan penghinaan bagi orang-orang yang berlari ke menara dan terbunuh dan mereka yang bekerja di tumpukan selama berbulan-bulan dan sakit.”
Elise Stefanik, Anggota DPR Partai Republik New York, berkata, "Tidak dapat dimaafkan dan tidak mencerminkan kebangsaan Amerika, jika Presiden Biden memilih memprioritaskan terpidana teroris di Gitmo daripada senior atau veteran AS yang rentan."