Selama pandemi corona, pengunjung hanya boleh mendaki 2 hari satu malam dan kuota pendakian dibatasi di bawah 100 orang.
"Akhirnya saya melakukan double booking dan menyerahkan booking-an tersebut kepada keluarga porter yang ada di Sembalun atau kawan-kawan porter," sambungnya.
Dan ternyata Fiersa Besari berangkat menuju pendakian seperti tanggal kesepakatan awal yakni 11 dan 12 Oktober.
Namun saat pendakian, Fiersa dan tim terkendala cuaca angin kencang yang membuatnya harus memilih antara terus melanjutkan perjalanan, turun atau tetap tinggal.
Fiersa akhirnya memilih tinggal dan menunggu cuaca membaik untuk kembali melakukan pendakian.
Dan dia menegaskan tak ada niatan untuk berlama-lama untuk tetap tinggal di atas.
"Nah setelah itu ternyata Arsal Bahtiar ini bisa berangakt ke Lombok seperti waktu yang awal, 11 dan 12. Akhirnya kami berangkat ke Lombok 10 Oktober," ucap Fiersa.
"Dan ketika mendaki, kami terjebak angin kencang, akhirnya saya cuma punya tiga pilihan memaksakan lanjut untuk muncak, turun atau stay.
Kalau kami memaksakan lanjut, saya enggak siap dengan resiko karena angin sangat kencang, dan saya takut terjadi apa-apa sama tim.
Kalau turun hal tersebut berat dilakukan, karena kami datang ke sana bukan mendaki tapi juga untuk membuat video dokumenter untuk YouTube saya yang kontennya Atap Negeri," tutur Fiersa.