Dari 20 siswa yang ada, sekitar seperempatnya tidak memiliki ponsel. "HP saya buat gantian. HP saya juga digunakan untuk tethering di sini.
Siswa dibagi tiga kelompok, ada yang ujian di sini, ada juga yang di rumah pengurus BUMDes di bawah sana, ada wifi-nya," ujar Isrodin.
Isrodin mengaku tidak bisa memaksakan siswa memiliki ponsel dan membeli kuota internet. Pasalnya, sebagian besar orang tua siswa hanya bekerja sebagai buruh tani di hutan.
"Kalau untuk lokasi ujian di bukit enggak masalah, karena mereka terbiasa belajar di alam," kata Isrodin.
Sekolah yang berdiri tahun 2014 ini memang memiliki konsep pembelajaran yang unik.
Pada kondisi normal, pembelajaran lebih sering dilakukan di luar ruang. Tanpa seragam pula.
Di tengah kegiatan belajar mengajar, para siswa juga praktik bercocok tanam, beternak, dan budidaya ikan.
Siswa tidak dipungut biaya sepeser pun, pendaftaran siswa baru cukup dengan hasil bumi.
"Selama pandemi ini pembelajaran pakai HT bantuan dari Orari Banyumas. Siswa dibagi beberapa kelompok, masing-masing kelompok saya kasih dua atau tiga HT," jelas Isrodin.
Isrodin mengatakan, UTS yang dimulai sejak Senin (21/9/2020) akan berlangsung hingga akhir pekan ini.