Hal itu yang membuat banyak warga memilihnya, meski ia dari kelompok minoritas.
"Kami pilih pemimpin desa, bukan pemimpin agama, sehingga kami tidak pandang dia dari agama apa. Kami nilai dia layak jadi pemimpin desa," kata Edi.
Edi menyebut, toleransi antarumat beragama di desa itu sangat kental dan kuat. Ia mengatakan, dalam kehidupan sehari-hari, antara orang Katolik dan Muslim tidak pernah ada benturan.
"Kami hidup berdampingan dengan baik. Kami di sini tidak pernah membedakan siapa mereka dan kita," kata Edi.
Edi menyebut, satu hal yang paling diapresiasi warga yaitu saat Ahmad mengangkat aparat desa tanpa melihat agama dan lawan politiknya.
"Saya sendiri tidak mendukung Beliau pada pemilihan. Tetapi, Beliau angkat saya jadi aparat desa. Tentu, ini merupakan pendidikan politik yang baik," ujar Edi.
(Kompas.com/Kontributor Maumere, Nansianus Taris)