"Saya ingin secara mutlak, dengan tegas mengesampingkan apa pun yang menjadi milik kami di pelabuhan (Beirut)."
"Tidak ada senjata, tidak ada rudal, atau bom atau senapan atau bahkan peluru atau amonium nitrat," kata Nasrallah pada Jumat (7/8/2020).
"Tanpa ada yang disembunyikan, tidak ada apa-apa. Tidak sekarang, tidak selamanya," lanjutnya.
Namun, pernyataan dari kelompok Hizbullahh tersebut masih belum bisa dipercaya.
Merunut kejadian sebelumnya, di mana sebelum ledakan besar itu terjadi, dan setelah Hizbullah meningkatkan ketegangan dengan Israel, Nasrallah telah bersiap untuk menyampaikan suatu pidato kepada negara Lebanon pada Rabu (5/8/2020).
Namun, niat tersebut urung dilakukan setelah secara tiba-tiba ledakan besar terjadi di pelabuhan, yang menjadi pusat pengadaan barang di ibu kota Lebanon dari luar negaranya.

Sebuah helikopter berusaha memadamkan api dalam ledakan yang terjadi di pelabuhan Beirut, ibu kota Lebanon, pada 4 Agustus 2020.
Jauh sebelum kejadian ledakan besar di Beirut, Nasrallah pernah mengancam akan menargetkan kilang kimia dan minyak di pelabuhan Haifa, pelabuhan alami milik Israel di Laut Tengah.
Penargetan itu sebagai upaya menciptakan ledakan yang mirip dengan yang telah terjadi di pelabuhan Beirut.
Selama perang antara Hizbullah dengan Israel pada 2006, kelompok militan Syiah itu menembakkan ratusan rokte ke pelabuhan Haifa.