Begitupun untuk fase 2 dan fase 3, beberapa kondisi bisa dilakukan bersamaan atau jika fase sebelumnya sudah selesai keberhasilannya hingga 70-80 persen saja.
Untuk diketahui, administrasi pembuatan vaksin pada umumnya tidak memperbolehkan terjadinya fase uji yang tumpang tindih seperti itu.
Alhasil, waktu pembuatan vaksin bisa mencapai hitungan tahun, dengan rata-rata bila tidak dalam kondisi pandemik adalah sekitar lima sampai enam tahun.
Proses yang tidak bisa dipercepat
Namun, Amin juga menegaskan bahwa ada prosedur pembuatan vaksin yang tidak bisa dipercepat yaitu proses di laboratorium.
Proses di laboratorium adalah proses awal untuk mencari bahan baku utama dalam pembuatan vaksin dengan target antigen yang efektif menangkal virus tersebut.
Proses mencari bahan baku utama di laboratorium juga disebutkan sebagai penentu terhadap kondisi risiko yang terjadi jika nantinya vaksin tersebut sampai diujicobakan terhadap hewan ataupun manusia.
Jika bahan baku utama ini keliru dengan fatal, dampak risiko atau efek samping yang fatal juga bisa terjadi.
"Proses di lab (laboratorium) tidak bisa dipercepat. Kalau dipercepat, produk bisa tidak optimal dan mungkin berisiko pada manusianya," tegas Amin.
Target utama pembuatan vaksin adalah sebagai antigen yang ketika masuk ke dalam tubuh, akan disambut dengan respon yang baik oleh sel imun atau sistem kekebalan tubuh.