Presiden Aoun, Jumat (7/8/2020), mengakui bahwa sistem yang ”lumpuh” perlu ”dipertimbangkan kembali”. Dia menjanjikan ”keadilan yang cepat” atas peristiwa tersebut.
Namun, dirinya menolak seruan luas untuk digelarnya penyelidikan internasional atas peristiwa itu.
Ia menilai masuknya pihak internasional justru akan membuyarkan upaya mencari kebenaran atas apa yang sesungguhnya terjadi dalam peristiwa itu.
”Ada dua kemungkinan skenario tentang apa yang terjadi: kelalaian atau campur tangan asing melalui rudal atau bom,” kata Aoun.
Pernyataan Aoun tersebut merupakan pernyataan pertama kali dari seorang pejabat tinggi Lebanon tentang kemungkinan serangan dalam peristiwa ledakan dahsyat di pelabuhan itu.
Apa yang memicu serta siapa yang bertanggung jawab atas penyimpanan besar-besaran bahan kimia tersebut hingga kini masih belum jelas.

Seorang pria yang terluka dibantu saat berjalan melewati puing-puing di distrik Gemmayzeh, Beirut, Lebanon, usai terjadinya ledakan susulan, Selasa (4/8/2020). Sebanyak 73 orang tewas dan ribuan lainnya dilaporkan terluka dari insiden dua ledakan besar yang mengguncang Beirut tersebut.
Sejumlah pejabat Lebanon sebelumnya mengatakan adanya pekerjaan perbaikan gudang di kawasan pusat ledakan yang dimulai baru-baru ini sebelum peristiwa memilukan itu terjadi.
Seruan agar dilakukan penyidikan internasional itu dilontarkan oleh Kubu 14 Maret yang dikenal pro-Arab Saudi dan kontra Iran. Kubu 14 Maret itu terdiri dari Partai Al-Mostaqbal pimpinan Saad al-Hariri, Partai Sosialis Progresif yang berbasis massa kaum Druze pimpinan Walid Jumblatt, Partai Kekuatan Lebanon pimpinan Samir Geagea, Partai Kataeb pimpinan Sami Gemayel, dan Mufti Lebanon pimpinan Sheikh Abul Latif Derian.
Perlu diketahui, pemerintah baru Lebanon pimpinan PM Hassan Diab yang dibentuk pada Januari lalu ditengarai didominasi oleh Kubu 8 Maret.