Pejabat itu kemudian mengirim sedikitnya lima surat lagi selama tiga tahun setelahnya, pada 5 Desember 2014, 6 Mei 2015, 20 Mei 2016, 13 Oktober 2016, dan 27 Oktober 2017.
Di dalam surat itu, pejabat Merhi meminta agar terdapat panduan dan peringatan bahwa bahan kimia yang ada di dalam kargo tersebut sangat berbahaya, ungkap direktur Bea Cukai Lebanon saat ini, Badri Daher, kepada LBCI, Rabu (5/8/2020).
Mereka menawarkan tiga pilihan, yaitu mengekspor bahan kimia tersebut, memberikan kepada militer Lebanon, atau dijual secara privat ke perusahaan bahan peledak milik orang Lebanon.
Namun, lagi-lagi tidak ada jawaban. Setahun kemudian, Daher juga menulis kepada hakim pengadilan satu kali lagi.
Pada 27 Oktober 2017, Daher mendesak hakim untuk segera mengambil keputusan dengan mengatakan, "Sangat berbahaya meninggalkan barang-barang ini di tempat mereka sekarang, dan berbahaya bagi mereka yang bekerja di sana."
Akan tetapi, kenyataannya, hampir tiga tahun kemudian, amonium nitrat itu masih berada di gudang tersebut.
Pelabuhan Beirut "Goa Ali Baba dan 40 Penyamun"
Sampai saat ini, penyebab ledakan amonium nitrat masih belum dapat dipastikan. Namun, banyak warga Lebanon dengan cepat memberi kesimpulan:
Kapal kargo amonium nitrat telah ditelantarkan dalam kondisi rusak akibat kelas politik pemerintahan mereka yang korup dan membuat para warga sangat "jijik" terhadap mereka.
Pelabuhan Beirut dijuluki "Goa Ali Baba dan 40 Penyamun" karena saking banyaknya jumlah uang yang "dicuri" dari sana selama beberapa dekade.