Follow Us

Pecah Perang di Laut China Selatan? Tak Sabar Tunggu Kedatangan Kapal Induknya, Kapal Perang Amerika dan China Saling Berhadapan Hanya dalam Jarak 100 Meter!

Bayu Dwi Mardana Kusuma - Rabu, 17 Juni 2020 | 11:56
ILUSTRASI. Kapal induk AS dan Australia di Laut China Selatan.
Australia Department Of Defence/via Kontan

ILUSTRASI. Kapal induk AS dan Australia di Laut China Selatan.

Sementara kapal ketiga adalah USS Nimitz di Pasifik Timur, seperti mengutip press release dari Angkatan Laut AS.

Masing-masing kapal membawa 60 jet tempur, sehingga pengiriman tiga kapal induk ini menjadi pengiriman kapal pembawa jet tempur terbesar di Pasifik sejak 2017.

Baca Juga: Kabar Baik, Tim Peneliti Unair Berhasil Temukan Kombinasi Obat yang Dijual Bebas Buat Pasien Corona, Inilah Penjelasannya

Saat itu, pengiriman kapal dilakukan saat ketegangan dengan Korea Utara terkait program nuklir mereka mencapai puncak.

"Kapal induk dan jet tempur yang dibawa mereka adalah simbol fenomenal dari kekuatan Angkatan Laut Amerika.

"Aku sendiri benar-benar bersemangat bahwa kita mendapatkan tiga sekaligus," Laksamana Muda Stephen Koehler, ketua operasi Komando Indo-Pasifik di Hawaii menyebutkan kepada AP.

Sementara pada hari Minggu, Partai Komunis mengatakan ketiga kapal tersebut dapat mengancam tentara yang menjaga Laut China Selatan.

Baca Juga: Tragis! Sehabis Gelar Konser Musiknya yang Meriah, Penyanyi Jebolan Ajang Pencarian Bakat Ini Mendadak Meregang Nyawa di Depan Kamera: Ditembak Mati Laki-laki Misterius

Kapal Induk AS, USS Nimitz

Kapal Induk AS, USS Nimitz

"Dengan mengumpulkan ketiga kapal induk ini, Amerika mencoba mendemonstrasikan kepada seluruh wilayah dan bahkan seluruh dunia jika mereka tetap menjadi militer angkatan laut terkuat di dunia.

"Pasalnya mereka bisa masuk Laut China Selatan dan mengancam pasukan China yang berjaga di pulau Spratly dan Paracel, dan kapal induk itu melewati perairan terdekat.

"Sehingga Amerika sukses melakukan politik hegemoniknya," ujar Li Jie, ahli angkatan laut Beijing dikutip dari Global Times.

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya

Latest