Dari istri pertama, Kertosudiro dikaruniai dua anak. Namun, hubungan orang tua Pak Harto tidak serasi.
Mereka cerai setelah Pak Harto lahir. Beberapa tahun kemudian, Ibu Sukirah menikah lagi dengan seseorang bernama Atmopawiro.
"Pernikahannya ini melahirkan tujuh anak. Ayah saya juga menikah lagi dan mendapat empat anak lagi," tutur Pak Harto.
Pak Harto tidak lama diasuh ibunya. Belum genap berusia 40 hari, ia diasuh kakeknya, Kromodiryo, karena sang ibu sakit dan tidak bisa menyusui.
Mbah Kromo-lah yang mengajarinya berdiri dan berjalan, dan kerap mengajaknya main ke sawah.
Soeharto cilik sangat gemar naik garu yang ditarik kerbau, serta main lumpur di sawah.
Di sawah, Soeharto kecil juga suka sekali mencari belut, yang kemudian dimasak untuk lauk makan.
Kelak, setelah jadi presiden, Pak Harto mengaku masih senang menyantap belut. Perjalanan waktu membuat Pak Harto pindah-pindah sekolah semasa kecil.
Mulanya ia sekolah di Desa Puluhan, daerah Godean.