Di Benchmark internasional, minyak mentah Brent diperdagangkan 68,87 dollar AS per barrel pada Rabu pagi dan kini naik hampir 0,9 persen ke 71,75 dollar AS per barrel di awal sesi perdagangan.
Ini merupakan level tertinggi sejak September 2019. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS yang diperdagangkan dengan harga 63,02 dollar AS per barrel naik sekitar 0,4 persen di level 65,65 dollar AS per barrel di awal perdagangan.
Kenaikan harga minyak terbaru menyusul konfirmasi dari pejabat Pentagon, di mana Iran meluncurkan lebih dari 12 rudal balistik di beberapa pangkalan militer yang menampung pasukan AS pada dini hari tadi.
Serangan rudal itu terjadi selang beberapa jam setelah pemakaman Qasem Soleimani, seorang komandan militer Iran yang tewas oleh pesawat tak berawak AS di Bandara Internasional Baghdad, akhir pekan lalu.
Potensi eskalasi lebih lanjut mendorong beberapa pihak untuk mengantisipasi kekurangan pasokan minyak yang tidak direncanakan di Timur Tengah.
Francisco Blanch, kepala penelitian komoditas dan turunannya dari Bank of America, mengatakan, ia yakin jika Iran menutup Selat Hormuz, kemungkinan besar akan mengirim minyak mentah berjangka dengan harga tinggi.
"Mengingat kekhawatiran Iran akan respons militer AS yang kuat, itu akan menyebabkan lonjakan harga minyak sebesar 20 dollar AS hingga 40 dollar AS per barrel," ungkapnya.
Administrasi Informasi Energi (EIA) memperkirakan bahwa 76 persen dari minyak mentah dan kondensat yang bergerak melalui choke point didistribusikan ke pasar Asia pada tahun 2018.