Adapun cabang lain yang masuk kluster kedua, ketiga, dan keempat, rata-rata hanya melakukan pelatnas enam bulan karena keterbatasan anggaran. Bahkan, di kluster keempat, ada cabang yang melakukan pelatnas cuma dua-tiga bulan, seperti sofbol dalam naungan PB Perbasasi.
”Situasi ini tidak sesuai dengan semangat pembinaan atlet yang mestinya terus berkelanjutan. Pasti, hal itu akan turut memengaruhi performa atlet pada SEA Games nanti,” katanya.
Manajer pelatnas PB PASI Mustara Musa mengatakan, tak hanya masyarakat, pemerintah juga tidak boleh terlalu berharap banyak ada perbaikan prestasi dari SEA Games 2017 ke SEA Games 2019.
Pasalnya, pemerintah sendiri tidak memberikan dukungan penuh terhadap jalannya pelatnas. Bukan masalah anggaran bantuan pelatnas, melainkan lebih kepada sarana tempat latihan.

Tim Putra bulu tangkis Indonesia pada SEA Games 2019 di Filipina, 1-9 Desember 2019.
Sejauh ini, atletik yang melakukan pelatnas di Stadion Madya Senayan, Jakarta sering kali tergusur dari pelatnas karena kepentingan komersial pihak pengelola.
Bahkan, tak jarang, pelatnas harus libur karena ada kegiatan yang tak boleh diganggu di Stadion Madya maupun Stadion Utama Gelora Bung Karno, seperti kegiatan sepak bola.
”Uang memang penting, tetapi kami tidak pernah terlalu banyak menuntut soal uang. Kami hanya menuntut agar dapat keistimewaan untuk melakukan pelatnas di Stadion Madya Senayan. Latihan yang nyaman itu adalah faktor penting dalam pembinaan. Sekarang, latihan kami justru sering tergusur. Dari itu, pemerintah juga harus maklum jika kami tidak bisa memberikan prestasi tinggi seperti yang mereka harapkan, yakni menggusur Malaysia di peringkat ketiga perolehan medali atletik SEA Games 2017 dengan 8 emas, 8 perak, dan 9 perunggu,” tuturnya.

Jadwal pertandingan Timnas U-22 di SEA Games 2019
Wakil Ketua PB Perbasasi Leo Agus menuturkan, cabang mereka hanya masuk kluster keempat dengan anggaran bantuan yang cukup untuk pelatnas dua-tiga bulan saja, tepatnya dari Oktober-Desember.