Menurut dia, isu rasisme menjadi pelecut KKB yang selama ini terus berpindah di hutan-hutan di wilayah pegunungan Papua.
"Namun, memang kami memonitor, dengan adanya beberapa kerusuhan yang terjadi, yang menurut kepolisian itu didalangi oleh KNPB dan UNLWP, timbul suatu gerakan solidaritas dari mereka yang berada di hutan," kata Dax.
Komandan Kodim 1702/Jayawijaya Letkol Inf Candra Dianto mengungkapkan pada saat terjadi kerusuhan di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, pada 23 September, sempat terjadikontak senjataantara aparat gabungan TNI-Polri dan KKB.
"Kami dua kali kontak tembak," kata Candra. Menurut dia, saat terjadi kontak senjata, aparat tidak fokus untuk mengejar kelompok tersebut karena sedang melakukan evakuasi warga. Namun, ia memperkirakan bahwa kelompok tersebut berasal dari Kabupaten Lanny Jaya.

KKB Papua Nyatakan Siap Perang dengan TNI-Polri, Namun Sudah Bolehkah Pakai Helikopter?
"Di Pasar Jibama sekali, kemudian di Kutikerek (kontak senjata) dengan Koramil. Dugaan saya itu dari kelompoknya Purom Okinam Wenda dari Lanny Jaya karena dia sempat mengeluarkanstatement bahwa dia akan balas dendam atas meninggalnya Wempius Wantik," tutur Candra.
Lalu pada 26 September, KKB kembali berulah di Kabupaten Puncak. La Ode Alwi dan Midung yang berprofesi sebagai tukang ojek tewas tertembak.
Dua hari berselang, KKB kembali menewaskan seorang warga Distrik Ilaga, Kabupaten Puncak, bernama Oyong yang berprofesi sebagai pedagang.
Kemudian pada 29-30 September 2019, KKB berani masuk ke Distrik Ilaga yang merupakan ibu kota Kabupaten Puncak. Selama dua hari, terjadi kontak senjata antara KKB dan aparat gabungan TNI-Polri.
Meski tidak sampai menyebabkan timbulnya korban, kejadian tersebut membuat 500 warga Ilaga mengungsi.
Kepolisian Daerah (Polda) Papua berhasil menangkap Iris Murib, salah satu pimpinan kelompok kriminal bersenjata (KKB).