Manusia berpikir jika perasaan dan emosi mereka dikendalikan oleh logika dan alasan yang masuk akal. Sayangnya, hal ini selalu terbalik.
Terkadang, manusia pada akhirnya menggunakan kemampuan berpikir mereka untuk membenarkan perilaku mereka yang memang terbawa emosi.
Fenomena ini dikenal dengan nama emotional reasoning atau penalaran emosional yang bisa menyesatkan seseorang tanpa mereka sadari.
Psikiater Aaron T. Beck pertama kali memperhatikan hal ini terhadap pasien yang mengalami depresi.
Dia menemukan banyak pasien yang menyimpulkan hal yang tidak benar terhadap diri mereka sendiri berdasarkan apa yang mereka rasakan, dibanding pada fakta sebenarnya.
Kondisi ini kemudian bisa memengaruhi keyakinan seseorang akan sebuah topik. Bahkan ketika mereka merasa takut, cemas, atau bahkan tidak nyaman terhadap suatu topik.
Maka, mereka dapat dengan mudah melompat ke kesimpulan jika topik tersebut buruk atau berbahaya.

ilustrasi wanita depresi
Sekali manusia percaya pada suatu hal, maka ia akan berpegang teguh pada hal tersebut.
Bias konfirmasi adalah kecenderungan seseorang untuk mencari informasi tambahan guna mendukung kepercayaan mereka, meski hal tersebut salah.
Hal ini dilatarbelakangi karena adanya kecenderungan manusia mengelilingi dirinya sendiri dengan hal yang mereka percayai.