Namun kalau kita boleh berpikir terbuka, sebenarnya siapa pun boleh memotret dan berpameran. Dalam hal pameran BJ Habibie ini, satu hal yang sangat menonjol adalah, dia saat ini adalah Presiden Indonesia. Satu hal yang pasti, pameran ini pasti istimewa.
Menengok 178 foto yang dipajang pada pameran ini, hal pertama yang dirasakan pengunjung adalah sesuatu yang khas. Sebagian besar karya BJ Habibie diabadikan di angkasa. Obyek awan mendominasi sudut-sudut pameran.

Pameran foto dan peluncuran buku “Cahaya, Kecepatan, Waktu dan Ruang Angkasa” Karya Presiden BJ Habibie di Galeri Depdikbud, Gambir, Jakarta, 25 Juni – 02 Juli 1999.
Dalam fotografi, hanya ada satu hal yang bisa dinilai secara eksak, yaitu masalah teknis. Namun, tidak pernah ada kata sepakat kalau kita mendebatkan hal tentang baik dan buruk, indah dan jelek sebab ini sangatlah subyektif.
Dalam hal foto-foto karya BJ Habibie, kita boleh sepakat bahwa foto-fotonya secara teknis bagus. Bahkan dalam pidato pembukaannya, BJ Habibie membuktikan bahwa ia sungguh mengerti teknik fotografi dan hafal betul detil pengambilan tiap fotonya.

Pameran foto dan peluncuran buku “Cahaya, Kecepatan, Waktu dan Ruang Angkasa” Karya Presiden BJ Habibie di Galeri Depdikbud, Gambir, Jakarta, 25 Juni – 02 Juli 1999.
Kita boleh mengatakan foto-foto Habibie bagus, boleh pula sebaliknya. Namun menilai seorang fotografer tidak bisa dari satu karya saja. Dan dari ke-178 foto-fotonya, kita harus sepakat bahwa Habibie cinta angkasa dan fotografi sekaligus.
Selain itu, foto-foto Habibie membuktikan pula bahwa presiden kita ini tidak pernah berhenti berpikir. Ia selalu sibuk dengan berbagai urusan sehingga waktu luangnya sangat tipis yaitu dalam perjalanan antara satu titik ke titik lain. Dan di situlah ia memotret.

Darwis Triadi dan mendiang BJ Habibie seusai diskusi tentang kamera pada tahun 2012 di kediaman Habibie di Kuningan, Jakarta.