Bila kita sekarang berkendaraan mobil dari Yogyakarta menuju ke Solo, maka sebelum tiba di kota Kartosuro dimana jalan kita akan bertemu dengan jalan raya Semarang-Solo, di kanan jalan akan kita lihat sebuah Kesatrian RPKAD (sekarang Kopassus) yang dikelilingi lapangan amat luas.
Tempat ini dikenal dengan nama "Kandang Menjangan" yang dahulunya merupakan semacam hutan suaka yang dikelilingi pagar dari balok-balok kayu jati milik Kasunanan Surakarta.

Tapak Bastion Hollandia. Dari benteng itu serdadu VOC beramunisi tahi menyerang prajurit Mataram.
Ke dalam hutan yang merupakan "kandang" amat luas ini dilepaskan berbagai macam hewan buruan yang ditangkap dari hutan atas perintah Sunan.
Hewan itu dibiarkan bebas berkeliaran dan berkembang biak. Pada waktu-waktu tertentu Sunan menyelenggarakan acara berburu di tempat tersebut sebagai salah satu rekreasi kaum bangsawan.
Tempat semacam ini dalam bahasa Jawa disebut "Krapyak".
Baca Juga: Hari Ini Tragedi Pembantaian Atlet di Olimpiade Munich Picu Serangan Balas Dendam Israel yang Keji
Berziarah sambil berburu
Apa sebabnya daerah itu yang dipilih menjadi Krapyak disebabkan beberapa hal. Pertama, karena ibukota Mataram sebelum dipindahkan ke Kartosuro adalah di Plered dan Kerto yang letaknya berdekatan dengan Krapyak-krapyak tadi.
Kedua, karena raja-raja Mataram mempunyai kebiasaan untuk menyepi dan bersemadi di gua-gua yang ada di pantai Selatan, guna meminta berkah dari Nyai Roro Kidul sebagai Penguasa Laut Selatan, agar dapat memimpin kerajaannya dengan baik.
Selama mereka bersemadi itulah kadang-kadang diadakan acara selingan berburu sebagai rekreasi. Waktu ibukota Mataram dipindah ke Kartosuro dan kemudian ke Surakarta, Krapyak-krapyak tadi tetap dipelihara meskipun jaraknya amat jauh untuk ukuran waktu itu.