Keluarga Geram Dana Ahli Waris Dikentit ACT, Begini Wasiat Kopilot Lion Air JT 610 yang Jatuh di Karawang, Foto Almarhum Dibanjiri Doa

Senin, 11 Juli 2022 | 11:47
Facebook

Harvino Kopilot Lion Air JT 610 yang jatuh di Karawang punya wasiat begini. Keluarganya geram dana ahli waris dikentit ACT.

Fotokita.net - Dana ahli waris korban jatuhnya pesawat Lion Air JT-610 diduga dikentit olehYayasan Aksi Cepat Tanggap (ACT). Mendengar kabar miring ini, keluarga korban sampai geram. Ternyata begini wasiat kopilot Lion Air JT-610 yang jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat. Foto almarhum dibanjiri doa.

Dugaan penggelapan dana ahli waris korban kecelakaan Lion Air JT 610 sudah membuat Bareskrim Polri turun tangan. Penyidik Bareskrim Polri mulai melakukan pemeriksaan terhadapPresiden ACT Ibnu Khajar dan mantan Presiden ACT Ahyudin pada Jumat (8/7/2022). Pemeriksaan dilanjutkan pada Senin (11/7/2022).

Pesawat Lion Air JT-610 yang jatuh di Karawang pada tahun 2018 menyisakan duka bagi keluarga korban. Pihak maskapai telah memberikan dana kompensasi kepada ahli waris korban. Namun, keluarga Harvino kopilot Lion JT-610 sampai dibuat geram mendengar dana ahli waris dikentit ACT. Ternyata begini wasiat kopilot Lion Air JT-610. Foto almarhum dibanjiri doa.

Dana ahli waris korban kecelakaan Lion Air JT 610 yang diberikan maskapai tercatat dalam jumlah besar.Dana bantuan itu terdiri dari santunan tunai senilai Rp 2,06 miliar dan dana sosial atau CSR dengan jumlah serupa.

Saat ini, Bareskrim Polri tengah menelisikdana kompensasi ahli waris atas tragedi jatuhnya pesawat Lion Air JT-610 pada 2018. Polri mengendus adanya penggelapan dana yang dilakukan pimpinan ACT terhadap dana tersebut.

"Yayasan Aksi Cepat Tanggap (ACT) tidak memberitahukan realisasi jumlah dana sosial/CSR yang diterimanya dari pihak Boeing kepada ahli waris korban, termasuk nilai serta progres pekerjaan yang dikelola oleh yayasan ACT," papar Karo Penmas Divisi Humas Mabes Polri Brigjen Ahmad Ramdhan kepada wartawan, Sabtu (9/7/2022).

Hasil penyelidikan yang dilakukan penyidik Bareskrim Polri sejauh ini pun menemukan dugaan dana CSR dari Lion Air itu justru digunakan untuk kepentingan Presiden ACT dan mantan Presiden ACT kala itu masing-masing bernama Ahyudin dan Ibnu Khajar.

Baca Juga: Ternyata Segini Duit yang Diputar ACT dari 10 Negara, Foto Anies Baswedan Pakai Rompi Lembaga Kemanusiaan Diungkit-ungkit

"Diduga pihak Yayasan Aksi Cepat Tanggap (ACT) tidak merealisasikan atau menggunakan seluruh dana sosial/CSR yang diperoleh dari pihak Boeing, melainkan sebagian dana sosial/CSR tersebut dimanfaatkan untuk pembayaran gaji ketua, pengurus, pembina, serta staf pada Yayasan Aksi Cepat Tanggap (ACT). Dan juga digunakan untuk mendukung fasilitas serta kegiatan atau kepentingan pribadi ketua pengurus/presiden dan wakil ketua pengurus/vice president," beber Ramadhan.

"Bahwa pengurus yayasan Aksi Cepat Tanggap (ACT) dalam hal ini saudara Ahyudin selaku pendiri merangkap ketua, pengurus, dan pembina serta Ibnu Khajar selaku ketua pengurus melakukan dugaan penyimpangan sebagian dana sosial/CSR dari pihak Boeing tersebut untuk kepentingan pribadi masing-masing berupa pembayaran gaji dan fasilitas pribadi," kata Ramdhan.

Bareskrim Polri menemukan indikasi pemotongan dana sosial atau CSR yang dikelola oleh yayasan Aksi Cepat Tanggap (ACT) sebesar 10-20 persen untuk keperluan internal. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) mengungkap pemotongan dana sosial itu mengalir ke pribadi.

"Iya ada aliran dana ke pribadi," kata Kepala PPATK Ivan Yustiavandana, Minggu (10/7/2022). Ivan menerangkan, dana tersebut mengalir ke beberapa orang. Kendati demikian, Ivan tak memerinci jumlahnya. "Ya, ada beberapa," ujar Ivan.

Hasil penyelidikan yang dilakukan jajaran kepolisian menemukan adanya dugaan penggelapan dana bantuan tersebut yang dilakukan oleh ACT. Pihak ACT disebut tidak pernah melibatkan ahli waris dalam penyusunan hingga penggunaan dana CSR yang disalurkan pihak Boeing.

"Pada pelaksanaan penyaluran dana sosial/CSR tersebut para ahli waris tidak diikutsertakan dalam penyusunan rencana maupun pelaksanaan penggunaan dana sosial/CSR tersebut dan pihak yayasan ACT tidak memberi tahu kepada pihak ahli waris terhadap besaran dana CSR yang mereka dapatkan dari pihak Boeing serta penggunaan dana CSR tersebut," ujar Ramadhan.

Mantan Presiden ACT Ahyudin menepis kabar penggelapan dana bantuan bagi korban kecelakaan pesawat Lion Air JT-610 pada 2018 oleh ACT. Ahyudin menegaskan kerja sama ACT dan Boeing tak ada penyelewengan.

Baca Juga: Media Asing Sebarkan Foto Bantuan ACT di Sarang ISIS, Densus 88 Sampai Turun Tangan

Facebook

Harvino Kopilot Lion Air JT 610 yang jatuh di Karawang punya wasiat begini. Keluarganya geram dana ahli waris dikentit ACT.

"Insyaallah, saya pastikan tak ada penyimpangan dana kerja sama ACT dengan Boeing," kata Ahyudin kepada wartawan, Sabtu (9/7/2022). "Tenggat waktu kerjasama implementasi program kalau tidak salah masih sampai akhir Juli 2022, bahkan masih sangat mungkin bisa dinegosiasikan untuk perpanjangan waktu," imbuhnya.

Ahyudin menyebutkan, hingga terakhir tugasnya di ACT pada Januari 2022 lalu, realisasi program kerja sama dengan Boeing sudah mencapai lebih dari 70%. Jadi, kata dia, sisanya sekitar 30% sejatinya bisa selesai dalam waktu 6 bulan di bawah kepemimpinan baru ACT saat ini.

"Saya sejak 11 Januari 2022 saya sudah tak lagi di ACT. Jadi saya tak begitu tahu lagi bagaimana progress program ini. Mestinya waktu 6 bulan Januari sampai dengan Juli 2022 adalah waktu yang lebih dari cukup untuk tuntaskan implementasi program ini," katanya.

Ahyudin mengatakan, kendala teknis implementasi program itu adalah faktor pandemi COVID-19 yang menyulitkan mobilitas tim implementasi. Ahyudin menegaskan kembali bahwa ia tidak melakukan penyimpangan dana bantuan untuk korban kecelakaan Lion Air JT-610 pada 2018.

"Sekali lagi saya yakinkan tak ada penyimpangan. ACT berpengalaman melakukan ribuan kemitraan program selama ini. Saya yakin sahabat saya semua yang memimpin ACT saat ini mampu mengatasinya dengan baik. Harus dipahami bahwa aset yang dimiliki ACT jauh kebih besar daripada sisa anggaran yang belum direalisasikan," ujar Ahyudin.

Mendengar dana ahli waris diduga dikentit petinggi ACT, keluarga korban Lion Air JT 610 sampai dibikin geram. Vini Wulandari, adik dari kopilot Lion Air JT 610 bernama Harvino. Vini mengatakan seharusnya pihak ACT memberikan laporan kerja sebelum dana diterima dari pihak Boeing.

"Mereka juga belum memberikan program kerja atas dana yang sudah diberikan. Harusnya sebelum dana diterima, mereka harus membuat program untuk disalurkan atas dana tersebut," ujar Vini kepada awak media detik, Minggu (10/7/2022).

Baca Juga: Pantas Dilaporkan ke Densus 88, ACT Ternyata Ketahuan Kirim Dana Buat Kegiatan Terlarang, Foto Pendirinya Jadi Bulan-bulanan

Facebook

Harvino Kopilot Lion Air JT 610 yang jatuh di Karawang punya wasiat begini. Keluarganya geram dana ahli waris dikentit ACT.

"Tetapi sampai akhirnya ketahuan dana digelapkan. Mereka pakai uang itu untuk pribadi. Tentu dari pihak keluarga korban amat sangat kecewa," sebut keluarga kopilot Lion Air JT 610.

Vini menerangkan ketika itu pihak Boeing memberikan sejumlah santunan namun harus dikelola oleh yayasan yang nantinya uang tersebut bisa dipergunakan oleh keluarga korban. Hingga akhirnya salah satu yayasan yang dipilih adalah ACT.

"Jadi uang itu dikirim dari Boeing karena kita nggak bisa nerima perorangan bahkan disalurin ke yayasan gitu. Jadi kita sifatnya bisa mengajukan dan itu yayasan yang dikelola oleh keluarga korban sama Bu Yani (salah satu keluarga korban) itu rutin setiap setahun dua kali dibagiin ke keluarga korban. Uang itu harus kembali ke keluarga korban," ujarnya.

Vini menyampaikan dana tersebut bisa dipakai untuk kegiatan sosial seperti penanganan bantuan bencana alam. Dia menyebut dana yang diterima ACT untuk dikelola saat itu sebesar Rp 138 miliar.

"Maksudnya supaya bisa berbagi kalau ada gempa lah atau mungkin dia mau bikin program kerja untuk anak-anak di desa tertinggal yang sifatnya sosial gitu, tapi karena dari awal kan udah ditanyain sebelum uang itu ditransfer ke rekening yayasan masing-masing mana program kerjanya. Itukan Rp 138 miliar totalnya itu. Jadi nggak ada yang harus dikembalikan ke keluarga korban, kan keluarga korban udah dapat kompensasi yang lebih besar. Jadi murni untuk sosial yang diberikan kepada ACT untuk dikelola," ujarnya.

"Dan uang itu juga bisa dipakai untuk keluarga korban yang memang ada kebutuhan untuk anak sekolah atau apapun itu yang berkaitan dengan keperluan keluarga korban JT 610. Dengan cara kita bisa mengajukan ke yayasan tersebut dan yayasan tersebut akan mengeluarkan uang untuk keluarga," sambungnya.

Harvino kopilot Lion Air JT 610 yang jatuh di perairan Karawang pada tahun 2018 dikenal sebagai sosok yang dermawan. Almarhum tercatat sebagai alumni SMA Negeri 68 Jakarta angkatan 1995. Ternyata begini wasiat almarhum kopilot Lion Air JT-610.

Foto kopilot Lion Air JT 610 dibanjiri doa. Foto sosoknya yang terlihat santun diunggah kembali oleh rekannya, sesama alumni SMA Negeri 68 yang bernama Adhi Azfar.

Baca Juga: Duit Sedekah Disebut Buat Cicil Rumah, Foto Sosok Istri Ketiga Pendiri ACT Dicari-cari, Jenderal Polri Sampai Turun Tangan

Facebook

Harvino Kopilot Lion Air JT 610 yang jatuh di Karawang punya wasiat begini. Keluarganya geram dana ahli waris dikentit ACT.

Melalui akun Facebook miliknya, Adhi Azfar yang juga Ketua Umum YMI menuliskan wasiat almarhum kopilot Lion Air JT-610. "Harvino. Namanya memang tak populer. Jarang tampil di media, juga tak bicara didepan publik. Profesinya memang tak menghendaki itu semua. Tugasnya duduk didepan kaca besar yang dikelilingi gugusan awan dan sayap burung. Membawa penumpang pesawat tiba ditempat tujuan."

"Ayahanda Harvino, tak sekedar Co-pilot Pesawat Lion Air JT 610 yang ditakdirkan berhenti diatas perairan Karawang hari Senin (29/10/2018). Juga bukan hanya Ayah dari 3 putera-puteri kandungnya. Ayahanda Harvino, demikian 10 anak-anak yatim asuhannya di Desa Nyamplung Sari, Petarukan, Pemalang memanggil dan senantiasa mendoakannya."

"Kini 3 tahun sudah anak-anak yatim dhuafa di desa itu menikmati uluran tangan Ayahanda. Tak pernah putus sedekah dari Ayahanda Harvino untuk biaya sekolah 10 anak desa itu. Anak yang tadinya tak sekolah bisa sekolah lagi, yang tak bisa mengaji diajarkan baca Al-Qur'an. Anak-anak itu sekarang sudah ada yang SMP.

Berkat uluran tangannya itu, jiwa penduduk di desa itu pun tumbuh. Muncul semangat yang menyala-nyala untuk bangkit dari keterpurukan. Bersama penduduk desa, terbangunlah sebuah Mushala kecil di kampung Nelayan itu.

Sekarang, bersama alumni SMA 68 Jakarta lainnya, sedang proses pembangunan Rumah Qur'an untuk menampung anak-anak yatim dhuafa dan anak nelayan yang jumlahnya kini mencapai 164 anak di desa Nyamplung dan sekitarnya.

Hari ini (Senin, 29/10/2018) takdir telah memanggilnya. Anak-anak yatim asuhannya langsung menggelar doa bersama di Rumah Qur'an YMI (Yayasan Munashoroh Indonesia). Tak hanya anak-anak asuhannya di Desa Nyamplung, anak-anak diberbagai desa binaan YMI pun turut berdoa disela-sela aktifitas belajar Al-Qur'an.

MTs Munashoroh Pandeglang sore ini menggelar Do'a terbaik untuk Ayahanda Harvino. Pesantren Qur'an yang dikelola YMI Boyolali berdoa bersama ba'da Asar tadi. Anak-anak asuh di Rumah Qur'an YMI Cirebon juga berdoa agar Allah SWT tempatkan Ayahanda Harvino di tempat terbaik disisi Allah SWT. Juga Pesantren Qur'an YMI dari Lampung hingga Jawa Tengah telah di instruksikan untuk mendoakan Ayahanda Harvino dan para korban.

"Anak-anak ini menjadi saksi bagi amal jariyah Ayahanda Harvino yang istiqomah selama ini. Semoga menjadi syafa'at di yaumil akhir kelak. Selamat Jalan Ayahanda Harvino," tulis Adhi Azfar. Foto almarhum kopilot Lion Air JT 610 dibanjiri doa di media sosial.

Baca Juga: Dituding Terima Gaji Rp 250 Juta dari Duit Sedekah, Ahyudin Pendiri ACT Ternyata Sudah Punya Lembaga Baru, Foto Wajahnya Sengaja Disebarkan

Facebook

Harvino Kopilot Lion Air JT 610 yang jatuh di Karawang punya wasiat begini. Keluarganya geram dana ahli waris dikentit ACT.

(*)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya