Hidup Nyaman di Amerika, Pendeta Saifuddin Ibrahim Ternyata Jadi Buronan Koramil Sawangan, Foto Terkininya Ramai Dibahas

Kamis, 31 Maret 2022 | 09:51
Facebook

Pendeta saifuddin Ibrahim yang pernah menjadi santri Muhammadiyah ternyata sempat dicari Koramil Sawangan Depok. Ini kasusnya.

Fotokita.net - Pendeta Saifuddin yang kini diduga hidup nyaman di Amerika Serikat sudah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus penistaan agama. Ternyata Saifuddin pernah menjadi buronan Koramil Sawangan, Depok, Jawa Barat. Foto terkininya ramai dibahas.

Pendeta Saifuddin Ibrahim diduga sudah bermukim di Amerika Serikat. Bareskrim Polri membuka peluang untuk pengajuan penerbitan red notice guna memburu Saifuddin.

"Segala upaya pastinya akan dilakukan oleh penyidik untuk ungkap kasus ini. Termasuk yang disampaikan (menerbitkan red notice)," ujar Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Ahmad Ramadhan kepada wartawan, Rabu (30/3/2022).

Sebab, Saifuddin diduga sedang berada di Negeri Paman Sam atau Amerika Serikat. Ramadhan menyebut pihaknya akan berkoordinasi dengan sejumlah lembaga untuk mengungkap perkara tersebut.

"Berdasarkan hasil penyelidikan, diduga Saudara SI berada di Amerika Serikat. Sementara kami masih berproses. Sekali lagi, semua upaya akan ditempuh oleh penyidik untuk mengungkap kasus ini," ungkap Ramadhan.

"Secara umum kita akan terus melakukan penyelidikan dan penyidikan berkoordinasi dengan semua kementerian/lembaga yang terkait dengan permasalahan ini," sambungnya.

Bareskrim Polri telah menetapkan Pendeta Saifuddin Ibrahim sebagai tersangka kasus penistaan agama. Saat ini Pendeta Saifuddin tidak berada di Indonesia. "Saat ini yang bersangkutan sudah ditetapkan sebagai tersangka," kata Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo saat dimintai konfirmasi, Rabu (30/3/2022).

Baca Juga: Pantas Berani Minta Hapus 300 Ayat Al Quran, Pendeta Saifuddin Ibrahim Ternyata Sembunyi di Tempat Ini, Foto Terkininya Jadi Bukti

Hingga kini, polisi masih mencari keberadaan dari Saifuddin. Pendeta Saifuddin dijerat dengan pasal berlapis. Berikut sederet pasal yang dikenakan terhadap Saifuddin:

Pasal 45A ayat (2) juncto Pasal 28 ayat (2) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan/atau Pasal 14 ayat (1) dan (2) dan/atau Pasal 15 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana dan/atau Pasal 156a huruf a KUHP.

Saat ini Saifuddin Ibrahim bernama Pendeta Abraham Ben Moses. Diaterlahir dari keluarga muslim taat, lantaran ayahnya adalah seorang guru agama Islam. Pamannya juga disebut sebagai tokoh dan pendiri organisasi masyarakat (Ormas) Muhammadiyah di Bima.

Saifuddin Ibrahim lahir 26 Oktober 1965 dan banyak menghabiskan masa kanak-kanan dan remaja di Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB). Setelah lulus dari bangku Sekolah Menengah Atas (SMA), Saifuddin Ibrahim melanjutkan pendidikan tinggi di Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Saifuddin juga masuk di Fakultas Ushuluddin jurusan Perbandingan Agama, yang banyak mengkaji agama Islam dan agama lain. Setamat kuliah, Ibrahim mengajar di Pesantren Darul Arqom Sawangan, Depok, Jawa Barat.

Pada 1999, ia mulai mengajar di Al-Zaytun yang berlokasi Haurgeulis Indramayu, salah satu pesantren besar di Indonesia pimpinan Syaykh AS Panji Gumilang, dan memiliki masjid yang bisa menampung 150.000 jemaah.

Hidup baru dijalani Ibrahim sebagai Pendeta Abraham Ben Moses setelah masuk ke agama Kristen pada tahun 2006. Dia juga menikahi putri tokoh Jepara serta kini diberitakan dikaruniai 4 anak.

Pada 5 Desember 2017, ia ditangkap atas dakwaan ujaran kebencian dan divonis 4 tahun penjara. Nama Saifuddin Ibrahim kembali mencuat tak kala pernyataannya kembali viral di sosial media.

Baca Juga: Istrinya Ditangkap di Hotel Mewah, Suami Briptu Christy Bongkar Masalah Tersembunyi Buronan Polda Sulut, Foto Tampangnya Jadi Sorotan

Facebook

Pendeta saifuddin Ibrahim yang pernah menjadi santri Muhammadiyah ternyata sempat dicari Koramil Sawangan Depok. Ini kasusnya.

Alih-alih takut dengan ancaman polisi, Pendeta Saifuddin Ibrahim terus mengeluarkan video terbaru. Dari situ, foto terkini Saifuddin ramai dibahas di jagat maya. Sebab, dia terus mendesak Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas agar menuruti permintaannya.

Dalam video terbarunya yang diunggah di kalah YouTube, Pendeta Saifuddin Ibrahim kembali menantang Menag Yaqut agar memenuhi permintaannya. Yaitu, menghapus 300 ayat dalam Alquran, yang menurut dia, memicu kekerasan dan radikalisme.

Tidak hanya itu, secara terang-terangan, Saifuddin bahkan menyuruh agar Menag Yaqut bertobat. Itu terlihat dalam video terbaru Pendeta Saifuddin Ibrahim yang berjudul: ‘Pak Menteri Yaqut Cholil Kaumas, Bertobatlah!!!’.

Saifuddin Ibrahim mengatakan Indonesia akan hidup damai jika Menag Yaqut memenuhi usulannya untuk menghapus 300 ayat Alquran. Itu terlihat dalam video terbaru Pendeta Saifuddin Ibrahim yang berjudul: ‘Pak Menteri Yaqut Cholil Kaumas, Bertobatlah!!!’.

Saifuddin Ibrahim mengatakan Indonesia akan hidup damai jika Menag Yaqut memenuhi usulannya untuk menghapus 300 ayat Alquran. Dia bahkan, mengajak Menag Yaqut agar jadi pengikut Yesus Kristus.

“Saya mau bilang kepada pak Menteri agar merespon permintaan saya, kalau tidak bapak harus terima Yesus Kristus agar Indonesia damai, agar Indonesia jaya,” kata Saifuddin.

Saifuddin bilang dia melihat sikap Menag Yaqut punya semangat terhadap intoleransi. Makanya dia mengajak Yaqut menerima Yesus Kristus. “Saya sudah melihat hal itu yang luar biasa. Karena bapak memiliki semangat yang luar biasa, cinta kepada firman Tuhan, haleluya,” kata Saifuddin. “Pak menteri saya tidak akan berkhianat dari pernyataan Tuhan di dalam hidup saya,” sambungnya lagi.

Sebelumnya, Kementerian Agama memastikan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas tak mengenal sosok pendeta Saifuddin Ibrahim. “Gus Menteri tidak kenal dengan Pendeta Saifuddin Ibrahim,” ujar Plt Kepala Biro Humas, Data, dan Informasi Kemenag Thobib Al Asyhar dalam keterangan tertulis, Kamis, 17 Maret 2022 lalu.

Baca Juga: Tipu Abang Sendiri, Aib Adik Irwansyah Dikuliti Mantan Model Majalah Dewasa, Sampai Tutup Kolom Komentar Foto di Instagram

YouTube

Pendeta saifuddin Ibrahim yang pernah menjadi santri Muhammadiyah ternyata sempat dicari Koramil Sawangan Depok. Ini kasusnya.

Nama Menag terus saja disebut-sebut dalam rekaman video Saifuddin Ibrahim. Saifuddin mengklaim bahwa dirinya berulangkali menyampaikan sejumlah hal terkait situasi kehidupan keagamaan di Indonesia kepada Menag Yaqut.

​​​​Thobib yang sebelumnya menjabat sebagai Sekretaris Menteri Agama mengatakan selama ini tidak pernah ada pertemuan resmi antara Yaqut dengan Saifuddin.

Dia juga tidak menemukan dalam buku catatan tamu terkait agenda pertemuan Menag dengan Saifuddin. “Gus Menteri tidak pernah mendengar apa yang diklaim Pendeta Saifuddin berulangkali dikatakan ke Menag,” kata dia.

Sementara itu, Budi Nurastowo Bintriman, yang juga alumni pondok HNS UMS Surakarta sekaligus adik kelas Saifuddin Indrahim membuat sebuah catatan panjang mengenai sepak terjang buronan polisi itu. Kesaksian Budi telah tersebar luas melalui beragam akun Facebook.

Dalam keterangannya, Budi menyebutkan bahwa Saifuddin tercatat sebagai santri angkatan 1984 dipondok HNS UMS Surakarta. Sementara itu, Budi masuk ke pondok dua tahun setelah Saifuddin. Fakta lainnya, Saifuddin dan Budi Nurastowo sama-sama menjadi alumni FakultasUshuluddin FIAI UMS. Dari cerita Budi, Saifuddin Ibrahim ternyata pernah menjadi buronan Koramil Sawangan Depok, Jawa Barat.

Berikut penggalan cerita Budi Nurastowo mengenai Saifuddin Ibrahim yang ditulis setelah mendapat banyak permintaan dari koleganya. "Ada kawan sesama kader yang masih terbilang milenial, memintaku secara khusus untuk menuliskan kasus murtadnya Saifudin Ibrahim. Tujuannya agar banyak pihak yang jadi tahu dan tersadar akan sepak terjangnya terhadap Islam," tulis Budi.

Postur tubuh Saifuddin Ibrahim tinggi 180-an cm dengan rangka tulang yang besar. Tapi badannya cenderung agak melengkung (bungkuk), berbeda dengan perawakannya yang sekarang, yang gemuk, tegap, dan agak gendut.

Saat mahasantri, Saifudin Ibrahim belum gemuk, sehingga masih bisa main bola sama-sama. Meskipun begitu, dalam hal sepakbola, ia sekedar pemain penggembira. "Sedang aku sekedar pemandu soraknya, he he he..." kenang Budi.

Baca Juga: Foto Yapto Soerjosoemarno yang Anggotanya Jadi Buronan Polisi Beredar, Bos Pemuda Pancasila Ini Ternyata Bikin Rhoma Irama dan Ahmad Albar Damai di Panggung

Facebook

Pendeta saifuddin Ibrahim yang pernah menjadi santri Muhammadiyah ternyata sempat dicari Koramil Sawangan Depok. Ini kasusnya.

Jika dilihat dari tampilan pakaiannya, Saifudin Ibrahim mungkin bukan berasal dari keluarga berada. Mungkin berasal dari keluarga miskin, sama seperti aku. Ini memang keadaan kebanyakan mahasantri Pondok Hajah Nuriyah Shabran - UMS.

Secara keseluruhan, Saifudin Ibrahim selama jadi mahasantri adalah kader yang manis dan penurut. Terbukti saat pernikahannya, para petinggi Pondok Hajah Nuriyah Shabran - UMS hadir ke Jeporo. Bahkan penceramah nasehat perkawinannya adalah pucuk pimpinan Pondok Hajah Nuriyah Shabran - UMS. Luar biasa bukan?

"Pada tahun 1994, aku mengabdi di Pondok Pesantren Muhammadiyah Darul Arqom Sawangan Bogor milik Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DKI Jakarta. Sebuah pesantren yang sedang kesusupan faham NII KW IX (Negara Islam Indonesia Komando Wilayah Sembilan) Pimpinan Abu Toto atau Panji Gurmilang."

Konon kabarnya, faham itu dibawa atau disusupkan ke Pondok Pesantren Muhammadiyah Darul Arqam oleh Saifudin Ibrahim. Nah rupanya, ia sebelum murtad sudah tersesat terlebih dahulu di Gerombolan Sesat NII KW IX itu.

Paham sesat itulah yang dijadikan alasan kawan-kawan kader utusan PWM DKI Jakarta untuk memanggilku turut mengabdi di Pondok Pesantren Muhammadiyah Darul Arqam Sawangan. Tentu dalam rangka untuk meluruskan dan membersihkannya.

Paham sesat NII KW IX langsung berdampak buruk kepada para santri dari kelas III Aliyah hingga para santri kelas III Tsanawiyah. Mereka berani tak melaksanakan shalat wajib atau puasa Ramadhan. Karena bagi NII KW IX, syari'at itu hanya wajib dilaksanakan jika Negara Islam Indonesia telah tegak berdiri.

Ada lagi satu faham sesat yang diterapkan oleh para santri. Yaitu, mencuri barang milik orang di luar gerombolan NII KW IX hukumnya halal. Siapapun orang itu, termasuk terhadap orang tuanya sendiri sekalipun.

Akibatnya, hampir semua para santri yang telah terkontaminasi faham sesat NII KW IX, hampir serempak menggelapkan uang SPP untuk Pondok dari orang tuanya. Praktek sesat mereka yang demikian itu berlangsung hingga berbulan-bulan. Bahkan hingga ada yang lebih dari satu tahun atau dua tahun.

Baca Juga: Jadi Buronan Polda Sulut, Foto Tampang Briptu Christy Terus Dicari, Suaminya Akhirnya Buka Suara

Ini bisa terjadi, karena staf Tata Usaha (TU) di Pondok pun telah terkontaminasi faham sesat NII KW IX tersebut. Jadilah antara para santri dan para staf TU dan para ustadznya berkongkalingkong. Tetapi serapat-rapatnya mereka menutupi praktek sesat itu, akhirnya terbongkar juga.

Penggelapan uang SPP itu juga digunakan untuk membayar iuran wajib (seperti pajak) sebagai anggota NII KW IX. Jika beberapa kali tak membayar iuran wajib itu, mereka bisa dicapa kafir. Suatu hal yang sangat menakutkan bagi santri yang hidup di tengah-tengah gerombolan santri sesat NII KW IX.

Di situ jadi ada pertanyaan yang luar biasa besarnya. Bagaimana ceritanya, Saifudin Ibrahim yang kader elit Muhammadiyah bisa menyebarkan faham sesat itu ke Pondok Pesantren Muhammadiyah Darul Arqam Sawangan? Dari mana asal mula ia bisa terkontaminasi faham sesat NII KW IX itu?

Selama aku mengabdi di Pondok Pesantren Muhammadiyah Darul Arqam Sawangan, hanya sempat sekali jumpa Saifudin Ibrahim. Saat itu bersamaan waktu di mana para santri sedang libur panjang tutup tahun ajaran. Mereka pulang ke rumah masing-masing sekitar dua pekan atau tiga pekan lamanya.

Saat aku datang di Pondok Pesantren itu, Saifudin Ibrahim sudah kabur. Karena ia sudah masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) Koramil Sawangan. Saat itu urusannya terkait dengan urusan subversif. Makanya urusannya dengan Koramil, bukan dengan Polsek.

Saat aku jumpa Saifudin Ibrahim, aku terkejut dan terheran-heran sekali. Penampilannya sangat parlente. Bajunya, celananya, sepatunya, sabuk gespernya, dan arlojinya, semuanya branded. Ia juga mengenakan cincin emas yang sangat mencolok. Sesuatu hal yang saat di Pondok Hajah Nuriyah Shabran - UMS dahulu, tak terbayangkan bisa nempel pada diri "Bang Kocek".

Di pinggang Saifudin Ibrahim terselip alat komunikasi pager. Alat komunikasi tercanggih saat itu, tahun 1980-an. Kendaraan yang ia pakai pun motor Honda GL 125 cc keluaran terbaru. Motor impian anak-anak muda yang doyan nampang.

Sikap riang dan ceria Saifudin Ibrahim masih ada. Hanya saja, ia ada tambah sikap petentang-petenteng. Itu sangat kurasakan saat ia ngobral atau mendakwahkan "seperioritas" Gerombolan NII KW IX kepadaku.

Baca Juga: Terkuak, Fakta Lain KKB Papua Tembak Pasukan TNI dan Anggota TPGF, 2 Wanita Misterius Ini Jadi Buronan

Dari "dakwah" Saifudin Ibrahim itu, aku diberi tahu, bahwa di "negara" NII KW IX itu, ia menjabat sebagai Ketua Mahkamah Agung. Tugas utamanya membai'at anggota-anggota baru Gerombolan NII KW IX. Di mana tiap kepala yang dibai'at, dikenai dana wajib minimal Rp. 20.000.

Uang Rp. 20.000 saat itu kira-kira setara dengan uang Rp. 200.000 saat ini. Itulah pendapatan sampingan Ketua Mahkamah Agung "negara" NII KW IX.

Itu sebabnya, saat "mendakwahiku" dalam waktu yang tak terlalu lama, sikap petentengannya dan cengengesannya selalu mendominasi obrolan dan obralannya.

Dari sekian poin yang menggambarkan "superioritas" NII KW IX untuk menarikku agar mau turut bergabung, hanya kujawab dengan satu jawaban, "Aku belum "silau" dengan NII-mu, selagi para petinggi NII KW IX hanya beristeri satu. Aku baru akan "silau" dengan NII KW IX, jika semua para petingginya beristeri empat, sebagaimana tuntunan dalam Al-Qur'an".

"Dakwah" Saifudin Ibrahim yang ditimpali sikap petentengan tengil itu, terpatahkan seketika oleh jawaban sedikit "ngawuriyah" ro'yu dengan sedikit landasan tekstual dariku. Karena sebenarnya NII KW IX itupun hanya ngawur-ngawuran dalam berislam.

Atas jawabanku itu, Saifudin Ibrahim tertawa ngekek-ngekek sebagaimana khasnya. Ia menepuk-nepuk bahuku, kemudian ngeloyor pergi dengan sikap petentengan yang agak tengil. Aku hanya beristighfar dalam hati.

Baca Juga: YouTuber Penista Agama Jozeph Paul Zhang Cuma Tertawa Jadi Buronan Interpol, Tangan Kanan Habib Rizieq Buka Suara: Tak Ada Dalam Ajaran Kristiani yang Sesungguhnya

(*)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya