Jadi Saksi Bentrok Brimob dan Kopassus, Foto Barak Karyawan PT Freeport Jadi Sorotan, Dulu Banyak Pedagang Ilegal

Senin, 29 November 2021 | 20:45
Instagram @iskalator

Sebelum bentrok Brimob dan Kopassus viral gegara masalah jualan rokok, barak karyawan PT Freeport menjadi ladang rezeki pedagang ilegal.

Fotokita.net - Barak karyawan PT Freeport di Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua menjadi sorotan. Sebab, foto bentrok antara personel Brimob dan anggota Kopassus viral di media sosial. Pemicu bentrok itu disebut gegara jualan rokok. Dulu di tempat permukiman karyawan PT Freeport banyak pedagang ilegal yang mencari rezeki.

Insiden yang terjadi pada Sabtu (27/11/2021) di Ridge Camp Pos RCTU Mile 72 itu berawal dari kesalahpahaman saat anggota Satgas Amole Kompi 3 yang terdiri dari pasukan Brimob yang berjualan rokok.

Lalu berikutnya, sekitar 20 anggota Kopassus yang tergabung dalam Satgas Nanggala yang hendak membeli rokok protes harga rokok yang dijual. Dari situ, terjadi keributan antara Kopassus dan Brimob hingga pengeroyokan yang mengakibatkan enam orang terluka.

Adapun anggota Brimob yang terluka adalah Bripka Risma terkena stik, Bripka Ramazana luka ringan, Briptu Edi luka ringan tergores sangkur, Bharaka Heru luka ringan, Bharatu Munawir tidak terluka, dan Bharatu Julianda luka ringan.

Kapolda Papua Irjen Mathius D Fakhiri menyatakan Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo sudah memerintahkan untuk memeriksa anggota Polri yang terlibat pertikaian dengan TNI di Tembagapura, Kabupaten Mimika.

Baca Juga: Nasi Sudah Jadi Bubur, Foto Brimob Ribut Sama Kopassus di Papua Terlanjur Viral, Ternyata Kalap Dagangannya Ditilap Karyawan Tambang

"Anggota TNI juga akan diproses, dan saya sudah meminta Komandan Satgas Amole untuk segera memproses kasus-kasus tersebut. Panglima TNI dan Kapolri tidak berkenan anggota melakukan kegiatan di luar SOP (standard operating procedure) termasuk berjualan saat bertugas," kata Irjen Pol Fakhiri, di Jayapura, Senin (29/11/2021), dikutip Antara.

Dia membenarkan saat ini sudah dilakukan perdamaian. Namun agar tidak terulang, para pihak yang terlibat akan diproses. "Anggota penugasan dilarang melakukan aktivitas di luar SOP, apalagi berjualan," ujar Kapolda Papua itu pula.

Foto barak karyawan PT Freeport menjadi sorotan netizen di media sosial. Permukiman karyawan yang berada di ketinggian pegunungan Papua itu jadi saksi atas bentrok Brimob dan Kopassus.

Dari foto yang beredar, sejumlah karyawan menunjukkan fasilitas yang lengkap di dalamnya. Barak yang menjadi permukiman karyawan yang bekerja di PT Freeport, entah itu pekerja dari kontraktor maupun yang aktif di tambang.

Sejak awal Maret 2020 Tembagapura memanas, terjadi baku tembak antara KKB (kelompok kriminal bersenjata) dengan anggota Polri dan TNI yang menjaga keamanan di kota pertambangan tersebut.

Baca Juga: Foto Brimob Kejar Kopassus Pakai Senjata Laras Panjang Ramai Dibahas, Jenderal Andika Perkasa Turun Tangan

Facebook

Sebelum bentrok Brimob dan Kopassus viral gegara masalah jualan rokok, barak karyawan PT Freeport menjadi ladang rezeki pedagang ilegal.

Akibat konflik bersenjata tersebut, warga di sana pun memilih mengungsi. Kantor berita Antara dengan mengutip keterangan Wakil Bupati Wakil Bupati Mimika Johannes Rettob, menyebutkan ada empat kampung di sekitar Kota Tembagapura kini telah kosong setelah seluruh warganya dievakuasi ke Timika. Ribuan warga mengungsi ke tempat aman.

Peristiwa itu mengingatkan orang-orang yang pernah mendatangi barak karyawan PT Freeport di Tembagapura. Tempat ini sudah seperti kota mandiri. Semuanya serba ada. Tembagapura menjadi distrik sendiri yang berada di wilayah administrasi Kabupaten Mimika. Barak karyawan PT Freeport ini berada diketinggian 2.500 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Kota Tembagapura atau Kecamatan Tembagapura adalah sebuah distrik setingkat kecamatan yang terletak di Kabupaten Mimika, Papua. Kota ini dibangun PT Freeport Indonesia untuk mendukung aktivitas pertambangan di sana. Tembagapura lebih tepat disebut sebagai kota tambang yang berada bak “negeri di awan.” Hampir setiap hari kabut menyapa kota ini, tidak pagi atau siang hari. Di kecamatan Tembagapura terdapat dua gunung, yang merupakan kawasan tambang yang dioperasikan PT Freeport Indonesia, yaitu Gunung Erstberg dan Gunung Grasberg.

Tembagapura memang kota dengan keindahan alam di bumi Papua. Ada kabut, ada hujan, ada awan, ada sungai, ada hutan semuanya berpadu indah dan elok di bumi Cendrawasih.

Untuk mencapai Tembagapura tidak mudah. Tidak setiap orang bisa berkunjung apa lagi berwisata ke kota yang namanya diberikan Presiden Soeharto. Pada 1973 Presiden Soeharto berkunjung ke Irian Jaya sebelum bernama Papua, untuk meresmikan beroperasinya tambang Erstberg oleh PT Freeport Indonesia Incoporated.

Baca Juga: Foto Brimob Tenteng Senapan Kejar Anggota Kopassus di Papua Beredar, Pemicunya Ternyata Masalah Sepele Ini

Facebook

Sebelum bentrok Brimob dan Kopassus viral gegara masalah jualan rokok, barak karyawan PT Freeport menjadi ladang rezeki pedagang ilegal.

Tembagapura yang indah dan elok tidak termasuk dalam daftar destinasi wisata Indonesia. Bagi yang ingin berkunjung ke sana harus memenuhi sejumlah prosedur, seperti mengajukan permohonan atau proposal ke kantor PT Freeport Indonesia di Jakarta.

Tidak semua permohonan akan disetujui, jika disetujui manajemen PT Freeport Indonesia (PTFI) berarti itu sebuah keberuntungan. Kalau disetujui, semuanya akan ditanggung perusahaan tambang asal Amerika Serikat tersebut. Bagi mereka yang disetujui keberangkatannya diatur dalam rombongan bukan sendiri-sendiri.

Lazimnya sebuah kota, di Tembagapura moda transportasinya adalah kendaraan roda empat jenis bus yang disediakan PTFI, ada bus kerja yang digunakan untuk mengangkut karyawan ke dan dari daerah tambang. Juga ada bus cuti mingguan yang libur mingguan (Schedule Day Off/ SDO) ke dan dari Timika. Kemudian ada bus cuti yang khusus mengangkut karyawan ke dan dari bandara, bus sekolah yang mengangkut anak-anak sekolah dan bus kota dengan trayek perjalanannya di dalam kota. Bus di Tembagapura besar-besar.

Di Tembagapura juga ada fasilitas ibadah masjid dan gereja. Masjid dan gereja di Tembagapura masing-masing ada dua. Masjid Darussa’adah menjadi masjid terbesar dan ada mushala Al Munawwarah berdiri di Hidden Valley. PTFI juga menyediakan fasilitas kesehatan berupa rumah sakit yang lengkap dengan fasilitas gawat darurat, rawat inap, perawatan gigi dan laboratorium radiologi.

Mencapai Tembagapura bisa dengan perjalanan dari Jakarta ke Timika dengan menggunakan penerbangan. Penerbangan dari bandara Soekarno – Hatta hampir menjelang tengah malam dengan menggunakan pesawat maskapai Airfast. Maskapai ini setiap hari terbang membawa penumpangnya yang sebagian besar karyawan PT Freeport Indonesia dari Timika ke Jakarta, Makassar, Surabaya atau Denpasar.

Baca Juga: Foto Jenderal Andika Perkasa Dipuji Abu Janda, Panglima TNI yang Baru Dilantik Bongkar Posisi Danjen Kopassus, Ini Penyebabnya

Facebook

Sebelum bentrok Brimob dan Kopassus viral gegara masalah jualan rokok, barak karyawan PT Freeport menjadi ladang rezeki pedagang ilegal.

Pesawat setelah lepas landas dari Soekarno-Hatta singgah atau transit di bandara Sultan Hasanuddin, Makassar. Malam itu terbang dengan pesawat jenis MD 82, butuh waktu sekitar lima jam sampai di Bumi Cendrawasih. Pagi waktu Indonesia bagian timur atau WIT pesawat mendarat mulus di landasan bandara Mozes Kilangin yang ada di Timika. Walau mata masih terasa berat karena kantuk masih menggantung, namun rasa kantuk itu sesaat harus dikalahkan demi tahu dan kenal Papua yang indah.

Bandara Mozes Kilangin yang dibangun 1970 merupakan bandara internasional untuk penerbangan dari dan ke wilayah proyek PT Freeport Indonesia. Bandara ini memiliki panjang landasan 2.390 meter dengan lebar 45 meter. Pada 2008 baru dibuka untuk umum. Bandara Mozes Kilangin memiliki fasilitas yang modern dan lengkap.

Setelah istirahat sejenak di bandara, perjalanan masih akan diteruskan ke Tembagapura. Ada dua pilihan ke sana, dengan perjalanan darat menggunakan bus atau terbang dengan chopper. Jika menggunakan bus harus melewati medan dan jalan yang cukup ekstrim, jika perjalanan lancar Tembagapura bisa ditempuh dengan waktu sekitar dua jam.

Perjalanan kali ini berkesempatan naik chopper. Kalau dalam ilmu sejarah, chopper adalah istilah yang dilekatkan atau nama kapak dari batu. Namun chopper di Papua adalah alat transportasi domestik paling mahal, terbang dari bandara Mozes Kilangin ke Tembagapura hanya butuh waktu sekitar 15 menit untuk mendarat di Heliport Aing Bugin.

Chopper adalah sebutan masyarakat di Timika atau karyawan Freeport untuk alat transportasi jenis helikopter dengan kapasitas angkut lebih besar dari helikopter pada umumnya. Mampu membawa 30 orang berikut awak dan kru untuk satu kali penerbangan.

Baca Juga: Profil Lekagak Telenggen, Pemimpin KKB Papua yang Jadi Buruan Utama Intel Kopassus

Facebook

Sebelum bentrok Brimob dan Kopassus viral gegara masalah jualan rokok, barak karyawan PT Freeport menjadi ladang rezeki pedagang ilegal.

Walau terbang dalam waktu yang singkat namun bukan jaminan bisa terbang secara terjadwal. Chopper bisa stand by setiap hari namun penerbangan dari dan ke Tembagapura amat tergantung pada cuaca. Cuaca bisa berubah secara ekstrem setiap waktu. Beruntung pagi itu cuaca cerah dan penerbangan ke Tembagapura bisa dengan lancar. Terbang di atas ketinggian hutan dan pegunungan Papua di bawah terlihat hijau dengan puncak penggunungan yang menjulang. Di sudut lain di kejauhan ada terlihat kabut tebal.

Mendarat di Heliport Aing Bugin yang terletak Mile 66 perjalanan dilanjutkan dengan bus menuju guest house untuk beristirahat di tengah udara Tembagapura yang pagi itu sangat dingin. Guest house-nya memiliki fasilitas layak standar hotel berbintang.

Jika berkunjung kita ini jangan lupa membawa perlengkapan jaket tebal untuk menghangatkan tubuh. Suhu di Tembagapura berkisar 5 – 20 derajat celcius. Di kota ini matahari kerap bersinar “malu-malu” karena selalu tertutup awan dan kabut serta hujan.

Kota Tembagapura memiliki topografi perbukitan yang cukup terjal maka tak heran jika jalanan berkelok-kelok dan ergelombang. Namun Tembagpura adalah kota yang rapi dan teratur. Desain dan tata kotanya seperti kota-kota di negara maju dengan pemandangan susunan bangun perumahan sampai barak yang menjadi tempat tinggal para karyawan PT Freeport Indonesia.

Perumahaan diperuntukkan bagi karyawan yang berkeluarga dan karyawan lajang. Tipe perumahannya mulai dari tipe 54 sampai tipe 250. Barak diperuntukkan karyawan staf dan bukan staf status lajang dan status berkeluarga yang tidak membawa anggota keluarganya ke Tembagapura.

Baca Juga: Foto Jasad Bharatu Kurniadi Dikelilingi Satgas Nemangkawi Beredar, Anggota Brimob Asal Aceh yang Langsung Tugas di Belantara Papua

Facebook

Sebelum bentrok Brimob dan Kopassus viral gegara masalah jualan rokok, barak karyawan PT Freeport menjadi ladang rezeki pedagang ilegal.

Selain di Tembagapura yang terletak di Mile 68 yang menjadi tempat tinggal sebagian besar karyawan PT Freeport Indonesia, juga ada komplek perumahaan Hidden Valley atau Aing Bugin yang terletak di Mile 66, sekitar tiga kilometer ke arah Selatan Tembagapura.

Di Hidden Valley ada rumah tipe apartemen dan tipe rumah kopel. Perumahan di kawasan ini arsitektur bangunan berciri menyudut yang artistik dan penataan bangunannya membentuk kota kecil yang teratur dan asri. Di sini juga menjadi tempat tinggal karyawan staf yang membawa keluarganya.

Dengan kota yang tertata rapi, di Tembagapura juga fasilitas sosial dan fasilitas umum yang lengkap. Ada pusat perbelanjaan dan kafe, toko, restoran, salon kecantikan dan bank. Juga tersedia fasilitas olahraga seperti kolam renang air hangat di kawasan Bukit Pelangi, lapangan sepak bola sampai tempat kebugaran.

Selain itu di Ridge Camp atau Mile 72 tempat perumahan bagi karyawan lajang tersedia ruang makan bagi karyawan, juga ada restoran dan bar yang diberi nama Lelah Lupa Club (LLC) juga ada Rumah Makan Nusantara yang dikelola Koperasi PTFI (Kokafri).

Untuk transportasi di Tembagapura PTFI menyediakan bus untuk karyawan dan tamu yang berkunjung ke Tembagapura. Bus ini gratis. Bus di Tembagapura adalah alat transportasi darat yang menunjang aktivitas tambang dan transportasi sehari-hari warganya.

Baca Juga: Pelaku Pengeroyokan di Kebayoran Baru Diburu, Dandim Jakarta Selatan Buka Suara, Anggota Brimob Tewas dan 1 Prajurit Kopassus Terluka

Sebelum bentrok Brimob dan Kopassus viral gegara masalah jualan rokok, barak karyawan PT Freeport sudah menjadi ladang rezeki bagi pedagang ilegal.

Banbinsa Koramil 1710-04 Tembagapura bersama Kepolisian dan Security PT. Freeport Indonesia (FI) melaksanakan penertiban pedagang ilegal di areal PT. FI. Kegiatan berlangsung di barak - barak karyawan di Mile 72 Ridgcamp, Distrik Tembagapura, Kabupaten Timika, Provinsi Papua pada Selasa (24/11/2020).

Sebelum kegiatan, seluruh personil yang terlibat melaksanakan apel yang dipimpin Kepala Security Risk Management (SRM) AOR 5 PT. FI, Frans Sirai. Dalam apel tersebut Frans menyampaikan kiranya penertiban ini berjalan lancar dengan mematuhi Protokol Kesehatan yaitu dengan menggunakan masker selama kegiatan.

"Kegiatan ini merupakan lanjutan dari himbauan yang pernah kita laksanakan sebelumnya, kami harap dalam pelaksanaannya jangan sampai terjadi keributan," ungkapnya.

Penertiban diawali di barak O dan RCTU Ridgcamp, kemudian dilanjutkan di barak CC dan DD Ridgcamp serta barak W. Dari hasil penertiban yang dilakukan, didapatkan barang bukti (BB) dagangan ilegal namun dagangan tersebut tidak diketahui pemiliknya.

Kegiatan penertiban ini akan terus dilakukan untuk mengantisipasi kegiatan ilegal yang terjadi di areal PT. FI dan menumbuhkan kedisiplinanan di lingkungan kerja PT. FI.

Baca Juga: Pantas KKB Papua Makin Beringas, Berikut Anggota TNI yang Dijatuhi Hukuman Penjara Seumur Hidup Karena Jual Senjata ke Kelompok Separatis

(*)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma