Fotokita.net - Dikenal sosok non muslim, ulama kharismatik ini berani pasang badan buat Kapolri Listyo Sigit Prabowo, begini alasannya.
Institusi Polri resmi berganti pucuk kepemimpinan pada Rabu (27/1/2021). Hal ini ditandai dengan dilantiknya Komisaris Jenderal Listyo Sigit Prabowo sebagai kapolri oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta, Rabu pagi.
Bersamaan dengan itu, pangkat Sigit pun naik dari jenderal berbintang tiga menjadi jenderal bintang empat.
Lulusan Akademi Kepolisian tahun 1991 itu menjadi kapolri ke-25 menggantikan Jenderal (Pol) Idham Azis yang akan memasuki masa pensiun pada 1 Februari 2021.
Seusai pelantikan, Sigit mengaku akan segera menjalankan program-program yang telah ia paparkan saat uji kepatutan dan kelayakan dengan Komisi III DPR.
Ia berjanji untuk melakukan transformasi di empat bidang dan melaksanakan rencana aksi di 16 program kegiatan.
Sigit juga ingin mewujudkan citra kepolisian yang tegas tetapi humanis. "Tentunya bagaimana menampilkan Polri yang tegas namun humanis, bagaimana menampilkan Polri yang mampu memberikan pelayanan publik yang baik, bagaimana kita memberikan pelayanan secara transparan, dan bagaimana kita mampu memberikan penegakan hukum secara berkeadilan," ujar Sigit melalui tayangan YouTube Sekretariat Presiden, Rabu (27/1/2021).
Menurutnya, ada banyak tantangan yang harus dihadapi ke depan, khususnya dalam situasi pandemi Covid-19 seperti sekarang. Polri, kata Sigit, akan membantu upaya penanggulangan pandemi, baik dalam hal penegakan protokol kesehatan hingga pengawalan pemulihan ekonomi.
Konsisten
Ada sejumlah harapan untuk Sigit dalam memimpin Polri. Sigit diharapkan bisa mewujudkan apa yang dikatakannya seusai pelantikan.
Menyoal citra kepolisian yang ingin diwujudkan oleh Sigit, pengamat kepolisian dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Bambang Rukminto menilai hal itu dapat terwujud dengan adanya konsistensi dalam penerapannya.
"Tanpa ada konsistensi antara konsep dan implementasi, tentunya sangat susah untuk membangun citra, yang ada hanya sekedar pencitraan saja yang semu, tapi membohongi masyarakat," ungkap Bambang ketika dihubungi Kompas.com, Rabu.
Menurutnya, aparat kepolisian yang humanis tak hanya bersikap lemah lembut. Polisi juga perlu konsisten dalam melakukan penegakan hukum.
Ia berpandangan, arogansi aparat kepolisian kerap muncul ke publik. Sebab, sebagai ujung tombak, polisi dinilai dapat memberikan tafsir sendiri dalam penegakan hukum tanpa kontrol yang kuat.
"Misalnya di Sat Narkoba, dari seseorang yang pengguna kemudian dinaikkan menjadi seorang pengedar, seorang pengedar kemudian berubah menjadi seorang pengguna sehingga hanya diberikan sanksi rehabilitasi. Hal-hal seperti itu kan bentuk arogansi dari kepolisian," ujarnya.
Untuk itu, Bambang mengatakan, diperlukan juga peran kontrol oleh masyarakat, misalnya melalui sistem penerimaan laporan yang dibentuk Polri.
Reformasi Kultural
Juru Bicara Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Poengky Indarti tak memungkiri masih ada anggota yang melakukan kekerasan berlebihan, bersikap arogan, hingga menerima pungli.
Padahal, sudah ada aturan internal yang melarang hal-hal tersebut. Menurutnya, konsistensi penerapan aturan-aturan internal tersebut belum merata.
Maka dari itu, Poengky menilai reformasi kultural perlu terus terlaksana untuk mewujudkan citra tersebut.
"Reformasi kultural Polri harus terus dilaksanakan dan ada reward serta punishment tegas," ungkap Poengky ketika dihubungi Kompas.com, Rabu.
Di samping itu, ia juga menilai, seluruh anggota kepolisian harus memberikan pelayanan hingga perlindungan kepada masyarakat secara maksimal.
"Mengutamakan tindakan preventif dan preemtif untuk mencegah kejahatan serta menjamin terwujudnya harkamtibmas," tuturnya.
Berdasarkan data alumni akpol, //akpol.polri.go.id/, Listyo Sigit Prabowo, lahir di Ambon, Maluku, 5 Mei 1969.
Listyo Sigit Prabowo diketahui beragama Kristen Protestan masuk Akpol 1988 dan lulus 1991.
Listyo Sigit Prabowo berasal keluarga TNI sederhana.
Saat masuk ke Akpol, Listyo Sigit Prabowo beralamat di Lanud Adi Sutjipto Blok P-1 Yogyakarta.
Meski nonmuslim, saat nama Listyo Sigit Prabowo diumumkan DPR sebagai calon tunggal Kapolri, ulama kharismatik Banten Abuya Muhtadi Dimyathi memberi dukungan.
Hal itu merujuk saat Listyo Sigit Prabowo menjabat Kapolda Banten sejak 5 Oktober 2016 hingga 13 Agustus 2018.
Di Banten, kata dia, Listyo Sigit Prabowo mampu menciptakan kondisi dan situasi aman tanpa gejolak.
Tak hanya itu, Listyo Sigit Prabowo juga sangat dekat dengan masyarakat termasuk para ulama.
"Tugas utama dia terus amankan negara ini. Insyaallah mampu.
Komjen Listyo Sigit Prabowo
Kalau beliau jadi (Kapolri) saya di belakangnya dan sebatas penguat saja.
Saya ikut bagaimana keputusan pusat saja," kata Abuya Muhtadi kepada wartawan, Jumat (15/1/2021).
Sementara Abuya Murtadho, adik Abuya Mutahdi mengungkapkan hal yang sama.
Menurut dia, selama berdinas di Provinsi Banten, Listyo Sigit Prabowo bekerja sangat baik dan mampu merangkul semua golongan.
Bahkan Listyo Sigit Prabowo sempat menginstruksikan seluruh jajaran Polda Banten untuk membaca kitab kuning.
Baca Juga: Ledakan Besar Bikin Panik Warga Arab Saudi, Serangan Drone Sekutu Iran Jadi Penyebabnya?
"Itu bagus," ujarnya.
Dengan sikap tersebut, dia berharap seluruh polisi di Indonesia bisa mengikuti jejak Sigit saat memimpin provinsi yang terdiri dari 4 kota, 4 kabupaten, 154 kecamatan, 262 kelurahan, dan 1.273 desa itu.
"Seandainya polisi-polisi dan jenderal-jenderal seperti Pak Sigit pasti bener.
Nah, saya tidak tahu lagi setelah Pak Sigit pindah apakah program tersebut masih berjalan atau tidak," tandasnya.
Di akhir pembicaraan, Abuya Murtadho berdoa yang terbaik untuk jenderal kelahiran Ambon tersebut.
"Doa yang terbaik saja ya," katanya.