Anak dan Menantu Jokowi Di Ambang Kemenangan, Media Asing Soroti Pilkada 2020, Dinasti Politik Istana Jadi Pemicunya

Kamis, 10 Desember 2020 | 10:51
TribunSolo.com/Dok Jimboeng Photo

Calon Wali Kota Solo, Gibran ditemani istrinya Selvi Ananda tiba di TPS 22 di Kampung Tirtoyoso, Jalan Kasuari Nomor 3 RT 5 RW 13, Kelurahan Manahan, Kecamatan Banjarsari, Kota Solo, Rabu (9/12/2020).

Fotokita.net - Anak dan menantu Jokowi di ambang kemenangan, media asing soroti Pilkada 2020, dinasti politik istana jadi pemicunya.

Pilkada 2020 cukup menarik perhatian dengan beberapa kandidat muncul dari keluarga orang nomor satu Indonesia, Presiden Joko Widodo atau akrab disapa Jokowi.

Indonesia pada Rabu (9/12/2020) melangsungkan pemilihan kepala daerah (pilkada) dengan lebih dari 100 juta orang berhak memilih pemimpin politik di 270 wilayah.

Pilkada ini untuk menentukan gubernur di 9 dari 34 provinsi, bupati di 224 dari 416 kabupaten, dan wali kota di 37 dari 98 kota.

Baca Juga: Menantu Jokowi Ungguli Petahana di Pilwakot Medan, Ini Link dan Cara Tahu Hasil Hitung Cepat Pilkada 2020

Putra pertama Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, mencalonkan diri sebagai wali kota di Solo.

Gibran tampaknya mengikuti jejak sang ayah yang mengawali karier pemerintahan sebagai wali kota Solo pada 2005, sebelum menjabat 2 periode sebagai presiden Indonesia.

Sedangkan menantu laki-laki Jokowi, Bobby Nasution, mencalonkan diri sebagai wali kota di Medan.

Baca Juga: Selalu Tampil Sederhana di Depan Kamera, Selvi Ananda Buka Suara Usai Anak Jokowi Diprediksi Menang Telak di Pilkada Solo 2020

Penghitungan cepat yang dilakukan oleh beberapa lembaga survei lokal menunjukkan Gibran memperoleh hampir 90 persen suara dalam pemilihan pada Rabu.

Meskipun tidak semua suara telah dihitung, keunggulannya cukup lebar untuk menjamin kemenangannya, seperti yang dilansir Nikkei Asia pada Rabu.

Hasil resmi akan dirilis pada 15 Desember. Jika dikonfirmasi menang, Gibran akan menjadi wali kota Solo pada Februari mendatang.

Beberapa media asing menyoroti pilkada di Indonesia tahun ini sebagai politik dinasti baru yang akan lahir.

Baca Juga: Keponakan Prabowo Merana, Ini Daftar Kekalahan Jagoan Gerindra, Simak Link Hasil Pemungutan Suara Pilkada 2020

Baik Gibran maupun Bobby, keduanya adalah pendatang baru di dunia politik Indonesia.

Namun, mereka telah mendapat dukungan partai politik besar, di mana Jokowi berada, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), sekalipun melawan kader-kader menjanjikan lainnya yang telah berkiprah di PDI-P lebih lama.

Baca Juga: Disebut Gagal Jadi Pemenang, Jagoan Risma Malah Menang Telak di Kandang Lawan, Ini Hasil Hitung Cepat Pilkada Surabaya 2020

instagram.com/bobbynst

Kahiyang Ayu dan Bobby Nasution saat Nyoblos di TPS

“Jika mereka hanya warga negara atau politikus biasa, mereka tidak akan mendapatkan tiket itu dengan mudah,” kata Abdil Mughis Mudhoffir, seorang peneliti post-doktoral di Institut Asia Universitas Melbourne, seperti dilansir Bloomberg pada Selasa (8/12/2020).

“Keluarga Jokowi akan bergabung dengan klub dinasti politik lain yang ada dalam perebutan kekuasaan dan sumber daya," lanjut Mudhoffir.

Baca Juga: Dibenci Seluruh Anggota DPRD Hingga Dimakzulkan, Bupati Jember Malah Disebut Bakal Sukses di Pilkada 2020 Karena Keputusan Terbaru Mahkamah Agung

"Politik Indonesia akan tetap sama, atau bahkan memburuk karena dinasti dan nepotisme akan menjadi normal baru,” terangnya.

Para kritikus kini mempertanyakan apakah Jokowi sedang mencoba membangun dinasti politiknya sendiri, dilansir dari Nikkei Asia pada Rabu (9/12/2020).

Sementara itu, dinasti politik adalah sebuah gagasan yang ingin Jokowi hindari dengan menjauhkan diri dari ambisi politik putra dan menantunya, melalui penyangkalan klaim apa pun tentang dinasti politik keluarganya itu.

Baca Juga: Jagoan Megawati dan PDIP Menang dalam Hitungan Sementara, Wali Kota Risma Nurut Diminta Pose Begini di Depan Kamera: Saranghae Surabaya!

“Saya tidak pernah memaksa anak-anak saya mengikuti saya atau terjun ke politik, tidak ada hal seperti itu,” kata Jokowi dalam wawancara dengan Kompas TV, November lalu, seperti dikutip Bloomberg.

“Itu hanyalah hak politik setiap warga negara, termasuk anak-anak saya,” lanjutnya. Panggilan ke juru bicara presiden untuk meminta komentar tidak segera dijawab.

Baca Juga: Gaji PNS Naik di Tahun 2021? Ini Besaran Lengkap Gaji Abdi Negara yang Dirombak Pemerintah

Melansir Bloomberg, Gibran sempat menanggapi isu soal dinasti yang sedang tumbuh, dengan mengatakan dia tidak menjamin kemenangan pemilihan.

“Ini kontes, bukan janji,” katanya setelah pencalonannya diumumkan pada Juli.

Baca Juga: Cuma Didukung 2 Partai Politik, Petahana Pilkada Medan Disebut Sukses Bikin Menantu Jokowi Pulang ke Solo, Ini Hitungannya

Kompas.com

Calon Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka.

Dinasti politik meningkat

Pada Pilkada 2020, selain keluarga Jokowi yang mencalonkan diri dalam kontestasi politik ini, sejumlah kerabat pejabat negara lainnya juga turut beramai-ramai mencalonkan diri, sebagaimanan yang dilansir dari Nikkei Asia.

Di ataranya, Rahayu Saraswati Djojohadikusumo, keponakan Prabowo Subianto, mencalonkan diri menjadi wakil wali kota Tangerang Selatan, Banten.

Di kota yang sama, Siti Nur Azizah, putri Amin, mencalonkan diri sebagai wali kota. Mereka akan melawan satu sama lain.

Baca Juga: Dilarang Ambil Foto-foto, 6 Jenazah Pengawal Habib Rizieq Dishalatkan di Masjid Petamburan, Anak Yatim Itu Susul Kepergian Sang Ayah

Hanindhito Himawan Pramono, putra Sekretaris Kabinet Pramono Anung, mencalonkan diri sebagai bupati Kediri, Jawa Timur.

Posisi tersebut telah dipegang oleh keluarga yang sama selama lebih dari 20 tahun. Di tempat lain, adik dari menteri pertanian dan keponakan mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla itu bercita-cita menjadi wali kota Makassar.

Sedangkan, adik dari menteri tenaga kerja mencalonkan diri sebagai wakil bupati Mojokerto.

Baca Juga: Banyak Luka Tak Wajar di 6 Jenazah Pengawalnya, Habib Rizieq Muncul ke Publik: Tanpa Mereka Mungkin Kami Digiring ke Medan Pembantaian

Yoes Kenawas, seorang calon doktor ilmu politik di Northwestern University, Amerika Serikat, menemukan ada 52 kandidat dinasti politik seperti itu pada 2015, tetapi pada Pilkada tahun ini setidaknya ada 146 orang.

Itu adalah "yang terbanyak dalam sejarah Indonesia sejauh ini", kata Kenawas seperti yang dilansir dari Al Jazeera pada Selasa (8/12/2020).

Baca Juga: Ayah Korban Tewas dalam Penembakan Rombongan Pengajian Habib Rizieq Gembira, Aa Gym Ingatkan Umat Islam untuk Lakukan Ini

Kenawas, yang juga pernah mempelajari dinasti politik di Indonesia, mengatakan peningkatan itu dimungkinkan karena banyak politisi yang terpilih pada 2010 dan 2015 sudah menjabat 2 periode, sehingga tidak bisa lagi mencalonkan diri.

Kemudian, banyak dari mereka melihat keluarga mereka sendiri sebagai kandidat terbaik untuk mempertahankan warisan dan kepentingan politik mereka.

“Ini yang pertama dalam sejarah Indonesia di mana anak-anak dan mertua presiden yang aktif, anak-anak wakil presiden, bahkan anak menteri ikut serta langsung dalam pemilihan kepala daerah ketika orang tua atau kerabatnya masih menjabat,” ujarnya.

Baca Juga: Hasil Otopsi 6 Jenazah Pengawal Habib Rizieq Ditemukan Luka Tak Wajar, FPI Berharap Bantuan Lembaga Ini Usai Bentrokan Berdarah di Jalan Tol

“Dinasti politik semakin terbukti sebagai indikator di mana ruang untuk bersaing, meski masih luas, tapi semakin menyempit,” imbuh sebagaimana yang dilansir dari Al Jazeera.

Aisah Putri Budiatri, Peneliti Pusat Kajian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), mengatakan pemilu tahun ini menunjukkan “kegagalan parpol dalam merekrut calon kepala daerah berdasarkan kader internal partai”.

Baca Juga: Dituding Terima Uang Ilegal Saat Tinggal di Arab Saudi, Rahasia Habib Rizieq Dibongkar Mahfud MD: 'Ada Intervensi Amerika?'

Instagram @sufmi_dasco

Rahayu Saraswati Djojohadikusumo, Prabowo Subianto dan Sufmi Dasco Ahmad

“Banyak dari kandidat berbasis kekerabatan ini bukanlah politisi berpengalaman di bidang pencalonan dan belum membangun jaringan yang mengakar, baik di dalam partai atau dengan komunitas di daerah pemilihan mereka,” katanya kepada Al Jazeera.

Melansir Inter Press Servicepada Selasa (8/12/2020), sarjana komunikasi politik dari Universitas Esa Unggul, M. Jamiluddin Ritonga, berkata, “Prinsip meritokrasi dengan aspek kelayakan dan kompetensi merupakan syarat mutlak untuk mendukung kualitas seorang calon.”

Baca Juga: CCTV di Sekitar TKP Rusak, Polisi Punya Bukti Pengawal Habib Rizieq Mau Serang Aparat, FPI Sebut Rombongan Dikuntit Orang Tak Berseragam

Sementara, dosen Komisioner Politik dari Universitas Pelita Harapan, Emrus Sihombing menegaskan bahwa pengembangan kader partai itu penting.

tangkapan layar Youtube Rans Entertaiment
tangkapan layar Youtube Rans Entertaiment

Dipinang Ikut Bersaing di Kursi Walikota Tangsel Hingga Rumahnya Disambangi Anak Wapres RI, Raffi Ahmad Masih Pikir-pikir: Sekarang Jadi Artis Dulu

"Beri waktu setidaknya 10 tahun sebelum kader partai menjadi calon eksekutif atau legislatif," ujar Emrus.

Baca Juga: Disebut Banyak Kejanggalan, Orang Tua Ini Malah Gembira Putranya Tewas Usai Kawal Habib Rizieq: Anak Saya Mati Syahid

(Kompas.com/Shintaloka Pradita Sicca)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya