Fotokita.net - Diminta mundur dari jabatan karena disebut tak becus, Anies Baswedan tiba-tiba unggah foto baca buku ini, judulnya langsung bikin gempar.
Menyusul sejumlah aksi yang dianggap 'menyerang' Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Karang Taruna DKI Jakarta siap pasang badan.
Karang Taruna DKI Jakarta memberi dukungan penuh terhadap Gubernur DKI Jakarta Anies Basewedan terkait isu pelanggaran protokol kesehatan yang berkembang belakangan ini.
Ketua Karang Taruna DKI Jakarta Muhammad Mul mengatakan bahwa dirinya siap mengawal serta menjaga Anies yang notabene adalah Pembina Umum Karang Taruna DKI Jakarta.
“Kami, Karang Taruna DKI Jakarta mengambil sikap untuk selalu menjaga serta mengawal pembina umum kami. Jangan ganggu Gubernur DKI Jakarta tunaikan tugas pimpin ibu kota,” ujar Mul, Sabtu (21/11/2020).
Mul mengatakan bahwa dirinya dengan seluruh anggota Karang Taruna DKI Jakarta memberikan semangat dan dukungan kepada Anies untuk menjalankan tugasnya sebagai kepala daerah.
Apalagi anggota Karang Taruna se DKI Jakarta jumlahnya ada ratusan ribu mulai dari tingkat RT hingga tingkat kota di lima wilayah DKI Jakarta ditambah satu Kabupaten Kepulauan Seribu.
“Dan kami siap bila diperlukan untuk memberi semangat serta dukungan kepada Pak Gubernur Anies Baswedan,” kata Mul.
Menurut Mul, selama Anies telah menjalankan tugasnya sebagai seorang kepala daerah dengan baik dan benar. Namun yang terjadi selama ini dinilainya justru yang sebaliknya.
“Ada banyak tudingan miring yang menghampiri beliau,” sesal Mul.
Sekretaris Majelis Pertimbangan Karang Taruna (MPKT) Muhaimin juga mendukung apa yang menjadi sikap Karang Taruna se DKI Jakarta yang mengawal Anies Baswedan memimpin ibu kota.
Muhaimin juga memintar agar segera dilakukan koordinasi tingkatan untuk pernyataan sikap moril yang tertuang dalam surat tertulis supaya bisa disampaikan langsung kepada Anies.
"Saya rasa wajar saja, karena Pak Gubernur sudah dianggap sebagai orangtua sendiri dan sekaligus menjadi pembina umum. Sikap itu adalah wujud bakti seorang anak kepada orangtuanya,” tutup Muhaimin.
Sebelumnya Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dipanggil ke Polda Metro Jaya terkait dengan pelanggaran protokol kesehatan dalam acara yang digelar di Jalan KS Tubun, Jakarta Barat, Sabtu (14/11/2020).
Ketika itu Pimpinan Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab menggelar acara Maulid Nabi Muhammad SAW serta pernikahan putrinya, Najwa Shihab yang menimbulkan kerumunan massa.
Anies diminta mundur
Sebelumnya, sekelompok pemuda yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa Jakarta (GMJ) mendatangi Balai Kota DKI Jakarta, Jumat (20/11/2020).
Mereka menyerukan sejumlah tuntutan, salah satunya meminta Gubernur Anies Baswedan untuk mundur dari jabatannya.
Pasalnya, Anies dinilai lalai dalam menindak pelanggar Covid-19.
Demonstran juga meminta agar Habib Rizieq Sihab diperiksa karena telah menyebabkan terjadinya kerumunan dalam sejumlah kegiatannya.
Sahala, Kordinator Aksi meminta Anies untuk mundur dari jabatannya karena dinilai tidak kompeten menjalankan tugasnya.
"Hari ini kami datang , meminta Anies untuk mundur dari jabatan Gubernur DKI Jakarta karena dengan sengaja meningkatkan penyebaran Covid-19," ujar Sahala di depan Balaikota DKI Jakarta, Jumat (20/11/2020).
Selain itu, salah seorang orator mengatakan bahwa Rizieq Sihab adalah akar masalah peningkatan kasus Covid-19.
Kedatangan Pemimpin Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq di Puncak Bogor disambut ribuan simpatisan, Jumat (13/11/2020).
"Rizieq Sihab datang hanya buat kekacauan, dia akar dari semua masalah peningkatan Covid-19 di DKI Jakarta," tutur Orator.
Selain itu, Sahala juga menyalahkan keramaian yang terjadi baik saat penjemputan Habib Rizieq di bandara, acara maulid Nabi SAW maupun acara pernikahan putri Habib Rizieq.
"Karena keramaian yang diakibatkan Rizieq Sihab, peningkatan kasus Covid -19 melejit," jelas Sahala.
Sahala juga mengatakan bahwa unjuk rasa akan terus dilakukan sebelum Anies bertindak tegas kepada orang-orang yang melanggar protokol Covid-19.
Sebelum meninggalkan unjuk rasa, masa membakar spanduk yang berisi foto Rizieq Shihab.
Puluhan orang yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Cinta NKRI melakukan unjuk rasa di depan Balai Kota DKI Jakarta, Kamis (19/11/2020).
Demo sehari sebelumnya
Pada Kamis (19/11/2020), puluhan orang juga mendatangi Balai Kota DKI Jakarta di kawasan Gambir, Jakarta Pusat di tengah pro dan kontra tentang dugaan pelanggaran protokol kesehatan terkait penjemputan Habib Rizieq Shihab dari Arab Saudi, acara maulid dan kegiatan akad nikah Syarifah Najwa Shihab, putri Rizieq Shihab.
Polisi bahkan telah memanggil sejumlah pihak untuk mendalami dugaan kasus itu, termasuk meminta klarifikasi dari Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Puluhan orang yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Cinta NKRI itu melakukan unjuk rasa di depan Balai Kota DKI Jakarta.
Mereka menuntut agar Anies bertindak tegas serta proporsional untuk membubarkan kerumuman di tengah Pandemi Covid-19.
Baca Juga: Ancam Tetap Gelar Reuni 212, FPI Minta Pemerintah Lakukan Tindakan Tegas Pada Kegiatan Ini
Kordinator Aksi, Steve mengatakan bahwa peningkatan kasus Covid-19 satu minggu terakhir mengalami peningkatan pesat.
Sehingga hal tersebut menyebabkan keresahan di masyarakat.
“Peningkatan kasus seminggu terakhir mengalami peningkatan. Itu terjadi karena masyarakat kurang disiplin terhadap protokol kesehata, banyaknya mobilisasi unjuk rasa dan terlebih sejak kepulangan Rizieq Sihab ke Indonesia,” ujar Steve kepada wartawan di depan Balai Kota, Kamis (19/11/2020).
Kepulangan Rizieq Sihab, lanjut Steve telah berotensi menyebabkan kasus Covid-19 mengalami peningkatan.
Lantaran aksi penyambutan yang dilakukan ribuan orang tidak mematuhi protokol kesehatan.
Begitu juga beberapa kegiatan yang dilakukan pasca-kepulangan Habib Rizieq Shihab, semisal acara maulid Nabi SAW dan acara akad nikah putrinya.
“Kepulangan Rizieq Sihab ke Indonesia dengan disambut oleh masa yang berkerumun, acara pernikahan putri Rizieq Sihab dan peringatan Maulid Nabi Muhammada S.A.W juga menjadi tempat berkumpulnya massa sehingga hal ini sangat riskan serta berpotensi menjadi tempat penularan Covid 19,” tutur Steve.
Steve menjelaskan, mereka ingin mengingatkan Anies Baswedan agar bertindak tegas dan proporsional dalam menangani penyebaran Covid-19.
“Kami datang ke sini melakukan unjuk rasa untuk mengingatkan Gubernur DKI Jakarta yakni Anies Baswedan agar tegas serta proporsional menindak pelanggar Protokol Kesehat Covid-19,”
Lebih jauh, Steve mengungkapkan agar kedekatan Anies dengan Rizieq tidak mengorbankan masyarakat DKI Jakarta.
“Hubungan baik Anies dan Rizieq Sihab tidak boleh mengorbankan masyarakat DKI Jakarta dengan membiarkan kerumuman yang dilakukan oleh Rizieq Sihab,” ujar Steve.
Salah satu orator, saat menyampaikan orasinya mengatakan bahwa Rizieq Shihab harus ikut bertanggungjawab jika nantinya terjadi peningkatan kasus Covid-19 di Jakarta jelang kepulangannya.
“Rizieq Sihab harus bertanggung jawab meningkatnya penyebaran Covid-19 di DKI Jakarta. Rizieq Sihab tidak dibutuhkan di Indonesia, dia harus pergi secepat mungkin, sebelum masyarakat yang mengusirnya,” pekik Orator.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengunggah di media sosial Instagram satu foto yang menunjukkan dirinya sedang bersantai pada Minggu (22/11/2020).
Dalam unggahan tersebut, Anies menuliskan caption "Selamat pagi semua. Selamat menikmati Minggu pagi."
Dalam unggahan foto tersebut, Anies terlihat sedang duduk di kursi dengan latar belakang lemari buku kayu dan beberapa furnitur.
Anies menunjukkan dirinya sedang membaca buku " How Democracies Die" yang ditulis oleh Steven Levitsky dan Daniel Ziblatt.
Buku tersebut juga tersedia dalam versi terjemahan di Google Books. Dalam sinopsinya, buku tersebut menceritakan kematian demokrasi dengan terplihnya banyak pemimpin otoriter.
Kepemimpinan otoriter dinilai akan menyalahgunakan kekuasaan pemerintahan, dan penindasan total atas oposisi.
Gubernur Anies Baswedan mengunggah foto dirinya tengah membaca buku How Democracies Die yang ditulis oleh Steven Levitsky dan Daniel Ziblatt.
Gejala-gejala kematian demokrasi dinilai sedang terjadi di seluruh dunia dan pembaca diajak untuk mengerti untuk cara menghentikan kematian demokrasi ini.
Dua penulis merupakan profesor dari Harvard yang menerangkan sejarah dan kerusakan rezim selama abad ke-20 dan ke 21 dan menunjukan bahayanya pemimpin otoriter ketika menghadapi krisis besar.
"Berdasarkan riset bertahun-tahun keduanya menyajikan pemahaman mendalam mengenai mengapa dan bagaimana demokrasi mati," tulis sinopsis dalam Google Books.
Buku tersebut memuat analisis pemicu kewaspadaan bagaimana demokrasi didesak oleh kekuasaan yang otoriter dan mengancam pemerintah, partai politik, dan individu.
"Kita bisa melindungi demokrasi kita dengan belajar dari sejarah, sebelum terlambat," tulis sinopsis buku tersebut.
Buku berjudul "Bagaimana Demokrasi Mati" ini diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama 2019 dengan tebal 288 halaman.