Fotokita.net - 3 negara bagian ini jadi penentu kemenangan, Indonesia bakal kena getahnya jika Donald Trump kalah: Pak Harto jatuh, presidennya Partai Demokrat.
Rakyat Amerika masih menunggu penghitungan suara akhir untuk negara-negara bagian yang diperebutkan, dan menentukan apakah Presiden Donald Trump dari Partai Republik akan menjabat lagi untuk empat tahun ke depan, atau digantikan oleh penantang Demokratnya, mantan Wakil Presiden Joe Biden.
Pesta-pesta di jalanan Washington, DC dan di Miami, Florida berlangsung pada hari Selasa (3/11/2020) malam, sewaktu seluruh negara dengan cemas menunggu hasil pemilu presiden antara petahana Donald Trump dan calon dari Demokrat, Joe Biden.
Baik Trump maupun Biden belum mencapai angka suara elektoral 270 dari sejumlah 538 suara elektoral yang disyaratkan untuk menang.
Pemilu AS tidak ditentukan oleh suara terbanyak.
Jeremy Myer, dosen politik Amerika di George Mason University mengatakan, “Tampaknya sekitar 50/50 untuk masing-masing calon ini. Dan yang luar biasa adalah ini mirip dengan pemilu 2016.
Penentunya adalah tiga negara bagian yang persis sama, Wisconsin, Michigan, dan Pennsylvania.”
Wisconsin, Michigan, dan Pennsylvania biasanya adalah negara bagian Demokrat, namun pada 2016 dimenangkan oleh Trump.
Kedua kandidat giat berkampanye di sana pada hari-hari terakhir menjelang pemungutan suara.
Pada Rabu dini hari (4/11/2020) dari tempat tinggalnya di Wilmington, Delaware, Biden mengimbau pendukungnya untuk bersabar.
“Tetaplah percaya sahabat-sahabat, kita akan memenangkan pemilu ini! Terima kasih, terima kasih terima kasih!."
Beberapa menit kemudian Trump mencuit, Demokrat berupaya mencuri pemilu dan Twitter memberi label cuitan itu sebagai “menyesatkan”.
Dia kemudian berbicara dari Gedung Putih. “Ini saat yang sangat menyedihkan, bagi saya ini adalah momen yang sangat menyedihkan.
Kita akan menang dan sejauh pemahaman saya, kita sudah menang.”
Baca Juga: UU Cipta Kerja Ditandatangani Jokowi, Siaran TV Ini Ikut Jadi Korban, Digantikan dengan TV Digital
Meskipun presiden meng-klaim kemenangan, surat-surat suara akan terus dihitung dan perlu beberapa hari sebelum pemenangnya bisa ditetapkan.
“Juga karena pandemi kita melihat lebih banyak orang memilih melalui pos. Jadi permintaan untuk itu telah meningkat, jadi itu memperlambat proses penghitungan,” jelas LaTrice Washington, dari Otterbein University.
Rakyat Amerika memberikan suara mereka dalam suasana yang relatif tenang meskipun kehadiran polisi di sebagian TPS lebih banyak daripada biasanya.
Para penegak hukum bersiap-siap menghadapi kemungkinan terjadinya kekerasan menyusul kampanye yang memecah belah masyarakat.
Joe Biden dan Donald Trump
Dengan penghitungan suara yang ketat di beberapa negara bagian utama, dan puluhan tuntutan hukum atas aturan pemungutan suara yang dapat memengaruhi surat suara yang dihitung, kampanye presiden selama berbulan-bulan itu masih harus menunggu hasilnya lebih lama.
Sementara itu, ekonom senior Indef, Faisal Basri menilai Indonesia akan diuntungkan jika Donald Trump kembali terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat.
Sebaliknya, jika Joe Biden yang terpilih, lanjut dia, Indonesia akan terkena dampaknya.
“Saya enggak suka nih jawabannya, kalau Donald Trump menang itu lebih menguntungkan buat Indonesia,” ujar Faisal dalam webinar, Rabu (4/11/2020).
Joe Biden diusung oleh Partai Demokrat. Sedangkan Trump diusung oleh Partai Republik.
Menurut dia, kebijakan Joe Biden dalam urusan bilateral akan lebih rumit ketimbang Trump.
“Jadi (Partai) Demokrat itu kalau mau ngasih banyak banget syaratnya, human rights-lah, itu lah.
Kalau partai Republik ini kerjanya (memberikan) stimulus, cetak uang, sehingga dollar AS turun, merosot, rupiah-nya menguat tanpa kita usaha,” kata Faisal.
Selain itu, Faisal memperkirakan karakteristik presiden yang diusung Partai Demokrat akan menekan defisit dan menaikkan pajak bagi orang kaya di Amerika Serikat.
Dengan begitu, ekonomi negeri Paman Sam itu akan lebih kuat lagi.
“Artinya strength dollar AS karena defisitnya turun. Nah akibatnya rupiahnya melemah.
Jadi faktor eksternalnya yang bersifat heksogen itu dari AS very unfortunate,” ungkapnya.
Debat antara Donald Trump dan Joe Biden
Fakta menarik lainnya, lanjut Faisal, jika presiden AS berasal dari Partai Demokrat, maka ekonomi Indonesia akan terganggu.
Hal tersebut pernah terjadi di saat tahun 1998 lalu.
“Inget enggak pas Pak Soeharto jatuh? itu kan Presidennya Partai Demokrat. Nah kalau republik yang penting bisnis, perusahaan minyaknya diminta dikasih fasilitas, Freeportnya jangan diganggu, yang gitu-gitu dan GSP dikasih,” ujarnya.
(VOA Indonesia/Kompas.com)