Terbongkar, Pakai Baju Hitam Hingga Susupi Demo UU Cipta Kerja, Ini Motif Kelompok Massa yang Sengaja Bikin Rusuh Aksi Buruh

Jumat, 09 Oktober 2020 | 07:48
TRIBUNNEWS

Pengunjukrasa yang berasal dari buruh, mahasiswa, dan pelajar terlibat bentrok dengan polisi saat unjuk rasa di sekitar Patung Kuda Jakarta, Kamis (8/10/2020). Mereka menuntut pemerintah untuk membatalkan UU Cipta Kerja yang dinilai memberatkan pekerja. TRIBUNNEWS/HERUDIN

Fotokita.net - Terkuak, pakai baju hitam hingga susupi demo UU Cipta Kerja, ini motif kelompok massa yang sengaja bikin rusuh aksi demo buruh.

Penampakan massa misteriusmuncul di antara pengunjuk rasa yang memprotes UU Cipta Kerjadi sejumlah wilayah di Indonesia.

Massa misterius tersebut biasa berpakaian hitam menyusup di antara pengunjuk rasa dan memicu kerusuhan.

Berdasarkan data yang dihimpun Tribunnews.com, kelompok massa misteriustersebut muncul dalam aksi demonstrasi tolak UU Cipta Kerjadi sejumlah wilayah mulai dari Jakarta, Jawa Barat, Sumatera Selatan, dan Bali.

Baca Juga: Demo Buruh Berujung Ricuh, Aksi Unjuk Rasa Disusupi Massa Baju Hitam, Kelompok Ini Disebut Biang Keroknya

Jawa Barat

Di wilayah Jawa Barat, kelompok berpakaian hitam tersebut muncul dalam demonstrasi UU Cipta Kerjadi Sukabumi, Garut, dan Bandung.

Di Sukabumi, sejumlah pemuda yang mengunakan pakaian serba hitam diamakan ke Mapolres Sukabumi Kota.

Kapolres Sukabumi Kota, AKBP Sumarni mengatakan, beberapa orang tersebut diduga menjadi provokator dalam aksi kerusuhan yang terjadi di Jalan RE Martadinata.

Baca Juga: Mahasiswi Nekat Tenangkan Pedemo di Dekat Istana Negara, Jokowi Malah Blusukan ke Kalimantan, Buruh Meradang: Katanya Presiden dari Rakyat...

"Kami sudah mengamankan beberapa provokator yang mendomplengi aksi unjuk rasa mahasiswa," kata Kapolres Sukabumi Kota, AKBP Sumarni pada wartawan di sekitar Lapang Merdeka, Rabu (7/10/2020).

Pihaknya mengaku, belum bisa memastikan masa aksi tersebut berasal dari kelompok mana.

Namun, Sumarni memastikan kelompok tersebut tidak memiliki izin untuk melakukan aksi unjuk rasa bersama mahasiswa.

"Hingga saat ini sejumlah orang yang diamankan tersebut masih dalam penyelidikan petugas," katanya.

Tidak hanya di Sukabumi, kelompok berpakaian hitam pun muncul dalam demo buruh dan mahasiswa di depan Gedung DPRD Garut, Kamis (8/10/2020).

Baca Juga: Dosen di Surabaya Janji Beri Nilai A, Emak-emak Ini Merengek Minta Anaknya Dikembalikan Usai Demo UU Cipta Kerja Ricuh

Demo tersebut berlangsung ricuh.

Aksi saling dorong terjadi antara mahasiswa dan petugas yang berjaga di gerbang DPRD Garut.

Massa pun sempat melempari petugas dengan botol air mineral dan barang lainnya.

TRIBUNNEWS
HERUDIN

Pos Polisi Patung Kuda Jakarta dibakar oleh demonstran saat terlibat bentrok dengan polisi, Kamis (8/10/2020). Mereka menuntut pemerintah untuk membatalkan UU Cipta Kerja yang dinilai memberatkan pekerja. TRIBUNNEWS/HERUDIN

Massa berbaju hitam yang diduga anarko pun terlihat di kerumunan massa.

Bahkan sempat terjadi aksi dorong antara mahasiswa dan massa berpakaian hitam.

Keberadaan kelompok berpakaian hitam-hitam pun dilaporkan muncul saat aksi demonstrasi di Gedung DPRD Jabar, Selasa (6/10/2020).

Massa tersebut bukan mahasiswa dan bukan pula buruh.

"Perusuh ini bukan massa buruh atau dari massa mahasiswa," ujar Kapolrestabes Bandung Kombes Pol Ulung Sampurna Jaya di Jalan Dipenogoro, Selasa malam.

Menurut pantauan Tribun Jabar, sekitar pukul 17.00 tidak ada massa buruh yang berunjuk rasa menolak UU Cipta Kerjadi Gedung Sate yang lokasinya berdekatan dengan Gedung DPRD Jabar.

Baca Juga: Kabar Gembira Buat Siswa, Tanpa Harus Ikut Bimbel, 3 Aspek Ini yang Akan Diujikan di Asesmen Nasional Pengganti UN 2021

Sekitar pukul 17.00 hingga kerusuhan pecah pukul 18.00 dan kembali k?ondusif pukul 19.00 WIB.

Massa yang terlibat kerusuhan tidak diketahui dari kelompok mana. Mereka mengenakan pakaian hitam-hitam.

"Kami tidak menyampaikan itu Anarko, karena sekarang masih didalami. Sejauh ini sudah ada 10 orang yang diamankan," ucap dia.

TRIBUNNEWS
HERUDIN

Pengunjukrasa yang berasal dari buruh, mahasiswa, dan pelajar terlibat bentrok dengan polisi saat unjuk rasa di sekitar Patung Kuda Jakarta, Kamis (8/10/2020). Mereka menuntut pemerintah untuk membatalkan UU Cipta Kerja yang dinilai memberatkan pekerja. TRIBUNNEWS/HERUDIN

Polisi sempat melepaskan gas air mata ke arah massa setelah sebelumnya massa melempari polisi dengan batu dan berbagai benda.

Mobil Covid Hunter milik Polrestabes Bandung dirusak massa perusuh yang berpakaian hitam-hitam saat unjuk rasa terkait UU Cipta Kerjadi Jalan Dipenogoro, Kota Bandung, Selasa (6/10/2020) malam.

Perusakan mobil Covid Hunter itu terjadi di pertigaan Jalan Dipenogoro-Jalan Trunojoyo.

Palembang

Dilansir dari Tribunsumsel.com, tujuh pemuda diamankan pihak kepolisian.

Pemuda yang tidak jelas asal usulnya tersebut tiba-tiba datang dengan membawa bendera warna hijau begambar mata.

Baca Juga: Terkuak, Sosok Ini Disebut Sebagai Pencetus Omnibus Law UU Cipta Kerja, Tapi Jokowi Malah Blusukan Ke Sini Saat Puncak Demo Buruh

Dengan mengenakan baju hitam, para pemuda ini diduga akan menjadi penyusup dalam aksi yang akan digelar mahasiswa di Simpang Lima DPRD Sumsel, Rabu (7/10/2020).

Para pemuda yang mencurigakan ini langsung diamankan pihak kepolisian.

Denpasar

Massa berpakaian hitam pun muncul dalam unjuk rasa di depan Gedung DPRD Bali, Kamis (8/10/2020).

Unjuk rasa tersebut berakhir ricuh.

Awalnya, massa berkumpul di depan Kampus Universitas Udayana di Jalan Sudirman.

Mereka kemudian berjalan kaki menuju gedung DPRD Bali dan tiba sekitar pukul 15.00 WITA.

Namun, setelah tiba massa aksi berbaju hitam melempari petugas kepolisian yang berjaga.

Polisi membalasnya dengan tembakan gas air mata.

Baca Juga: Ramai-ramai Dijual di E-Commerce Usai Sahkan UU Cipta Kerja, Anies Baswedan Paksa Tutup Gedung DPR Karena Alasan Ini: Sudah Ketentuannya

Pantauan Kompas.com, hingga pukul 16.15 WITA, massa masih bertahan di depan gedung DPRD Bali. Adapun lemparan batu mulai mereda.

Sementara sebagian massa lain bertahan di depan gedung Universitas Udayana.

Mereka berorasi secara gantian menuntut agar Undang-undang Cipta Kerja dibatalkan.

"Tuntutan teman-teman aksi hari ini ingin pemerintah dan DPR RI untuk mencabut UU Cipta Kerjakarena dinilai sangat merugikan masyarakat Indonesia," kata juru bicara aliansi Bali Tidak Diam, Abror Torik Tanjilla di kampus Universitas Udayana, Kamis.

Ia menyebut massa akan terus melakukan aksi hingga pemerintah mengabulkan tuntutan mereka.

Adapun hingga Kamis sore petugas kepolisian masih berjaga di dalam gedung DPRD Bali.

Baca Juga: Anak Buah SBY Tulis Kalimat Menohok, Nikita Mirzani Ancam Datangkan Sosok Ini Usai Puan Maharani Kepergok Matikan Mikrofon Anggota DPR

Malang

Massa berpakaian serba hitam pun muncul dalam aksi unjuk rasa menolak UU Omnibus Law Cipta di Kota Malang, Jawa Timur, Kamis (8/10/2020).

Kelompok tak dikenal tersebut langsung berbuat anarkis dengan melempar batu, bom molotov, dan membakar kendaraan.

Kapolresta Malang Kota, Kombes Pol Leonardus Simarmata mengatakan bahwa selama ini wilayah Kota Malang selalu aman dan kondusif.

"Selama ini Kota Malang selalu aman, tidak pernah ada kejadian yang seperti ini. Tapi tadi kami lihat, begitu massa yang anarkis itu mulai beraksi, teman-teman mahasiswa dan buruh langsung mundur ke belakang," ujarnya kepada TribunJatim.com, Kamis (8/10/2020).

Baca Juga: Bisa Diperintah Jokowi Sewaktu-waktu, Begini Deretan Kehebatan Pasukan Paling Elit TNI yang Jadi Kebanggaan Panglima TNI Hadi Tjahjanto: Keberhasilan Operasi Dekati 100 Persen

Ia menjelaskan bahwa pihaknya akan mendalami, dari kelompok mana massa yang anarkis tersebut.

"Karena kelompok tersebut bukan mahasiswa dan bukan buruh. Dan anggota kelompok massa yang anarkis ini, memakai pakaian serba hitam dan usia anggota kelompok itu masih di bawah umur," jelasnya.

Dirinya juga menerangkan terhitung mulai pukul 17.15 WIB, semua aksi unjuk rasa tersebut dipastikan telah selesai.

"Kami pun juga telah melakukan negosiasi dengan baik (dengan para demonstran). Dan kami imbau kepada mereka untuk membubarkan diri," tambahnya.

KOMPAS/DAHLIA IRAWATI

Demo penolakan omnibus law UU cipta Kerja di Kota Malang, Kamis (08/10/2020) berakhir ricuh. Massa melempari gedung dewan dengan petasan, batu, dan merusak motor, kaca, serta beberapa properti di sana

Mantan Wakapolrestabes Surabaya ini juga mengungkapkan bahwa pihaknya telah mengamankan beberapa demonstran.

"Ada sekitar 80 orang yang kami amankan. Saat ini kami akan melakukan pemeriksaan. Kami cek, apa perananannya pada saat demo tersebut. Bila memang tak terkait dengan pengrusakan dan pembakaran, maka akan kami kembalikan (dipulangkan)," katanya.

Dirinya juga menambahkan bahwa mobil milik kepolisian juga ikut menjadi sasaran amuk massa, dalam aksi unjuk rasa tersebut.

"Kendaraan dinas yang dirusak oleh massa antara lain mobil milik Satpol PP Kota Malang, satu bus dari Polres Batu, dan dua truk milik Polres Blitar. Selain itu dua sepeda motor dinas milik Polresta Malang Kota, dibakar oleh massa pengunjuk rasa," ujarnya.

Baca Juga: Ada 8 Poin Jadi Sorotan Buruh, Ternyata Begini Alasan Jokowi Tantang DPR Ketok Palu UU Cipta Kerja dalam 100 Hari

KOMPAS/DAHLIA IRAWATI

Demo penolakan Omnibus Law RUU Cipta Kerja di Kota Malang, Kamis (08/10/2020) berakhir ricuh. Massa melempari gedung dewan dengan petasan, batu, dan merusak motor, kaca, serta beberapa properti

Jakarta

Halte Transjakarta di Bundaran HI, Jakarta Pusat dibakar massa penolak UU Cipta Kerja, Kamis (8/10/2020).

Pantauan Tribunnews.com di lokasi, saat aksi pembakaran dan perusakan Halte Transjakarta Bundaran HI oleh massa demonstran, sejumlah pasukan TNI dan Polri yang bertugas turut menyaksikan.

Seakan tak berdaya, petugas TNI-Polri hanya dapat menyaksikan dan berjaga di kawasan Bundaran HI.

Mereka tak melakukan apa-apa, hanya menyaksikan seraya mengimbau warga yang bukan massa demonstran agar tidak mendekat dan berhati-hati.

Seorang anggota kepolisian yang sempat berbincang dengan Tribunnews.com menceritakan, aksi pembakaran Halte Transjakarta Bundaran HI oleh massa demonstran terjadi sekira pukul 17:00 WIB.

Baca Juga: Keinginan Jokowi Revisi Aturan Terkabul Lewat UU Cipta Kerja, Seller Jual Gedung DPR dan Isinya Rp 666 di Tokopedia, Begini Respons Manajemen

Hingga pukul 18:02 WIB, massa pengunjuk rasa menolak UU Cipta Kerjamasih bertahan di kawasan Bundaran HI.

Seorang pelajar SMA bertopi dan mengenakan jaket terlihat memanjat traffic light yang berada tepat di depan Halte Transjakarta Bundaran HI.

Ia terlihat mengenakan celana abu-abu, lalu mengibarkan bendera merah putih, yang kemudian diikuti nyanyian lagu nasional Padamu Negeri oleh massa aksi lainnya.

Saat berita ini diturunkan, sebuah mobil komando memasuki kawasan Bundaran HI.

Sang orator dan para massa yang mengikuti iring-iringan mobil komando itu mengenakan pakaian serba hitam.

"Ikut demo, masa cuma ngerokok di pinggiran," ucap sang orator.

Kelompok Anarko

Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus mengatakan, kerusuhan yang terjadi pada aksi demo penolakan pengesahan omnibus law Undang-Undang Cipta Kerja pada Kamis (8/10/2020) bukan dilakukan buruh ataupun mahasiswa.

Menurut Yusri, kerusuhan diduga dilakukan oleh orang-orang yang tergabung dalam kelompok Anarko.

Mereka menyusup di antara para buruh dan mahasiswa untuk membuat kerusuhan saat aksi demo berlangsung.

Saat ini, lanjut Yusri, polisi telah mengamankan 1.000 orang yang diduga terlibat dalam aksi kerusuhan yang sempat terjadi di Simpang Harmoni hingga kawasan Patung Kuda Arjuna Wiwaha, Jakarta Pusat.

Baca Juga: Pemicu Demo Berujung Rusuh Disebut Bukan Berasal dari Buruh dan Mahasiswa, Download PDF Isi Lengkap Omnibus Law UU Cipta Kerja Di Sini

"Memang kita lakukan satu kegiatan pengamanan sejak sore tadi, sekitar kurang lebih 1000 orang yang kita amankan, Anarko yang mencoba melakukan kerusuhan. Tidak ada sama sekali buruh dan mahasiswa," kata Yusri dalam siaran Kompas TV, Kamis (8/10/2020).

Yusri menyampaikan, massa yang diduga tergabung dalam kelompok Anarko tersebut merupakan pengangguran yang datang ke Jakarta untuk membuat kerusuhan.

THE JAKARTA POST
SETO WARDHANA

Pengunjuk rasa membakar Halte Transjakarta saat berunjuk rasa menolak UU Cipta Kerja di Jalan MH Thamrin, Jakarta, Kamis (8/10/2020). Hari ini aksi unjuk rasa penolakan pengesahan Undang-Undang Cipta Kerja terjadi di berbagai daerah di Indonesia, termauk Ibukota Jakarta. THE JAKARTA POST/SETO WARDHA

"Mereka memang pengangguran yang datang dari beberapa daerah, baik menggunakan kereta api dan truk-truk. Saat kita ini kita lakukan pemeriksan, mereka pengangguran semuanya," ujar Yusri.

Sebagai informasi, tahun lalu, kelompok Anarko pernah ditangkap di Jawa Barat dalam peringatan Hari Buruh Internasional atau May Day.

Saat melakukan aksinya, mereka berbaju serba hitam.

Kelompok ini juga terendus di beberapa kota termasuk di Yogyakarta.

Baca Juga: Buruh Merasa Dibohongi Penguasa Karena UU Cipta Kerja, Kabar Gembira Buat Pekerja Langsung Terlupakan, Padahal Gampang Tinggal Cek Di Sini

Lantas, siapa kelompok Anarko ini? Apa motifnya?

Anarki, anarkis atau anarkisme acap kali ditafsirkan sebagai kegiatan negatif oleh setiap pendengarnya.

Hal ini disebabkan masyarakat, khususnya di Indonesia mengalami bias dalam menerjemahkan sejumlah kata tersebut. Penyebabnya antara lain minimnya referensi bacaan dari kacamata sejarah, pemikiran filsafat dan ilmu-ilmu sosial lainnya.

Pada gilirannya, anarki sering kali diterjemahkan menjadi aktivitas bernuansa destruktif, huru-hara, kekacauan, kerusuhan, pemberontakan danchaos. Sementara itu anarkis mengacu pada pelaku yang disebut sebagai orang pembuat onar, perusuh, pengacau maupun pemberontak.

THE JAKARTA POST
SETO WARDHANA

Pengunjuk rasa membakar Halte Transjakarta saat berunjuk rasa menolak UU Cipta Kerja di Jalan MH Thamrin, Jakarta, Kamis (8/10/2020). Hari ini aksi unjuk rasa penolakan pengesahan Undang-Undang Cipta Kerja terjadi di berbagai daerah di Indonesia, termauk Ibukota Jakarta. THE JAKARTA POST/SETO WARDHA

Kata anarkisme berasal dari bahasa Yunani "anarchos" atau "anarchein" yang artinya "tanpa penguasa" atau "tanpa pemerintahan".

Anarkisme pada dasarnya adalah teori politik yang berasumsi bahwa semua bentuk pemerintahan bukan sesuatu yang diinginkan dan diperlukan manusia. Lebih dari itu, manusia membutuhkan sebuah kelompok yang didasarkan pada kerja sama bersifat sukarela, baik antarindividu atau kelompok. Dengan kata lain, gagasan tersebut menginginkan masyarakat yang bebas untuk berkumpul dan dengan tanpa adanya hierarki. Anarkisme melawan semua bentuk kontrol hierarkis. Sebab itu, anarkis bukan berpegang teguh pada "without order" tetapi lebih kepada "without leader".

Pendeknya, kaum anarkis memandang negara telah memonopoli hampir semua lini kekuasaan, seperti kekuasaan teritorial, yurisdiksi, kekayaan sumber daya sampai pemanfaatan sistem hukum positif yang eksistensinya kerap menyingkirkan semua bentuk hukum yang dianggap "negatif" seperti hukum adat dan banyak hukum lainnya.

Baca Juga: Video Tukang Bangunan Jadi Ganteng Usai Cukur Rambut Bikin Heboh, Ternyata Begini Fakta Sebenarnya

Menyitir lamanIndoprogres.com, anarkisme memiliki banyak varian. Ada anarko-komunisme, anarko-sindikalisme, anarko-feminisme, anarkisme individualisme, anarkisme hijau, anarko-primitifisme dan lainnya.

Jika disimak contoh di atas, dari kacamata ideologi, anarkisme mengambil berbagai bentuk dari aliran kiri hingga kanan. Tititk konflik anarkisme terletak di titik antara negara dan masyarakat, dengan masing-masing pendekatan dasarnya.

Gerakan anarkisme di Indonesia muncul dengan beberapa gejala. Salah satunya ditandai dengan terbentuknya affiniti (kelompok kolektif kecil) di sejumlah wilayah di Indonesia, antara lain Jakarta, Bandung, Yogyakarta hingga Makassar, Manado dan medan.

Kelompok anarkis menyelenggarakan beberapa aksi maupun kongres, saat kondisi kelompok tersebut belum begitu stabil. Di Jakarta misalnya, Komite Aksi Rakyat Tertindas dan Anti-Fasis-Rasis Action bekerja menyebarkan informasi tentang anarkisme dan teori-teorinya, sekitar akhir 1990-an dan awal 2000-an. Sementara di Kota Bandung, kolektif konter-kultur aktif melakukan aksi langsung "dalam kehidupan sehari-hari. Pada 2001 di Jawa Barat, sekelompok anarkis memproklamirkan gagasan membentuk sebuah "anarko-platformis" dan gerakan anarko-sindikalis.

Baca Juga: Kabar Gembira Buat Pekerja, BLT Subsidi Gaji Tahap 5 Ditransfer Besok, Begini Cara Cek di Rekening Mandiri, BNI dan BRI

Pasang-surut masalah mewarnai perjalanan kelompok-kelompok anarkis di Indonesia. Banyak kelompok yang kolaps karena umur dan pemahaman soal ide anarkisme masih seumur jagung. Perbedaan cara pandang dan karakter anarkis tiap individu dalam kelompok juga memengaruhi usia kelompok-kelompok tersebut.

Pada tanggal 1 Mei 2007, kelompok-kelompok seperti Affinitas (Yogyakarta), Jaringan Otonomis (Jakarta), Apokalips (Bandung), Jaringan Otonomi Kota (Salatiga), aktivis individu dari Bali dan Semarang, juga beberapa orang dari band punk Jakarta melakukan koordinasi. Penyatuan ini untuk memulai gerakan tertentu yang disebut dengan “Jaringan Anti-Otoritarian”. Aksi May Day tahun 2007 mengumpulkan lebih dari 100 orang dan menandai kemunculan anarkisme di dalam pandangan publik.

Setelah itu, kelompok-kelompok baru muncul di berbagai kota, dan anarkisme mengambil bagian aktif dalam demonstrasi sosial, tindakan melawan pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir, dll.

Perkembangan Isu Aksi Anarko pada 18 April

Di tengah pandemi corona, isu kemunculan gerakan anarko Indonesia kembali membuat telinga sebagian orang gatal.

Sebab beberapa waktu lalu, polisi berhasil mengungkap hubungan tindakan vandalisme dan kelompok anarko di Indonesia.

DilansirCNN, Sabtu (11/4/2020), polisi menyebut kelompok anarko sedang menyusun skenario penjarahan besar-besaran di Pulau jawa.

"Mereka berencana melakukan aksi besar, aksi vandalisme di Pulau Jawa pada 18 April 2020.

Tujuannya menciptakan keresahan dan memanfaatkan masyarakat untuk melakukan keonaran hingga penjarahan," kata Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Nana Sudjana dalam konferensi pers belum lama ini.

Baca Juga: Tanpa Ingin Dahului Takdir Saat Pandemi, Mbak You Tiba-tiba Ungkap Artis Muda Inisial Ini Meninggal Mendadak Hingga Bikin Geger Dunia Hiburan

Kabar besar itu diketahui oleh polisi dari pemeriksaan telepon genggam milik salah seorang anggota kelompok anarko yang ditahan usai melakukan aksi vandalisme di Tangerang, Kamis (9/4/2020) lalu.

Nana membeberkan motif pelaku vandalisme di Tangerang, yakni ketidakpuasan terhadap pemerintah. Para pelaku memiliki latar belakang yang berada, namun didominasi oleh pemuda yang mempunyai pandangan sendiri terhadap pemerintah. Beberapa di antaranya berstatus pelajar SMA, mahasiswa, bahkan pengangguran.

(Tribunjabar.co.id/ tribunsumsel.com/ tribunbali.com/ suryamalang/ kompas.com/warta ekonomi).

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma