Papua Kembali Membara, Massa Bakar Gedung Hingga Jaringan Listrik dan Komunikasi Padam. Begini Cerita Trauma Warga Pendatang Pada Aksi Massa Nan Beringas

Jumat, 30 Agustus 2019 | 07:36
KOMPAS.com/DHIAS SUWANDI

Situasi di Jl. Ahmad Yani, Kota Jayapura, Papua, pada Jumat (23/08/2019) siang.

Fotokita.net– Unjuk rasa massa di Kota Jayapura, Papua tiba-tiba memanas. Massa yang berencana melakukan orasi malah menjadi beringas. Situasi memanas, ujungnya rusuh.

Dalam hitungan detik, massa bergerak dari penjuru arah pada Kamis (29/8/2019). Lalu, mereka membakar Kantor Majelis Rakyat Papua (MRP) dan menjebol Lembaga Pemasyarakatan Abepura. Massa juga membakar kantor Telkom dan Grapari Telkomsel beserta sejumlah kantor pemerintahan. Massa juga mengakibatkan jaringan telekomunikasi padam.

“Untuk saat ini wilayah Kota Jayapura dipadamkan karena kabel ada yang terbakar, seperti di Kantor Telkomsel dan lainya,” jelas Juru Bicara PT PLN Unit Wilayah Papua dan Papua Barat Septian Pudjiyanto, mengutip dari Antara.

Baca Juga: Fakta Lengkap Penangkapan Mahasiswa Papua, Cekcok Soal Pasang Bendera, Tiang Bendera Jatuh ke Tanah Hingga Makian Rasisme dari Oknum Berseragam Tentara

ANTARA FOTO/Dian Kandipi/pras

Suasana aksi unjuk rasa di Jayapura, Papua, Kamis (29/8/2019).

Septian mengatakan pemadaman ini tidak bisa dihindari agar hal-hal yang tidak diinginkan tidak terjadi dan kondisi bisa kondusif seperti semula.

Pantauan kontributor Kompas.com John Roy Purba di wilayah Entrop, Distrik Jayapura Selatan, listrik di sekitar Jalan Raya Kelapa Dua Entrop padam, sekitar pukul 18.11 WIT.Purba menjelaskan daerah tersebut terlihat gelap gulita dan jalan utama penghubung Abepura-Kota Jayapura tersebut terlihat sepi.

Baca Juga: Papua Rusuh Kembali, Sejumlah Fasilitas Umum Dibakar. Apakah Referendum Papua Jadi Solusi Terbaik?

KONTRIBUTOR KOMPAS TV/BUDY SETIAWAN
KONTRIBUTOR KOMPAS TV/BUDY SETIAWAN

Kronologi aksi unjuk rasa berakhir anarkis di Deiyai, Papua

Walau sebagian masyarakat di daerah tersebut terlihat berjaga-jaga.

Sejumlah kegiatan perniagaan ditutup sejak siang puku; 12.30 WIT.

Termasuk Mal Jayapura yang menjadi pusat perbelanjaan terbesar di Jayapura.

Baca Juga: Jokowi Beri Titah, Akankah TNI Hukum Serdadu yang Diduga Berbuat Rasis Pada Mahasiswa Papua?

Melansir dari CNN Indonesia berbagai macam kegiatan publik tutup, di antaranya Saga, Mega, Kantor Distrik Abepura, BPS Kota Jayapura, Kanwil Kantor Pos Maluku, serta sejumlah kafe dan hotel.

Setelah dikabarkan massa aksi membakar gedung Majelis Rakyat Papua, massa juga melempari hotel dan kisruh dengan aparat.

Dari pihak keamanan, 500 personel gabungan TNI-Polri diturunkan untuk mengamankan aksi tersebut.

(KOMPAS/JOHN ROY PURBA)

Asap mengepul dari kawasan pertokoan di Entrop, Jayapura, Papua, Kamis (29/8/2019)

Direktur Jenderal Aplikasi dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika, Samuel Abrijani Pangerapan mengatakan, kabel koneksi antar-base tranceiver station (BTS) di Jayapura, Papua, dibakar massa.

Ini, kata Semuel, berdasarkan laporan dari operator telekomunikasi. Situasi ini juga yang membuat jaringan telekomunikasi, termasuk telekomunikasi seluler, di Jayapura pada Kamis (29/8/2019) terputus.

Baca Juga: Jayapura Ricuh Soal Diskriminasi, Gedung Majelis Rakyat Papua Diamuk Massa. Apakah Papua Merdeka Makin Menguat?

(KOMPAS.com/DHIAS SUWANDI)
(KOMPAS.com/DHIAS SUWANDI)

Pecah kerusuhan di Jayapura Papua

"Tidak ada (kebijakan) pemutusan telekomunikasi. Dari laporan operator, kabel koneksi antar-BTS dibakar massa. Ini yang mengakibatkan jaring selular mati. Ada 313 BTS yg tidak berfungsi," ujar Samuel, Kamis malam.

Sebelumnya Menkominfo Rudiantara juga menyampaikan tidak ada kebijakan black out yang dilakukan pemerintah di Jayapura.

"Kebijakan pemerintah hanya melakukan pembatasan atas layanan data (tidak ada kebijakan black out). Sementara layanan suara (menelepon/ditelepon) serta SMS (mengirim/menerima) tetap difungsikan," ujar Rudiantara, Kamis malam.

Baca Juga: Akui Salah Tentang Hoaks Penculikan Mahasiswa Papua, Mengapa Kominfo Belum Rilis Ralat Secara Resmi?

Rudi mengatakan, ada yang memotong kabel utama jaringan optik Telkomsel yang menyebabkan matinya seluruh layanan telekomunikasi di Jayapura, Papua.

Menurut Rudiantara, Telkomsel hingga kini sedang berusaha memperbaiki kabel yang diputus atau melakukan pengalihan trafik agar layanan suara dan SMS bisa segera difungsikan.

ANTARA FOTO
ANTARA FOTO/TOMI

Kondisi gedung DPRD Papua Barat yang terbakar pascakerusuhan di Manokwari, Papua Barat, Senin (19/02/2019). Suasana Manokwari mulai kondusif pascaaksi kerusuhan akibat kemarahan atas peristiwa yang dialami mahasiswa asal Papua di Surabaya, Malang dan Semarang.

Sementara itu, aksi unjuk rasa yang berujung ricuh di sejumlah wilayah Provinsi Papua dan Papua Barat memunculkan kisah sedih nan pilu. Aksi demonstrasi warga yang ditujukan untuk menentang dugaan perilaku diskriminasi dan rasisme terhadap mahasiswa Papua di Surabaya, Jawa Timur itu menjadi kekacauan di sejumlah tempat, salah satunya Manokwari, ibu kota Provinsi Papua Barat.

Tentu saja, keadaan yang sempat kacau di Manokwari itu bikin sebagian warga pendatang di bumi Cenderawasih khawatir.

Pasalnya, seperti yang dilaporkan wartawan harian Cahaya Papua di Manokwari, Safwan Ashari, untuk BBC News Indonesia, sejumlah fasilitas umum dibakar dan dihancurkan beberapa oknum pengunjuk rasa, Senin (19/08), termasuk properti pribadi warga setempat.

Baca Juga: Akui Salah Tentang Hoaks Penculikan Mahasiswa Papua, Mengapa Kominfo Belum Rilis Ralat Secara Resmi?

Salah satunya menimpa Parnadi, 46 tahun, yang memiliki kios fotokopi di Jalan Merdeka, kota Manokwari.

ANTARA FOTO
ANTARA FOTO/TOMI

Kondisi bangunan yang terbakar pascakerusuhan di Manokwari, Papua Barat, Senin (19/02/2019). Suasana Manokwari mulai kondusif pascaaksi kerusuhan akibat kemarahan atas peristiwa yang dialami mahasiswa asal Papua di Surabaya, Malang dan Semarang.

"Punya mesin hancur semua, (kerugiannya) sekitar Rp200 juta lebih," ungkap pria asal Jawa Timur yang sudah 30 tahun menetap di ibu kota provinsi Papua Barat itu.

Namun demikian, polisi memastikan bahwa kondisi di Manokwari sudah kondusif dan masyarakat tidak perlu khawatir.

"Kita menjamin untuk situasi kamtibmas (keamanan dan ketertiban masyarakat) yang ada, apalagi yang di Manokwari, tidak perlu takut lagi dengan berita-berita hoaks," ujar Kabid Humas Polda Papua Barat, AKBP Mathias Yosia Krey, pada Rabu (21/08).

Baca Juga: Kerusuhan di Papua Kian Meluas, Fotokita Merangkum Berbagai Foto Kericuhan yang Terus Memanas

ANTARA FOTO
ANTARA FOTO/TOMI

Pohon tumbang menutupi jalan pascakerusuhan di Manokwari, Papua Barat, Senin (19/02/2019). Suasana Manokwari mulai kondusif pascaaksi kerusuhan akibat kemarahan atas peristiwa yang dialami mahasiswa asal Papua di Surabaya, Malang dan Semarang.

Pada awalnya, saat mendengar ada demonstrasi, Parnadi, pemilik kios fotokopi di Manokwari, tidak khawatir karena menurutnya hal itu "sudah biasa". Kabar itu sudah ia dengar semalam sebelum aksi berlangsung.

"Saya kira demo damai, tidak anarkis begitu," ujarnya.

Parnadi baru khawatir ketika aksi itu berubah ricuh keesokan harinya.

Baca Juga: Kerusuhan Meluas di Papua Barat, Alasan Inilah yang Bikin Kita Rindu Pada Cara Gus Dur Tangani Akar Masalah Papua

"Kita khawatir juga, sampai masyarakat masuk, menjarah-jarah. (Ada yang) bawa balok lah, bawa martil," ujarnya.

"Kita punya toko-toko hancur semua. Kita takut juga."

Safwan Ashari via BBC Indonesia

Parnadi sempat bersembunyi di kamar mandi bersama delapan karyawannya ketika oknum perusuh merusak kios fotokopinya, Senin (19/08).

Saat peristiwa berlangsung, ia dan delapan pegawainya bersembunyi di dalam kamar mandi kios fotokopinya selama tiga jam hingga "akhirnya bisa lolos jebol atap, lari ke (atap) seng".

Baru pada hari Rabu atau dua hari setelah peristiwa, Parnadi bersama pegawainya, yang ia sebut masih trauma, mulai memperbaiki kiosnya yang rusak.

Penjarahan juga dialami Katirin, pria paruh baya asli Blitar yang besar di Kendari, Sulawesi Tenggara. Ia mengaku sudah tinggal di Manokwari selama enam tahun terakhir sebagai buruh bangunan.

Baca Juga: Gerakan Papua Merdeka Kerap Disebut, Kata Riset Kelompok Ini Tak Solid. Ada yang Berperang di Hutan, Ada Pula yang Hidup Makmur di Eropa

"Sebenarnya saat kejadian itu kita inginnya keluar dari Manokwari," ungkap Katirin saat ditanya apa yang ada di benaknya ketika demo berujung ricuh Senin lalu.

ANTARA FOTO
ANTARA FOTO/TOMI

Kondisi gedung DPRD Papua Barat yang terbakar pascakerusuhan di Manokwari, Papua Barat, Senin (19/02/2019). Suasana Manokwari mulai kondusif pascaaksi kerusuhan akibat kemarahan atas peristiwa yang dialami mahasiswa asal Papua di Surabaya, Malang dan Semarang.

"Jujur saja, seandainya saya punya uang, lebih baik saya pulang kampung ke Sulawesi," tambahnya, "akhirnya terjadi begini, jujur saja saya ngedrop."

Ia tidak menyangka tempat tinggalnya di Jalan Gunung Salju, Manokwari, yang menurutnya tidak berada di lokasi utama, turut menjadi target.

Pasalnya, menurut Katirin, sebelum peristiwa tersebut ia merasa aman berada di Manokwari. Bahkan, ia merasa dilindungi masyarakat setempat.

Baca Juga: Kondisi Gedung Rakyat Papua Barat Tampak Mengenaskan Usai Kerusuhan Manokwari. Lihat Foto-fotonya yang Bikin Kita Pilu

"Saat saya kerja proyek di pedalaman, itu dia sambut kita juga dengan baik walaupun kita pendatang," tuturnya.

"Malah kita merasa dilindungi, maksudnya, kalau ada yang korek kita, itu malah kita dibantu."

AFP
054047+0000

Warga pengunjuk rasa turun ke jalan dan berhadapan dengan aparat keamanan di Manokwari, Papua, Senin (19/8/2019). Aksi yang diwarnai kericuhan itu terjadi menyusul protes penangkapan mahasiswa Papua di sejumlah wilayah di Jawa Timur.

Sementara itu, salah seorang warga asli Papua yang tinggal di Kampung Bugis, Distrik Manokwari Barat, Omson Kirmai, terkejut dengan pemandangan yang ia lihat di kampungnya di hari unjuk rasa berlangsung Senin lalu.

"Saya kaget, terus saya lihat dari sini juga ada orang angkat alat-alat tajam, pisau, parang kayu, 'ini ada apa ini?'," tutur Omson.

Ia mengaku tidak menyangka aksi tersebut terjadi di kampungnya yang notabene menjadi tempat bermukim banyak warga pendatang asal Makassar.

Baca Juga: Tak Terima Disebut dengan Kata Rasis Ini, Mahasiswa Papua Ungkapkan Protes, Salah Satunya Soal Kemerdekaan

"Selama di sini hubungan saya dengan masyarakat orang Bugis di sini aman," ujarnya.

Omson, yang berasal dari suku Arfak, menyayangkan aksi yang menciptakan ketegangan di masyarakat tersebut. Baginya, meski mereka berbeda ras, "kekeluargaan jadi lebih penting, lebih utama".

Ia lantas mengajak warga asli Papua untuk tidak melakukan hal-hal seperti yang terjadi pada aksi yang berakhir ricuh tersebut.

"Kita yang orang Papua yang berada di mana tempat orang pendatang berada, kita jangan melakukan hal-hal yang seperti macam kemarin," ungkapnya.

ANTARA FOTO
ANTARA FOTO/TOYIBAN

Massa membakar ban saat kerusuhan di pintu masuk Jalan Trikora Wosi Manokwari, Senin (19/8/2019). Aksi ini merupakan buntut dari kemarahan mereka atas peristiwa yang dialami mahasiswa asal Papua di Surabaya, Malang dan Semarang.

Polisi memastikan bahwa situasi di Manokwari sudah kembali aman dan tertib. Hal itu dikatakan Kabid Humas Polda Papua Barat, AKBP Mathias Yosia Krey.

"Masyarakat tidak perlu khawatir dan takut untuk melakukan aktivitas, apabila memang ada rasa kekhawatiran atau rasa ragu, silakan menghubungi kita," tutur Mathias.

Baca Juga: Lihat Foto-foto Keindahan Papua, Bianglala Surgawi di Khatulistiwa

Ia juga meminta warga untuk tidak memercayai berita-berita yang belum terkonfirmasi tentang "mungkin ada pengusiran, tidak ada itu".

AFP
054046+0000

Warga pengunjuk rasa turun ke jalan dan berhadapan dengan aparat keamanan di Manokwari, Papua, Senin (19/8/2019). Aksi yang diwarnai kericuhan itu terjadi menyusul protes penangkapan mahasiswa Papua di sejumlah wilayah di Jawa Timur.

Gubernur Papua Barat, Dominggus Mandacan, meminta warga agar tidak mudah terpancing. Ia pun menyesalkan aksi anarkis yang dilakukan oknum-oknum massa pengunjuk rasa.

"Saya kira kalau demo-demo damai itu kan hal yang biasa, wajar. Tapi jangan merusak," ujarnya.

"Ini kita merusak kita punya kota sendiri. Yang tadinya sudah dibangun, sekarang kita merusak sendiri, kita butuh uang berapa banyak nanti kita bangun kembali."

Baca Juga: Asrama Dilempari Warga Tak Dikenal, Gubernur Sulawesi Selatan dan Kepolisian Lindungi Mahasiswa Papua di Makassar

(DOK KOMPAS TV)

Pembakaran Gedung DPRD Papua Barat di Manokwari, Senin (19/8/2019).

Sementara itu, ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Papua, Pendeta Lipiyus Biniluk, berharap tokoh-tokoh agama untuk terus menyebarkan pesan-pesan perdamaian di Papua.

"Jangan bosan-bosan untuk tetap bangun komunikasi damai, bermartabat, bertoleransi, hidup rukun, aman dan damai di mimbar-mimbar agama, di rumah-rumah ibadah," tuturnya kepada BBC News Indonesia melalui sambungan telepon, Rabu (21/08).

Baca Juga: Dokter Muda Berkerudung nan Cantik Ini Suka Cita Bagikan Pengalaman Kerja di Pedalaman Papua. Lihat Foto-fotonya di Tempat Tugas

Lipiyus pun mengimbau agar masyarakat, baik warga asli Papua maupun pendatang, dapat saling menjaga dan tidak membiarkan pihak lain memprovokasi mereka.

"Semua umat, kulit hitam, putih, rambut keriting, lurus, semua memang ciptaan berasal dari Tuhan," ujarnya.

"Semua sama, tidak boleh ada rasisme dalam hal-hal seperti ini."

yvo/NokenDaily

Kondisi jalan Yos Sudarso Sanggeng, Manokwari, Papua Barat, Senin (19/8/2019) pagi. Aksi blokade warga menyusul dugaan rasis terhadap mahasiswa Papua di Surabaya dan Malang, belum lama ini.

Bilapun ada kasus yang harus dihadapi, Lipiyus meminta aparat penegak hukum untuk dapat menanganinya dengan baik.

"Pihak TNI-Polri dalam menangani hal-hal seperti ini, humanis lah. Artinya, bangun komunikasi, kalau memang salah, diproses secara hukum," pungkasnya.

Sebelumnya, sejak Senin (19/08), aksi unjuk rasa pecah di Manokwari dan Jayapura, hingga kemudian menyebar ke Sorong, Fakfak dan Timika. Mereka menentang hal yang mereka sebut tindakan rasis dan diskriminasi yang diterima sejumlah mahasiswa Papua di Surabaya, Malang dan Semarang.

Baca Juga: Mahasiswa Papua di Surabaya di Jemput Paksa Polisi. Apakah Masalahnya? Berikut Foto-Fotonya

Dalam peristiwa yang terjadi di Surabaya, oknum aparat dituding melontarkan kata-kata rasis terhadap para mahasiswa asal Papua di asrama mereka. Selanjutnya, sebanyak 43 mahasiswa ditangkap aparat terkait tuduhan pengrusakan bendera Merah Putih.

Sementara itu, setidaknya 213 orang yang terdiri dari mahasiswa Papua dan kelompok solidaritas sempat ditangkap saat hendak berunjuk rasa damai dalam memperingati New York Agreement di sejumlah kota seperti Ternate, Ambon, Malang, Surabaya dan Jayapura, akhir pekan lalu.

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Sumber : Kompas.com, BBC Indonesia

Baca Lainnya