Dokter Hastry langsung menjawab begini, "nunggu printah."
Dokter Sumy Hastry merupakan polwan yang terlibat dalam TIM Disaster Victim Identification (DVI) korban bom Kedubes Australia dan Hotel JW Marriot. Peristiwa peledakan bom di depan Kedubes Australia, Jakarta, tahun 2004, dan Hotel JW Marriot, Kuningan tahun 2009 sudah melibatkan dokter Hastry untuk mengidentifikasi korban.
Pemilik nama lengkap Kombes Pol Dr dr Sumy Hastry Purwanti, DFM, Sp.F ini lahir di Jakarta pada 23 Agustus 1970. Pendidikan kepolisian ia mulai pada tahun 1998 di SEPA Angkatan V.
Pada tahun 2010 Kombes Sumy Hastry lulus dari sekolah lanjutan perwira SELAPA Angkatan XLII. Pada tahun 2015, ia mengikuti Diklat PIM II untuk meningkatkan kompetensinya.
Kombes Sumy Hastry merupakan polwan pertama dokter forensik. Tugas pertamanya menjadi anggota tim forensik yakni mengidentifikasi korban Bom Bali I pada tahun 2002. Setelah itu, Kombes Sumi Hastry terus mendalami bidang forensik dengan melanjutkan studi kedokteran forensik di Universitas Diponegoro pada 2002-2005.
Dokter Hastry juga menambah ilmunya dengan mengikuti Postgraduate Training-Course Forensic Medicine tahun 2003, mengikuti kursus DVI di Singapura tahun 2006, kursus DNA di Malaysia tahun 2007 dan kursus identifikasi luka ledakan di Perth, Australia tahun 2011.
Di tengah proses studi di Universitas Diponegoro, Kombes Sumy Hastry mendapat tugas mengidentifikasi korban bom Kedutaan Besar Australia di Jakarta tahun 2004. Kemudian korban kecelakaan pesawat Mandala di Medan tahun 2005, dan korban bom Bali II tahun 2005. Oleh karena catatan pendidikannya yang apik itulah, Kombes Sumi banyak mendapat penugasan di dalam maupun luar negeri.
Dokter Hastry adalah ahli forensik yang telah melakukan autopsi ulang terhadap jenazah kedua korban kasus pembunuhan Subang Tuti Subartini dan Amalia Mustika Ratu.