"Kubelipun tiketmu kau bilang nak, kujawab waktunya nggak bisa nak. Terus kau berkata Bapak sama Ibu pengen melihat mamak," katanya menirukan dialog bersama anaknya waktu itu. "Tetapi kujawab, malu aku nak, kita orang miskin. Kita orang miskin," katanya sembari menitikan air mata.
Saat ibunda Brigadir Yosua menolak tawaran istri Kadiv Propam Polri, anaknya mencoba membesarkan dan melapangkan hatinya agar tidak terlalu memusingkan hal tersebut. "Nggak usah mamak pikirkan itu," sebut Rosti menirukan ucapan Brigadir J.
Karena tidak bisa memenuhi keinginan anaknya itu, Rosti merasa menyesal. "Seandainya ku turut keinginanmu. Kalau sudah berat kau rasakan, kenapa kau tidak pamit sama ibu dan bapak. Tetapi kau pertahankan untuk mengawal," ujarnya.
"Orang yang menderita ini, anakku yang tahu diri ini. Karena penderitaan inilah anakku berjuang agar ada meninggikan namaku. Tetapi pada akhirnya kau meninggal. Menjerit histeris kau nak, entah apa yang dipikirkan orang jahat itu yang tidak bisa melihat anakku berhasil," tutup Rosti dengan nada pilu.
Keluarga Brigadir Yosua hingga kini terus menyebarkan luka sayatan di wajah almarhum. Rohani Simanjuntak setiap hari selalu memberikan perkembangan kasus kematian keponakannya. Dia juga membagikan foto luka sayatan yang ada di tubuh Brigadir Yosua.
(*)