Namun takdir berkata lain. Tuhan menjemputnya pada tahun 2010. Sebuah pukulan hebat bagi Habibie karena ditinggalkan oleh istri tercinta.
Setelah Ainun meninggal, setiap hari Habibie menziarahi ke pusara Ainun di makam pahlawan Kalibata. Cuma pada saat akhir hayat Habibie, dia ke makam Ainun setiap hari Jumat, sebelum salat Jumat.
Habibie akan membuat pusara Ainun penuh bunga segar bahkan menyuruh orang untuk menggantikan bunga tersebut setiap dua hari sekali.
Kata Habibie," Saya dan Ainun adalah dua raga namun dalam satu jiwa."
Dari kisah ini mengajar kita betapa berertinya sebuah hubungan. Biarpun berdepan halangan dan dugaan, mereka saling melengkapi antara satu sama lain.
Bahkan ketika hayat dipisahkan juga, cinta mereka semekar bunga di pusara Ainun.
Cinta sejati Habibie dan Ainun mengajarkan kepada kita bahawa ikatan individu tidak akan dapat hilang biarpun secara fisik. Itu sebabnya, foto ciuman terakhir sang presiden kepada istrinya bikin air mata tumpah.
(*)