Selanjutnya, awal pandemi Covid-19 melanda Indonesia, Yurianto ditunjuk sebagai Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19. Penunjukan itu dilakukan secara resmi pada 3 Maret 2020, sehari setelah Presiden Jokowi mengumumkan kasus Covid-19 pertama di Indonesia.Sejak saat itulah nama Yurianto dikenal masyarakat luas. Setiap sore, wajahnya menghiasi layar kaca untuk menyampaikan informasi terbaru mengenai penanganan virus corona di Tanah Air.
Tak lama, Yurianto ditunjuk sebagai Direktur Jenderal P2P Kemenkes. Ia ditunjuk oleh Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto pada 9 Maret 2020. Namun, pada 21 Juli 2021 jabatan Yurianto sebagai Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 berakhir.
Saat itu, Presiden Joko Widodo membubarkan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 dan menggantinya dengan Satuan Tugas Penanganan Covid-19 sehingga terjadi pergantian posisi pada jabatan juru bicara.Meski demikian, sebagai Dirjen P2P Kemenkes, Yurianto tetap bersinggungan dengan penanganan Covid-19. Namun, jelang akhir Oktober 2020, Yurianto meninggalkan jabatan Dirjen P2P Kemenkes.
Terhitung sejak 23 Oktober 2020, ia dilantik Menteri Kesehatan Terawan Agus Purwanto sebagai Staf Ahli Menteri Kesehatan Bidang Teknologi Kesehatan dan Globalisasi. Setelah 4 bulan menjabat menjadi staf ahli menteri, Yurianto didapuk sebagai Ketua Dewan Pengawas BPJS Kesehatan.
Presiden Joko Widodo melantik Achmad Yurianto dilantik di Istana Negara, Jakarta, Senin (22/2/2021) bersama 6 anggota Dewan Pengawas BPJS Kesehatan dan 9 Direktur BPJS Kesehatan.

Dokter Achmad Yurianto ternyata memiliki hobi fotografi. Mantan jubir Covid-19 ini pernah ketiban durian runtuh gegara jual foto miliknya.
Penetapan Dewan Pengawas dan Direktur BPJS Kesehatan ini dituangkan dalam Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 37 Tahun 2021. "Tugas berat tentunya harus segera kami jalankan karena BPJS Kesehatan ini adalah bagian dari upaya pemerintah untuk membangun sistem Kesehatan membangun kesehatan secara nasional," kata Yurianto usai pelantikan saat itu.
Achmad Yurianto ternyata punya banyak hobi. Jika membatik menjadi kegemaran barunya, lain hal dengan fotografi yang telah ditekuninya sejak di bangku kuliah. Tentu saja ketika itu masih menggunakan kamera analog, kata Yuri, yang pernah menjadi Komandan Resimen Mahasiswa Universitas Airlangga itu.
Selama 29 tahun ia pernah menjadi dokter militer dan sempat ditugaskan di 10 provinsi dan 14 kota di Indonesia sebelum bertugas di Kementerian Kesehatan. Ia pun sempat menjadi dokter Batalyon Infanteri 745/Sampada Yudha Bakti Dili, Timor Timur pada 1991. Yuri sempat menjadi Wakil Kepala Rumah Sakit tingkat II Dustira Kesdam III/Siliwangi di 2006.Nama rumah sakit militer yang dibangun pada 1887 itu lah yang kini menjadi nama salah satu kucing kesayangannya, sekaligus nama galeri seni yang didirikan istrinya, Dusty Handmade Craft.Ia juga sempat menjadi Wakil Kepala Kesehatan Daerah Militer IV/Diponegoro Semarang di 2008. Lalu menjadi Kepala Kesehatan Daerah Militer XI/Pattimura Maluku di 2009. Kesempatannya mengabadikan keindahan Indonesia pun ada dan sempat dimasukkan ke panoramio.com. Bahkan, salah satu fotonya yang menggambarkan kecantikan Pantai Liang di Maluku Tengah dibeli oleh salah satu agen perjalanan seharga Rp75 juta.“Sudah balik modal,” kata Yuri saat menceritakan Canon 5D Mark III yang menjadi senjatanya mengabadikan panorama-panorama cantik Indonesia yang kini lebih sering digunakan putranya.Yuri juga mengatakan senang membuat boneka berbahan kertas koran atau newspaper craft. Hobi yang satu itu tidak main-main karena hasilnya sudah kerap dijual di INACRAFT, ajang tahunan Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraft Indonesia (AEPHI) yang sudah barang tentu menampilkan produk-produk pilihan dengan kualitas terbaik.

Dokter Achmad Yurianto ternyata memiliki hobi fotografi. Mantan jubir Covid-19 ini pernah ketiban durian runtuh gegara jual foto miliknya.