Rudy menjelaskan kronologi peristiwa tersebut bermula saat Satgas Mandago Raya mendapatkan informasi intelijen, secara manual ataupun dari teknologi informasi, mengenai posisi Ali Kalora dan Ikrima alias Jaka Ramadhan di Desa Astina.
"Lalu kita cocokan dan kirim dua tim untuk kecepatan, supaya cepat mengejar dan demi kerahasian juga supaya dia tidak kemana-mana."
"Tim itu yang ambush (menyergap), menunggu di sana, terjadi kontak tembak, dan dua meninggal dunia. TKP (tempat kejadian perkara) di perkebunan, tidak jauh dari perumahan juga," kata Rudy.
Polisi juga mengamankan barang bukti berupa satu pucuk senjata api laras panjang jenis M.16, dua buah ransel, satu bom tarik, satu bom bakar, dan lainnya.
Rudy menegaskan, kerja sama intelijen dengan masyarakat terus berjalan. Tujuannya agar siapapun yang bergabung dengan MIT dapat dilihat, dicegah dan ditangkap.
"Untuk itu saya imbau ke masyarakat, jangan ragu-ragu melaporkan ke kami apabila ada kelompok yang bergabung dengan mereka di atas," ujarnya.
Ali Kalora dan anggota MIT Jaka Ramadhan atau Ikrima tewas dalam baku tembak dengan Satuan Tugas Madago Raya di wilayah pegunungan desa Astina, Kecamatan Torue, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, Sabtu (18/9/2021).
Tewasnya pemimpin kelompok militan Mujahidin Indonesia Timur (MIT), Ali Kalora, tidak lantas menghentikan gerakan teror kelompok yang berafiliasi dengan ISIS itu di wilayah Sulawesi Tengah, kata seorang pengamat.
Besar kemungkinan kelompok tersebut akan melakukan upaya regenerasi untuk memilih pemimpin baru.