"Terlihat sangat jelas jika China berusaha menggantikan penjaga pantai Jepang di perairan tersebut dalam koridor kemampuan mengontrol dan mengamankan kapal lain." ujar Garren Mulloy, profesor hubungan internasional di Daito Bunkyo University, spesiaslis isu keamanan regional.
"Itu artinya mereka secara efektif mengganti pemerintah lokal di pulau itu dan menggunakan itu untuk lancarkan klaim mereka terhadap kontrol kedaulatan.
"Itu tentunya sangat serius dan layaknya mimpi buruk bagi Jepang."
Keterbatasan militer Jepang
Mulloy mengatakan penjaga pantai Jepang sudah kewalahan dengan banyaknya tugas.
Satu unit di utara memonitor militer Rusia, lainnya beroperasi di Laut Jepang untuk menangkap kapal-kapal penangkap ikan Korea Utara dan lainnya beroperasi di perairan Jepang.
China, dengan militer angkatan laut lebih besar dan penjaga pantai yang jauh lebih banyak, paham akan keterbatasan itu dan memanfaatkannya sebaik mungkin, ujar Mulloy.
"Penjaga pantai mungkin mampu mengatasi setengah lusin kapal penangkap ikan, tapi jika ada 200 kapal beserta kapal pemerintah, tentunya Jepang benar-benar akan luncurkan SDF.
Mulloy sendiri mengaku ia mengharapkan Pasukan Pertahanan Negara Maritim Jepang (MSDF) bersiap-siap untuk konfrontasi apapun.
Namun harus di jarak aman yaitu sekitar 180 km dari titik potensi konfrontasi, sehingga bisa buat kapal MSDF untuk mendukung para penjaga pantai tapi cukup dekat jika ada kemungkinan kecelakaan dan kapal tenggelam.
Dengan jarak itu, Jepang juga bisa berargumen mereka tidak memperburuk suasana.