Follow Us

Bantuannya Ditolak Mentah-mentah Lebanon, Israel Malah Bongkar Rencana Besar Musuh Bebuyutannya Menimbun Amonium Nitrat

Bayu Dwi Mardana Kusuma - Jumat, 07 Agustus 2020 | 16:22
Tepi pantai kota Beirut setelah terjadi ledakan
Business Insider/Maxar Technologies

Tepi pantai kota Beirut setelah terjadi ledakan

Fotokita.net - Ledakan besar yang mengguncang ibu kota Lebanon, Beirut memang sudah membuat dunia terhenyak. Peristiwa yang datang tiba-tiba itu telah merenggut ratusan korban jiwa, ribuan orang terluka hingga kerugian material mencapai jutaan dolar Amerika.

Seketika negara-negara di dunia menawarkan bala bantuan. Beragam uluran tangan diberikan warga dunia yang begitu prihatin atas kejadian yang di luar dugaan itu.

Salah satu negara yang menawarkan bantuan adalah Israel, yang selama ini dikenal seteru hebat Lebanon.

Pada Rabu (5/8/2020), sebagaimana diberitakan sebelumnya bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan telah menginstruksikan Dewan Keamanan Nasional Israel untuk mengontak utusan PBB Timur Tengah, Nickolay Mladenov.

Baca Juga: Baru Bergaya di Depan Kamera, Pengantin Perempuan Terempas Tiba-tiba Ledakan Beirut Lebanon, Mempelai Pria Cuma Bisa Pasrah Lihat Kondisi Pasangannya

Isi pesan tersebut adalah untuk menjelaskan bagaimana Israel dapat membantu Lebanon atas insiden ledakan di Beirut.

Israel menawarkan bantuan kepada Lebanon, "mendekati otoritas Lebanon melalui sejumlah jalur", untuk memberikan bantuan medis dan kemanusiaan sebagai upaya membantu mengatasi bencana ledakan dahsyat di Beirut.

Baca Juga: Nasi Sudah Jadi Bubur, 6 Tahun Lalu Surat Ini Peringatkan Adanya Kargo Berbahaya di Pelabuhan Beirut, Kini Amonium Nitrat Ratakan Ibu Kota Lebanon Hingga Ratusan Nyawa Mati Sia-sia.

Presiden Israel Reuven Rivlin juga menyampaikan belasungkawa kepada rakyat Lebanon, sedangkan kepala beberapa rumah sakit Israel mengatakan bahwa mereka akan bersedia menerima pasien dari Beirut dan merawat mereka di pusat-pusat kesehatan di seluruh negeri.

Melansir Sputnik News pada Rabu (5/8/2020), mengingat sejarah permusuhan kedua negara, seorang analis politik mengatakan, Lebanon "tidak mungkin" menerima tawaran bantuan Israel.

Kerja sama yang tidak mungkin

Seorang analis politik yang berbasis dia Beirut, Lebanon, Mohammed Kleit, mengatakan sebagaimana buruknya kondisi Lebanon sekarang ini akibat ledakan dahsyat yang memorak-porandakan ibu kota Lebanon, akan "sangat tidak masukan akal" untuk membayangkan bahwa negaranya akan bersedia menerima bantuan dari Israel.

Sementara, secara resmi pemerintah Lebanon belum mengeluarkan pernyataan sama sekali terkait tawaran bantuan dari pemerintahan lawan perangnya itu.

Baca Juga: Senyum Berseri di Depan Kamera, Inilah Cerita Pengantin yang Kebahagiaannya Seketika Hancur Gegara Ledakan Beirut Lebanon: Apakah Saya Akan Mati?

Kondisi di sekitar pelabuhan Beirut setelah ledakan terjadi.
AFP

Kondisi di sekitar pelabuhan Beirut setelah ledakan terjadi.

Namun, tertuang dalam UU Lebanon 1955 yang menyebutkan, melarang warga negara memiliki hubungan bisnsis atau komersial apa pun dengan Israel.

Kemudian, ada pasal 278 KUHP yang menetapkan bahwa menjaga kontak dengan negara Yahudi itu ilegal dan melarang interaksi dnegan orang Israel.

Dengan landasan hukum tertulis itu juga, Kleit berpendapat bahwa menerima bantuan dari "negara musuh" tidak mungkin dilakukan, terutama mengingat fakta bahwa negara-negara lain, termasuk Iran, Turki, dan sejumlah negara Barat, telah menyatakan niat mereka untuk membantu.

Baca Juga: Memilukan, Lagi Enak-enak Ambil Foto Nikah Tiba-tiba Ledakan Dahsyat Hancurkan Beirut Lebanon, Momen Bahagia Pengantin Seketika Berubah Jadi Duka

"Pada dasarnya tidak mungkin untuk menjembatani apa pun antara kedua negara, mengingat ada partai politik yang berpengaruh di pemerintahan dan parlemen (negara) yang menentang segala jenis hubungan dengan Israel, bahkan pada saat krisis (seperti yang kita lihat sekarang," ujar Kleit.

Lebih lanjut, Kleit menjelaskan "para pemain berpengaruh di Lebanon, di antaranya Hizbullah, milisi Syiah yang didukung oleh Iran untuk memasuki arena politik Lebanon pada 1990, dan telah menjadi bagian dari parlemen negara sejak 2005.

Pemandangan yang menunjukkan kondisi Beirut, Lebanon, pada 5 Agustus 2020 setelah ledakan yang menghantam sehari sebelumnya (4/8/2020), menewaskan 100 orang dan melukai ribuan lainnya.
AFP PHOTO/ANWAR AMRO

Pemandangan yang menunjukkan kondisi Beirut, Lebanon, pada 5 Agustus 2020 setelah ledakan yang menghantam sehari sebelumnya (4/8/2020), menewaskan 100 orang dan melukai ribuan lainnya.

Bersama dengan partai-partai agama lainnya, Hizbullah sekarang membentuk blok terbesar di parlemen Lebanon dan "mengambil keputusan" untuk urusan dalam negeri dan luar negeri.

Itu berarti bahwa pemulihan hubungan dengan Israel tidak mungkin terjadi, terutama karena sejarah berdarah yang menyelimuti keduanya.

Pada 1982, Hizbullah telah memimpin perjuangan militer di tanah Lebanon, saat Israel melancarkan perang melawan Lebanon dalam upaya untuk meminimalkan pengaruh Suriah di daerah Lebanon, dan menjaga para pejuang Palestina yang mengungsi di tanah Lebanon karena disudutkan negara Yahudi.

Baca Juga: Bikin Sang Gubernur Menangis Terisak, Begini Foto Penampakan Terakhir Beirut Setelah Ledakan Besar yang Renggut Ratusan Nyawa

Perjuangan pasukan militan Hizbullah akhirnya mendorong pasukan pertahanan Israel (IDF) keluar dari Lebanon, negara yang dilanda perang pada Mei 2000.

Namun, ketegangan tidak berakhir di sana.

Setelah Israel menarik mundur pasukan, Hezbollah mengumpulkan persenjataan yang mengesankan, menjadikannya salah satu milisi terkuat di wilayah tersebut, dan telah menggunakan amunisi itu untuk menantang negara Yahudi.

Seorang pria yang terluka dibantu saat berjalan melewati puing-puing di distrik Gemmayzeh, Beirut, Lebanon, usai terjadinya ledakan susulan, Selasa (4/8/2020). Sebanyak 73 orang tewas dan ribuan lainnya dilaporkan terluka dari insiden dua ledakan besar yang mengguncang Beirut tersebut.
AFP/MARWAN TAHTAH

Seorang pria yang terluka dibantu saat berjalan melewati puing-puing di distrik Gemmayzeh, Beirut, Lebanon, usai terjadinya ledakan susulan, Selasa (4/8/2020). Sebanyak 73 orang tewas dan ribuan lainnya dilaporkan terluka dari insiden dua ledakan besar yang mengguncang Beirut tersebut.

Pada 2006, setelah penyergapan terhadap dua kendaraan patroli IDF, pasukan Hezbollah menewaskan tiga tentara Israel.

Mayat dua orang lainnya diculik, memicu Perang Lebanon Kedua, konflik yang meninggalkan luka yang dalam bagi masyarakat Israel dan Lebanon.

Berbagai sejarah kelam antara Israel, Lebanon, dan pasukan Hezbollah, Kleit menyimpulkan tidak ada kepercayaan antara Lebanon dan Israel, ditambah mengingat Israel tidak pernah menghormati perjanjian atau resolusi PBB apa pun untuk menyelesaikan ketegangan dan tindakan militer di kawasan.

"Tidak hanya dengan Lebanon, tetapi juga dengan pemain tetangga lainnya, seperti Suriah dan Gaza," kata Kleit, menekankan bahwa tawaran bantuan tidak memiliki kesempatan untuk meredakan permusuhan selama beberapa dekade yang telah terjadi.

Baca Juga: Jadi Musuh Bebuyutan Sampai Terlibat Konflik Senjata di Perbatasan, Israel Tiba-tiba Tawarkan Banyak Bantuan Buat Lebanon Usai Ledakan Besar Beirut Renggut Ratusan Nyawa

Jika menukil data pada tahun 2015 jika dikaitkan dengan insiden di Beirut, ada sebuah fakta yang cukup menggemparkan.

Seperti diwartakan oleh Times of Israel pada 2019, pejabat intel Israel mengatakan cache amonium nitrat yang ditemukan tahun 2015 di London.

Selama empat setengah tahun, badan Intelijen Israel Mossad dengan kelompok Hizbullah Lebanon memang dikenal musuh bebuyutan.

Namun, agen mata-mata Mossad mengungkap upaya Hizbullah membangun gudang bahan peledak dari Thailand ke New York.

Baca Juga: Amonium Nitrat Disebut Jadi Penyebab Ledakan Besar di Beirut Lebanon, Warga Indonesia Berikan Kesaksiannya Atas Tragedi Mencekam Itu: Seperti Gempa

Cache terbesar mengandung tiga ton amonium nitrat, bahan utama untuk beberapa jenis peledak.

Salah satunya ditemukan di London tahun 2015 di empat lokasi dan berhasil digrebek oleh Polisi Metropolitan pada September 2015.

Selain itu, terungkap juga beberapa tempat lain yang ditanam oleh Hizbullah di Siprus, Thailand dan tiga negara Eropa lainnya.

Menurut laporan itu, rencana Hizbullah adalah membangun infrastruktur di London sebagai persiapan untuk serangan di masa depan, lapor Daily Telegraph.

Laporan itu dikonfirmasi SAS Inggris, AS, dan Siprus yang menyatakan badan Intelijen asing rahasia mengungkapkannya pada MI5 Inggris.

Lalu polisi metropolitan menggerebek lokasi yang disebutkan tersebut.

Baca Juga: Guncangkan Beirut Lebanon, Amonium Nitrat Ternyata Punya Banyak Kegunaan, Salah Satunya Jadi Mainan Anak-anak Ini

Tahun 2019, laporan yang ditulis oleh Times of Israel itu mengatakan bahwa peringatan itu datang dari agen mata-mata Mossad, Israel.

Pejabat intelijen Israel menyebutkan laporan rinci upaya Hizbullah yang disimpulkan polisi berada di London, Siprus, dan Thailand, yang mengarah pada aset Israel di negara tersebut.

"Hizbullah sedang merencanakan untuk membalas dendam, apakah untuk serangan ke Israel, telah membentuk jaringan cache terbesar untuk bahan peledak canggih," lapor pejabat intelijen itu.

Mossad sendiri mengatakan tahun 2014 sudah menyelidikan rencana besar Unit 910 Hizbullah, yang bertanggung jawab atas operasi luar negeri kelompok itu.

Informasi Mossad memungkinkan pihak berwenang Thailand menemukan lokasi itu dengan penangkapan operasi Hizbullah Hussein Abdullah di Siprus, di ruang bawah tanah dengan 1 ton amoniun nitrat.

Menurut sumber Israel, mengatakan Hizbullah merencanakan serangan jangka panjang dan besar-besaran untuk mengubah permainan.

Baca Juga: Dikira Kejatuhan Bom Atom, Begini Informasi Awal Penyebab Ledakan Besar yang Lumat Kota Beirut Lebanon

Sementara itu, Lebanon sendiri mengakui tak tahu menahu tentang kepemilikan amonium nitrat yang meledak di gudang Beirut.

Presiden Lebanon, Michel Aoun, mengaku tidak pernah memesan amonium nitrat sebanyak itu, apalagi menyimpannya di gudang Beirut.

Namun, sebuah laporan mengatakan bahwa amonium nitrat itu adalah barang sitaan yang diambil dari kapal yang tidak memenuhi syarat hukum berlabuh di Beirut.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Lebanon Diyakini Tidak akan Terima Bantuan dari Israel, Ini Sebabnya"

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Latest