Fotokita.net - Dunia seni dan sastra Tanah Air pastilah amat mengenal dengan figur yang satu ini. Ya, dialah salah satu peletak dasar karya puisi yang tak lekang dimakan zaman.
Sastrawan senior Sapardi Djoko Damono telah berpulang kepada Sang Khalik. Almarhum menghembuskan nafas terakhirnya di usia 80 tahun pada pukul 09.17 WIB, Minggu (19/7) pagi.
"Sugeng tindak, Penyair 'Hujan Bulan Juni' Sapardi Djoko Damono. Semoga husnul khatimah," ujar Akhmad Sahal, Pengurus Cabang Istimewa NU di Amerika, melalui akun Twitter @sahaL_AS.
Pemimpin Redaksi Tempo juga mengucapkan salam perpisahannya. "Selamat jaln penyair rendah hati: Sapardi Djoko Damono," tuturnya lewat akun @arifz_tempo.
Berdasarkan informasi Almamater Universitas Indonesia (UI), almarhum meninggal dunia di Rumah Sakit Eka BSD.
Seperti kita ketahui Sapardi Djoko Damono memang kembali dirawat di rumah sakit sejak Kamis (9/7/2020) lalu karena menurunnya fungsi organ tubuh.
"Bapak masih di ICU karena memang kondisinya perlu dimonitor. [Penyebabnya] karena usia, tentu fungsi organ menurun dan ada infeksi berat," demikian keterangan Sonya Sondakh, selaku kerabat Sapardi saat dihubungi CNNIndonesia.com melalui pesan singkat, Minggu (12/7).
"Mohon doanya," tambah Sonya.
Kabar tersebut pertama kali disampaikan oleh sutradara dari Komunitas Teater Keliling, Rudolf Puspa melalui akun Twitter-nya pada Jumat (10/7) lalu.
"Sastrawan Sapardi Djoko Damono masuk ICU di Eka Hospital, BSD. Kerja organ tubuh menurun. Mari kita doa bagi kesehatannya," tulisnya.
Pada November 2019, Sapardi sempat dirawat di Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta Selatan, karena hemoglobin (HB) yang menurun.
Dalam pernyataannya, seperti dikutip dari Liputan6.com, Sonya pun mengatakan bahwa hemoglobin Sapardi telah menurun selama setahun terakhir ini.
"Saya tidak tahu apakah ada kaitan langsung atau tidak [kondisi dulu dengan sekarang].
Tapi mestinya saling terkait, kalau ginjal jelek akibatnya macam-macam misalnya.
Selama ini belum diketahui mengapa HB-nya drop terus sehingga harus transfusi secara berkala," ungkap Sonya.
Sapardi merupakan sastrawan Indonesia yang aktif sejak 1950an sampai saat ini.
Lelaki ramah itu tak hanya menulis banyak sajak yang telah diterjemahkan ke berbagai bahasa, namun juga esai dan cerita pendek.
Jelang akhir tahun 1980-an, puisi-puisi Sapardi mulai dimusikalisasi dan membuatnya makin populer.
Dari puluhan buku yang pernah ditulis oleh Sapardi Djoko Damono, Hujan Bulan Juni (1994) adalah salah satu yang paling terkenal.
Kerabat Sapardi, Sonya Sondakh, mengatakan sudah ada beberapa orang yang menawarkan untuk menjadi pendonor bagi sang penyair.
"Sudah ada beberapa. Kabar bapak butuh donor darah yang menyebarkan itu mahasiswa.
Jadi, ada beberapa mahasiswa yang sudah menawarkan untuk mendonorkan darah. Tapi masih saya tampung," ujar Sonya ketika dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Kamis (14/11/2019).
Menurut dia, kondisi kesehatan Sapardi Djoko Damono tak kali ini saja drop. Namun, belum diketahui penyebab sakit Sapardi. Pencipta novel Hujan Bulan Juni tersebut masih membutuhkan diagnosis lebih lanjut.
"Sebenarnya ini sudah ketiga kalinya. Sebelumnya pernah drop juga. Tapi untuk tahu penyakitnya, kata dokter harus periksa sumsum tulang belakangnya dan itu antrenya panjang," kata Sonya.
Namun, dia meminta agar sakit Sapardi Djoko Damono tidak dibesar-besarkan.
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, dengan kata yang tak sempat disampaikan kayu kepada api yang menjadikannya abu…
Mungkin 10 tahun yang lalu puisi karya Sapardi Djoko Damono ini hanya mentok di meja mahasiswa jurusan sastra.
Seiring perkembangan zaman, puisi tersebut kini menjelma menjadi “ayat-ayat cinta” yang kerap dipakai anak-anak milenial untuk menggombali kekasih.
Diksinya yang sederhana sehingga maknanya relatif mudah dimengerti membuat puisi ini menjadi sangat “hits” di kalangan anak muda.
Maraknya gombalan anak milenial dengan memakai puisi "Aku Ingin" ditanggapi santai oleh sang penyair Sapardi Djoko Damono.
Saat dihubungi Liputan6.com beberapa waktu lalu, Sapardi mengatakan, bukankah saat ini banyak orang bahkan menggunakan kutipan ayat-ayat kitab suci untuk menggombali orang?
Karya sastra, khususnya puisi, tidak perlu diberi jarak dengan orang-orang. Puisi, menurut dia, adalah hasil karya manusia yang biasa saja, sama dengan yang dihasilkan orang-orang kreatif lainnya.
“Anggapan puisi sebagai suatu yang adiluhung bagi saya merupakan anggapan yang mengerikan sekali. Anggapan yang penuh kata-kata kosong begitu bagi saya malah merendahkan atau bahkan meledek puisi,” kata Sapardi.
(CNNIndonesia.com/Liputan6.com)