Kepala Desa Sepat, Mulyono mengatakan, tiga pemudik itu sebelumnya pulang dari Jakarta, Kalimantan dan Lampung.
Tiba di kampung, mereka sudah diminta untuk melakukan karantina mandiri selama 14 hari.
Namun karena tidak tertib, mereka dijemput Satgas Covid-19 Desa Sepat dan dikarantina di rumah hantu.
"Dua hari mereka nangis-nangis terus. Tiap malam malam katanya didatangi dan dibayang-bayangi hantu di rumah hantu," kata Mulyono, saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (25/4/2020).
Setelah kejadian itu, orang tua pemudik memohon kepada kepala desa agar anak mereka bisa dikarantina di rumah.
Mulyono akhirnya mengabulkan permohonan itu dengan syarat orangtua harus mengawasi anaknya dengan ketat.
"Orangtuanya setuju untuk membantu dan mengawasi anaknya karantina mandiri di rumah akhirnya kita lepaskan dari rumah hantu," ujar dia.
Adapun rumah hantu yang digunakan untuk tempat karantina itu sebelumnya adalah gudang tas.
Sudah 10 tahun gudang tersebut dibiarkan kosong.
Mulyono berharap dengan adanya kejadian tersebut tidak ada lagi masyarakat yang bandel ketika dimintai melakukan karantina mandiri.