Lebih lanjut, perempuan yang kerap disapa Ani itu menjelaskan, tertekannya kondisi perekonomian tersebut bakal turut memberikan dampak sosial.
Angka kemiskinan, menurut dia, akan meningkat hingga 1,1 juta orang untuk skenario berat. Sementara untuk skenario yang lebih berat, tambahan angka kemiskinan akan sebanyak 3,78 juta orang.
"Angka kemiskinan kita bisa naik dengan tambahan 1,1 juta orang atau skenario lebih berat kita akan menghadapi tambahan kemiskinan 3,78 juta orang," ujar dia.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu pun mengatakan, angka pengangguran terbuka bakal mengalami peningkatan signifikan tahun ini.
Berdasarkan perhitungan pemerintah, untuk skenario berat bakal ada penambahan 2,9 juta orang menganggur di Indonesia. Adapun untuk skenario yang lebih berat, jumlah pengangguran bakal meningkat hingga 5,2 juta orang.
"Pengangguran yang selama ini menurun dalam lima tahun terakhir bakal mengalami kenaikan. Skenario berat ada kenaikan 2,9 juta orang pengangguran dan bisa lebih berat, yaitu 5,2 juta orang," ujar Sri Mulyani.
Adapun berdasarkan data terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) per Agustus 2019, jumlah pengangguran terbuka sebesar 5,28 persen atau mencapai 7,05 juta orang. Angka tersebut meningkat jumlahnya jika dibandingkan dengan Agustus 2018 yang sebanyak 7 juta orang atau turun secara persentase sebesar 5,34 persen.
Adapun Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan, dampak sosial ekonomi akibat virus corona paling berat terjadi di Pulau Jawa, kemudian diikuti oleh Sumatera, Bali, dan Nusa Tenggara.
"Dan ini dicerminkan dari tingkat penngangguran terbuka berdasarkan perencanaan sudah turun di 5,18 persen bakal meningkat ke 7,33 persen, dan tingkat kemiskinan dari 9,15 persen jadi 9,59 persen," ujar dia.
Untuk mengurangi risiko skenario terburuk tersebut terjadi, Airlangga mengatakan, pemerintah telah melakukan beberapa langkah-langkah antisipasi.