Ia pun menggerakkan buruh lainnya untuk berdemonstrasi memrotes kebijakan pabrik. Aksinya dibalas represif oleh pihak pabrik.
Adian ditangkap dan dibawa ke kantor polisi Cakung. Ia juga dipecat dari pekerjaannya. Hal ini membuatnya bertekad ingin membela kaum yang lemah.
Adian yang kuliah di Fakultas Hukum Universitas Kristen Indonesia (UKI) terjun ke dunia aktivis dengan menjadi anggota Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) pada 1992.
Adian menjadi anggota senat mahasiswa pada 1995. Ia ikut berdemonstrasi mendukung Sri Bintang Pamungkas dalam unjuk rasa anti integrasi Timor-Timur di Dresden, Jerman.

Adian Napitupulu kolaps di pesawat menuju ke Palangkaraya
Peristiwa ini membuatnya ditangkap dan diinterogasi polisi. Pada 1996, Adian mendirikan Posko Mahasiswa Pro Megawati. Ketika kantor DPP PDI diserbu pada 27 Juli 1996, ia melakukan perlawanan dengan menggalang massa dari berbagai kampus dan luar kampus.
Adian juga menjadi salah satu pendiri Forum Kota (Forkot) yang beranggotakan mahasiswa dari 16 kampus di Jabodetabek.
Forkot menduduki gedung DPR/MPR pada saat terjadi unjuk rasa mahasiswa besar-besaran 18 Mei 1998. Banyaknya aktivitas Adian di luar kampus membuat pendidikannya sempat terbengkalai.
Ia mendapatkan gelar sarjana hukum pada 2007 atau setelah 16 tahun kuliah. Setelah lulus, Adian menjadi pengacara di Konsultan Hukum Kota Law Office.
Adian terjun menjadi calon legislatif melalui PDIP pada Pemilu 2009. Namun, ia belum berhasil tembus ke Senayan.