Follow Us

Tak Terima Tudingan Miring dari Alumni Indonesian Idol, Ternyata Marshanda Pernah Alami Hal Tragis Ini Waktu Kecil: 'Jujur Aku Masih Trauma Sampai Sekarang'

Bayu Dwi Mardana Kusuma - Kamis, 28 November 2019 | 10:56
Mantan Finalis Indoensian Idol ini Hanya Bisa Menangis Dapati Suaminya Sembunyi di Apartemen Marshanda
Grid.ID/Rissa Indrasty dan Annisa Dienfitri Awalia

Mantan Finalis Indoensian Idol ini Hanya Bisa Menangis Dapati Suaminya Sembunyi di Apartemen Marshanda

Fotokita.net - Nama Marshanda tiba-tiba jadi pembicaraan seantero Indonesia. Sayangnya, namanya kembali terangkat ke permukaan gara-gara ada tudingan miring.

Semua itu bermula dari perseteruan artis Marshanda dengan penyanyi jebolan ajang pencarian bakat Indonesian Idol, Karen Pooroe. Padahal beberapa tahun lalu, Marshanda dan Karen sempat menjadi teman dekat dan kini malah berseteru yang tampaknya kian meruncing.

Publik sempat terhenyak lantaran Karen Pooroe menggelar acara jumpa pers yang mengungkapkan isu perselingkuhan antara suaminya, Arya Satria Claproth dan Marshanda. Pada Selasa (26/11/2019) terang-terangan menuding Marshanda jadi pihak yang merusak rumah tangganya.

Karen mengatakan, dugaan perselingkuhan terungkap sewaktu ia dan suaminya bertengkar hebat pada 8 Oktober 2019 lalu. Saat itu, mantan kekasih Baim Wong ini juga mengaku mendapat perlakuan kasar dari Arya selama semalaman.

Baca Juga: Sudah Beberapa Kali Umrah ke Tanah Suci, Ternyata Maia Estianty Pernah Jadi Saksi Mata Atas Kejadian yang Tak Lazim di Masjidil Haram

Tindak kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) baru berakhir sewaktu pembantu di rumah tersebut melihat kejadian itu dan membangunkan anak Karen untuk memeinta Arya berhenti bersikap kasar.

"Pada saat itu, baju saya dirobek, saya dibekap dengan baju yang dirobek dari badan saya. Intimidasi itu dilakukan dari jam 11 malam sampai jam 5.30 pagi," kata Karen saat jumpa pers, Selasa, 26 November 2019.

"(Kekerasan) berakhir saat Mbak saya ambil video itu, ada bukti, saya mendapatkan tindak KDRT, lalu Mbak saya bangunkan anak saya, anak saya menyelamatkan saya, bangunkan saya dari tangga, berteriak minta bapaknya untuk stop aniaya saya," kata dia.

Setelah pertengkaran berakhir, Arya disebut Karen membawa anaknya pergi dari rumah. Setelah itu, suaminya tersebut memutus komunikasi sehingga tidak bisa dihubungi.

Karen Pooroe saat melakukan jumpa pers
Grid.ID/ Rissa Indrasty

Karen Pooroe saat melakukan jumpa pers

Tidak tinggal diam, Karen lantas membuat laporan tindak kekerasan tersebut ke pihak kepolisian, serta mencari keberadaan sang anak yang dibawa pergi suaminya selama berhari-hari.

"Sebagai ibu saya kehilangan anak saya. Dari 8 September sampai 28 Oktober mereka berada di apartemen Aspen di Fatmawati. Saya sangat mengenal tempat itu dan tahu siapa yang tinggal di tempat itu," kata dia.

Usai mendapat informasi, Karen memutuskan untuk memastikan kebenaran kabar tersebut dengan bertanya kepada tenaga pengamanan apartemen bersama adik, pihak kepolisian serta perwakilan Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI).

Baca Juga: Kutipan Wawancaranya di Amerika Jadi Viral, Rupanya Agnez Mo Juga Pernah Bikin Heboh Gara-gara Cuma Kenakan Ini Sewaktu Bertemu Jokowi

"Saya telepon intercom di atas, sudah tahu itu apartemen milik Marshanda atas nama ibu Rianti Sofyan, ibunya. Jadi saya sangat terkejut saat itu, karena mobil itu diikuti dari rumah ayahnya, akhirnya berhenti di Aspen, saya langsung datang ke Aspen," ujar Karen.

Keesokan harinya, Karen Pooroe yang datang kembali ke apartemen tersebut, meminta disambungkan komunikasi ke unit milik Marshanda. Mengetahui hal itu, Arya Claproth disebut Karen pergi membawa anaknya dari tempat tersebut.

"Walau sudah sepakat berpisah, kalau merasa benar kenapa kabur? Ke parkiran, kabur, saya loncat ke depan mobil. Saya ditabrak mobil saat itu. Kejar-kejaran di parkiran. Akhirnya dipalang sama adik dan Mbak saya." tutur Karen.

"Saat itu sangat kecewa ditemukan di situ (Apartemen Marshanda). Kenapa harus di situ bawa anak tinggal di tempat perempuan lain, itu yang nggak masuk akal," kata dia.

Kolase Karen Pooroe Idol dan Marshanda
Kolase Instagram/ Karenpooroe, marshanda99

Kolase Karen Pooroe Idol dan Marshanda

Dugaan perselingkuhan antara Marshanda dan Arya Claproth, membuat Karen mengambil sikap. Ditemani kuasa hukumnya, Acong Latief, ia meminta aktris sinetron tersebut memberikan klarifikasi.

"(Sebagai) langkah hukum, kita undang Marshanda untuk klarifikasi. Pertama kenapa ada (suami dan anak Karen) di sana. Apakah suaminya sewa dipinjemin atau ada apa, bisa kami pertimbangan. Dugaan (perselingkuhan) ini setelah Marshanda hadir ke kantor kami," kata Acong.

"Kalau klarifikasi dari Marshanda janggal, kami akan ada upaya hukum lain," kata dia.

Baca Juga: Ditinggal Pergi Sang Istri yang Baru Saja Dinikahinya, Apakah Kebiasaan Buruk Berjudi Penyanyi Jebolan Indonesian Idol Ini Muncul Kembali?

Usai konferensi pers yang diurai Karen Pooroe, Marshanda pun akhirnya buka suara.

Melalui laman Instagramnya yang sudah terverifikasi, Marshanda mempertanyakan soal pernyataan yang diurai Karen Pooroe.

Sebab, Marshanda ingin memperjelas tudingan apa yang sebenarnya sedang dilayangkan Karen Pooroe kepadanya.

Karenanya, Marshanda pun berujar bahwa ia bisa saja melaporkan Karen Pooroe ke ranah hukum.

Kesedihan Marshanda ungkap budi baik Cecep Reza semasa hidup.
Tangkap layar Youtube/Insert

Kesedihan Marshanda ungkap budi baik Cecep Reza semasa hidup.

Melalui klarifikasinya itu, Marshanda pun memberikan poin penting yang bisa saja menjerat Karen Pooroe dalam ranah hukum.

Berikut adalah klarifikasi dari Marshanda:

Sehubungan dengan berita yagn disampaikan oleh Karen Pooroe (KP), yang menyebut nama Marshanda, kami akan memberikan klarifikasi sebagai berikut:

Mengutip pernyataan KP, perlu dipastikan yang manakah arti spesifik dari ucapannya tersebut:

  1. Apakah suami dari KP telah menyewa salah satu properti milik Marshanda yang berbeda dengan kediaman Marshanda sendiri ?
atau,

  1. Apakah KP menyatakan bahwa suaminya beserta putrinya tinggal satu unit dengan Marshanda?
Apabila yang dimaksud KP adalah Poin B, maka Marshanda dapat menindaklanjuti pernyatan tersebut melalui jalur hukum karena itu adalah fitnah yang tidak sesuai dengan kenyataan

Demikian penjelasan dari kami, selaku Management yang mewakili Marshanda.

Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Marshed UniverseMarshanda Management

Marshanda merupakan artis peran yang sudah terkenal sejak kecil hingga kini.

Dia telah bermain di beberapa sinetron popular seperti Bidadari dan sebagainya.

Bisa dibilang, Marshanda merupakan superstar pada zamannya.

Namun, kita juga tahu bahwa wanita yang akrab dipanggil Caca ini juga pernah menjadi korban bully. Dan kejadian tersebut masih berdampak padanya.

Marshanda mengakui dirinya masih trauma dan masih segan untuk bertemu teman-teman yang pernah membulinya dulu.

"Jujur aku sih masih trauma sampai sekarang karena aku kan waktu SD dibully, walaupun sekarang aku kalau ketemu teman-teman SD aku mereka kayak 'sudahlah Ca, kita tuh care sama lo', tapi aku tetap aja segan sama mereka," ucap Marshanda di kawasan Mampang, Jakarta Selatan, baru-baru ini.

Meski kini sudah mulai membaik, Marshanda mengaku sempat terjebak dalam kondisi tak nyaman selama bertahun-tahun karena efek dari perlakuan bully teman-temannya.

Baca Juga: Tudingan Penyanyi Jebolan Indonesian Idol Itu Sudah Jadi Omongan Publik, Marshanda Justru Ajukan 2 Pertanyaan yang Harus Segera Direspon. Jika Tidak...

Tak hanya itu, Marshanda juga sempat merasa takut masuk ke dalam situasi sosial.

"Aku sempat merasa selalu seperti itu, apalagi ketika diundang di acara TV, awards ketemu musisi artis lain yang lebih senior, itu jujur selalu tegang karena itu tadi," tambah Marshanda.

Bisa dibilang, kasus bullying sering terjadi di Indonesia. Entah terjadi pada seorang aktris atau aktor, kadang juga terjadi pada teman kita.

Belum ada hukuman pasti untuk seorang yang melakukan bully. Jika dia masih sekolah, mungkin akan dikeluarkan dari sekolah.

Seperti kasus bullying di Thamrin City yang melibatkan 9 siswa SD dan SMP pada tahun 2018 silam.

Walau mereka sudah dikeluarkan dari sekolah atau melalui proses hukum, itu tidak membuat semuanya terasa benar.

Sebab, penderitaan korban bisa jadi tidak berhenti sampai di situ.

Marshanda.
Instagram/Marshanda99

Marshanda.

Sebuah penelitian terbaru mengemukakan, korban bullying di masa kecil ternyata berdampak 40 tahun kemudian, mulai dari efek sosial, fisik, sampai kesehatan mental.

Korban bullying tersebut memiliki risiko besar, memperoleh kesehatan fisik dan mental buruk pada umur 50 tahun.

Sering di-bully juga meningkatkan risiko depresi, kecemasan, dan kemauan untuk bunuh diri.

Penelitian yang dilakukan British National Child Development Study pada anak-anak yang lahir di Inggris ini, coba mengikuti perkembangan 7,771 anak berumur 7 sampai 11 tahun.

Ryu Takizawa, pimpinan penulis Institute of Psychiatry di King’s College London, mengatakan jika penelitian mereka menunjukan efek bullying masih terasa empat dekade kemudian.

“Dampak bullying sangat keras dan meresap, dengan konsekuensinya terhadap kesehatan, sosial, dan ekonomi, dapat berlangsung lebih lama,” ujar Takizawa seperti dilansir dari sciencedaily.com pada 2017 silam.

Individu yang di-bully pada masa kecil juga berisiko memiliki tingkat edukasi rendah, dengan lelaki yang dibully lebih berisiko untuk menganggur.

Hubungan sosial ternyata juga bisa terpegaruh. Dibully membuat mereka malas untuk melakukan aktivitas sosial, dan menurun tingkat kepuasan hidupnya.

Profesor Louise Arseneault, penulis senior dari Institute of Psychiatry di King’s menambahkan,

“Kita harus membuang jauh-jauh persepsi jika perilaku bullying itu tidak bisa terhindarkan dalam pertumbuhan.”

“Guru, orang tua, dan pembuat kebijakan harus waspada, apa yang terjadi di taman bermain anak-anak (bullying) memiliki dampak jangka panjang terhadap mereka.”

“40 tahun itu waktu yang panjang, jadi tidak ada keraguan tentang pengalaman anak-anak muda bisa melindungi mereka dari bullying, atau memperburuknya,” ujar Arseneault.

Baca Juga: Matanya Menatap Tajam Pada Si Pengancam Keluarganya yang Menangis Tersedu, Aktor Sinteron yang Rela Masuk Penjara Lagi Demi Bela Anak dan Istri Ini Masih Belum Bisa Terima: 'Harusnya Dia Ikut Casting!'

Tak sampai disitu, menurut sebuah studi terbaru dari tim peneliti gabungan internasional menunjukkan bahwa anak-anak yang menjadi korban perundungan memiliki kecenderungan untuk bunuh diri saat sudah remaja.

Temuan tersebut berdasarkan hasil pengamatan selama 15 tahun terhadap perkembangan 1.136 anak yang lahir pada tahun 1997 sampai 1998 dalam data studi jangka panjang di Quebec, Kanada.

Mereka mengamati laporan perundungan dari anak-anak berusia 6, 7, 8, 10, 12, dan 13 tahun.

Jumlah anak perempuan sedikit lebih banyak daripada laki-laki, yakni 53 persen.

Mereka pun berasal dari latar belakang sosial ekonomi, struktur keluarga yang berbeda.

Peneliti kemudian mengategorikan subyek penelitian menjadi beberapa kelompok, yakni bukan korban perundungan, korban ringan, dan korban parah.

Baca Juga: Kena Skak Presenter Kondang di Depan Kamera, Politikus Kontroversial Ini Masih Juga Pede Bakal Segera Dapat Jabatan dari Jokowi: Jadi Penasihat Spiritual Atau Juru Bicara?

Dalam pengamatan para ilmuwan yang dipublikasikan di Canadian Medical Association Journal pada tahun 2018 silam, keinginan untuk bunuh diri saat remaja salah satunya disebabkan oleh gangguan kesehatan mental yang berasal dari pengalaman masa kecil.

"Temuan kami menunjukkan ada sekitar 15 persen anak-anak yang menjadi korban parah akan kekerasan sejak awal di sekolah sampai transisi ke sekolah menengah atas," kata Dr Marie-Claude Geoffroy dari McGill Group.

"Anak-anak ini memiliki risiko lebih besar mengalami gejala depresi atau kecemasan hingga bunuh diri saat mereka remaja," sambungnya.

Studi yang dilakukan Geoffroy bersama rekan penelitiannya menemukan bahwa anak-anak yang pernah mengalami kekerasan parah dua kali lipat lebih mungkin memiliki gejala depresi saat mereka berusia berusia 15 tahun.

Mereka pun memiliki kemungkinan tiga kali lebih besar untuk mengalami kecemasan dan hampir 3,5 kali lebih mungkin untuk melaporkan keinginan bunuh diri dibanding anak-anak dalam kategori tidak pernah atau jarang mengalami kekerasan.

Lalu, sekitar 59 persen anak-anak mengalami kekerasan saat mereka masih duduk di bangku Sekolah Dasar dan rutinitas kekerasan terhadap teman cenderung menurun saat usia anak-anak bertambah.

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya

Latest