Follow Us

Soal Komposisi Kabinet Kerja Jilid II, Jokowi Diingatkan Agar Tak Melakukan Kesalahan Memalukan Seperti 5 Tahun Lalu

Bayu Dwi Mardana Kusuma - Minggu, 20 Oktober 2019 | 07:46
Presiden Joko Widodo menyampaikan kata pengantar untuk membuka Rapat Kabinet Paripurna tentang evaluasi pelaksanaan RPJMN 2014-2019 dan persiapan implementasi APBN 2020 di Istana Negara, Jakarta, Kamis (3/10/2019).
Kompas/Wawan H Prabowo

Presiden Joko Widodo menyampaikan kata pengantar untuk membuka Rapat Kabinet Paripurna tentang evaluasi pelaksanaan RPJMN 2014-2019 dan persiapan implementasi APBN 2020 di Istana Negara, Jakarta, Kamis (3/10/2019).

Fotokita.net - Dalam sidang paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) yang digelar Minggu (20/10/2019), Joko Widodo-KH Ma'ruf Amin akan dilantik sebagai presiden dan wakil presiden 2019-2024.

Sekretariat Jenderal MPR telah mempersiapkan serangkaian acara pelantikan lima tahunan ini. Acara pelantikan dijadwalkan dimulai pukul 14.30 WIB dan diperkirakan selesai pada 15.48 WIB.

Presiden terpilih Joko Widodo menyebutkan, pengumuman Kabinet Kerja Jilid 2 kemungkinan akan diumumkan pada malam hari setelah dirinya dilantik sebagai Presiden 2019-2024 atau sehari setelahnya.

Baca Juga: Menunggu Komposisi Kabinet Kerja Jilid II, Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia Ini Justru Bilang Ada Menteri Jokowi yang Tak Pernah Pakai WA. Kenapa Buat Komunikasi Dia Masih Pakai SMS?

Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden digelar Minggu (20/10/2019).
Dok Kompas TV

Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden digelar Minggu (20/10/2019).

Jokowi akan dilantik bersama wakilnya, KH Ma'ruf Amin, sebagai Presiden dan Wakil Presiden pada Minggu (20/10/2019).

Bagaimana prediksi komposisi kabinet Jokowi yang baru alias Kabinet Kerja Jilid 2?

Peneliti Center for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes mengatakan, salah satu yang dinantikan adalah sikap akhir Partai Gerindra. Belakangan, Gerindra menunjukkan sinyal merapat ke gerbong koalisi.

Menurut Arya, keputusan Gerindra bisa memengaruhi postur kabinet.

"Jadi memang politik akomodatif yang terlihat berlebihan itu memang memengaruhi postur kabinet," ujar Arya, saat dihubungi, Sabtu (19/10/2019).

Baca Juga: Masa Kerja Telah Usai, Sri Mulyani Bongkar Kebiasaan Unik Salah Satu Menteri Kabinet Kerja Ini. Apa Rahasianya?

Ia mengatakan, dengan dukungan yang cukup banyak, Presiden dituntut memberikan konsesi posisi menteri ke partai-partai politik.

Presiden Joko Widodo (kanan) melakukan pertemuan dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kiri) di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (11/10/2019).
ANTARA FOTO

Presiden Joko Widodo (kanan) melakukan pertemuan dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kiri) di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (11/10/2019).

Dengan kata lain, bertambahnya anggota koalisi tentu akan memperbesar kemungkinan calon-calon menteri dari partai politik.

Sementara itu, pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Aisah Putri Budiatri, mengatakan, yang harus diingat adalah janji Jokowi yang menyebutkan bahwa profesional akan mengisi 55 persen kursi di kabinet.

Sementara, porsi menteri dari partai politik maksimal 45 persen. Selain itu, menurut dia, Jokowi juga harus memastikan agar menterinya tidak memiliki masalah sebelum dilantik.

"Jangan sampai mengulang kejadian Archandra di masa lalu misalnya," kata dia.

Aisah menambahkan, postur kabinet juga harus tepat dan sesuai dengan kebutuhan kerja pemerintah ke depan.

Baca Juga: Resmi Berpisah, Jokowi Minta Maaf Kepada Para Pembantunya di Kabinet Kerja, Terutama 2 Sosok Menteri Ini. Akankah Mereka Kembali Terpilih?

Dia mengingatkan pemerintah untuk tidak membentuk lembaga atau posisi baru yang tidak efektif dan hanya membuang anggaran negara.

Fotografer kawakan Darwis Triadi bercerita soal pengalamannya memotret Jokowi dan KH Ma'ruf Amin.
Dito Jati

Fotografer kawakan Darwis Triadi bercerita soal pengalamannya memotret Jokowi dan KH Ma'ruf Amin.

Oleh karena itu, menurut dia, dalam konteks ini, Presiden juga patut mengevaluasi efektivitas struktur baru yang muncul di kabinet periode kedua ini.

"Atau, bisa juga memikirkan tentang posisi wakil menteri, yang belakangan menjadi isu publik. Jokowi harus benar-benar memikirkan apakah posisi wamen itu diperlukan dan siapa yang kiranya tepat mengisi posisi ini," ujar Aisah. (Rosiana Haryanti/Kompas.com)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya

Latest