Demo Ricuh di DPR Renggut Nyawa 3 Anak Muda Ini, Benarkah Polisi Jadi Penyebab Kematiannya? Jawaban Itu Masih Tertutupi Misteri Hingga Kini

Bayu Dwi Mardana Kusuma - Minggu, 13 Oktober 2019 | 11:19
 
Ibu Akbar Alamsyah, Rosminah (kiri) menangis saat prosesi pemakaman korban demo ricuh Akbar Alamsyah di Taman Pemakaman Umum (TPU) kawasan Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta, Jumat (11/10/2019). Korban demo ricuh di DPR Akbar Alamsyah meninggal dunia di RSPAD Gatot Subroto, Kamis (10/10/2019) sekitar
ANTARA FOTO
ANTARA FOTO/GALIH PRADIPTA

Ibu Akbar Alamsyah, Rosminah (kiri) menangis saat prosesi pemakaman korban demo ricuh Akbar Alamsyah di Taman Pemakaman Umum (TPU) kawasan Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta, Jumat (11/10/2019). Korban demo ricuh di DPR Akbar Alamsyah meninggal dunia di RSPAD Gatot Subroto, Kamis (10/10/2019) sekitar

Tampak sejumlah pelajar tumpangi kendaraan di Tol Dalam Kota Cawang arah Semanggi untuk menuju Gedung DPR, Jakarta Pusat, Rabu (25/9/2019).
KOMPAS.COM/DEAN PAHREVI

Tampak sejumlah pelajar tumpangi kendaraan di Tol Dalam Kota Cawang arah Semanggi untuk menuju Gedung DPR, Jakarta Pusat, Rabu (25/9/2019).

2. Maulana Suryadi

Maulana Suryadi (24) adalah korban selanjutnya saat aksi unjuk rasa yang digelar di depan Gedung DPR RI. Kepada ibunya, Maspupah, Maulana meminta izin untuk mengikuti aksi unjuk rasa pada 25 September malam.

Awalnya, Maspupah tak mengizinkan anaknya untuk mengikuti aksi unjuk rasa itu. Namun, Maulana tetap memohon-mohon kepada sang ibu. Dengan berat hati, Maspupah pun mengizinkan anaknya untuk mengikuti demo di sekitar Gedung DPR RI.

"Iya minta izin katanya mau demo. 'Ngapain demo, enggak ada kerjaan demo-demo,' kata saya," ujar Maspupah saat ditemui di rumahnya di kawasan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Kamis (3/10/2019).

Baca Juga: Akhirnya Mulai Terkuak, Para Pelajar Ini Mengaku Kecewa Dibilang Provokator dan Tak Ada Bayaran Setelah Ikut Demo di Grup WhatsApp STM

Sejumlah pelajar terlibat kerusuhan di kawasan Palmerah, Jakarta, Rabu (25/9/2019). Mereka membakar sejumlah sepeda motor di depan pos polisi Palmerah.
KOMPAS.com
KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO

Sejumlah pelajar terlibat kerusuhan di kawasan Palmerah, Jakarta, Rabu (25/9/2019). Mereka membakar sejumlah sepeda motor di depan pos polisi Palmerah.

Maulana pun langsung berangkat menuju Jembatan Slipi, Jakarta Barat. Keesokan harinya, Maspupah mendapatkan informasi dari polisi yang mendatangi rumahnya bahwa anaknya telah meninggal dunia.

Delapan polisi yang mendatangi rumahnya langsung mengajak Maspupah untuk melihat jenazah Maulana di Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur.

"Polisi ngajak makan dulu. Saya sempat ditawari makan. Enggak ah makasih sudah kenyang," ucap Maspupah. Ketika sampai ke rumah sakit, tangis Maspupah makin pecah kala melihat wajah anaknya.

Kala itu, Maspupah melihat tubuh anaknya telah kaku dan biru. Maspupah pun diminta menandatangani surat oleh polisi.

Dia tidak ingat jelas isi suratnya. Namun, yang dia ingat surat itu berisi keterangan bahwa anaknya meninggal karena asma.

Editor : Fotokita

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular