Karena itu, Menlu Retno memberikan sejumlah solusi untuk meningkatkan keamanan adalah melalui pemahaman terhadap kondisi medan maupun kebutuhan masyarakat setempat.
Menurutnya, seorang anggota penjaga perdamaian tidak hanya punya dasar tempur yang kuat. Namun juga dibekali dengan soft skill seperti komunikasi dan mampu meraih kepercayaan.
Selain itu, dia juga mengusulkan adanya penambahan anggota perempuan karena mereka bisa mendekati kombatan maupun sipil, dan menyediakan kenyamanan bagi mereka yang trauma.

Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi (depan) dan Utusan Khusus Republik Dominika untuk PBB Jose Singer Weisinger (kiri), terlihat mengenakan batik saat hadir dalam Sidang Dewan Keamanan PBB yang bertempat di markas besar mereka di New York, Amerika Serikat, Selasa (7/5/2019).
Menlu Retno juga mengusulkan Indonesia Peacekeepong Center bisa dijadikan sebagai basis pelatihan bagi prajurit anggota penjaga perdamaian skala internasional.
"Marilah kita semua berada di belakang Blue Helmets, dan menyediakan mereka dengan segala kebutuhan yang mereka minta," ujar Menlu Retno dalam pidatonya.
Di Indonesia, Hari Batik Nasional jatuh pada tanggal 2 Oktober setiap tahunnya. Warisan masyarakat Jawa ini bahkan telah diakui UNESCO sebagai salah satu warisan budaya lisan dan budaya tak-benda sejak 2 Oktober 2009.
Batik merupakan hasil kerajinan dengan nilai seni yang tinggi. Ia telah menjadi bagian dari budaya Indonesia -- terutama di Jawa -- sejak lama.
Pada zaman dulu, wanita Jawa membuat keterampilan batik sebagai mata pencaharian. Batik pada masa lalu dianggap sebagai karya eksklusif wanita, hingga ditemukannya "Batik Cap" yang memungkinkan pria dapat ikut membuat batik.

Utusan Khusus Republik Dominika untuk PBB Jose Singer Weisinger (kiri), Koordinator Politik Misi Perancis untuk PBB Antoine Michon (tengah), dan Duta Besar Jerman untuk PBB Christoph Heusgen (kanan) mengenakan batik saat menghadiri sidang Dewan Keamanan PBB di New York Selasa (7/5/2019).