Selain masyarakat pendatang, masyarakat asli Papua juga ikut mengungsi ke kampung-kampung.
"Kita juga data orang asli Papua yang mengungsi ke kampung-kampung untuk diberikan logistik, sebab setelah kejadian, tidak ada tempat usaha yang buka untuk mereka belanja," katanya di posko induk bantuan logistik di gedung Ukumearek Asso Wamena, Senin (30/09).

Ikatan Keluarga Minang Padang di Papua membuka posko pengungsian di kawasan Sentani, Jayapura. Ada ratusan warga asal Sumatera Barat yang bermukim di Wamena sebelum kerusuhan melanda 23 September lalu.
"Di pengungsian ada yang sakit saya sudah perintahkan tim medis untuk datang ke tempat-tempat pengungsi. Ada bantuan tenaga medis juga dari TNI dan Polri untuk membantu obat maupun tenaga. Bukan hanya itu dokter-dokter kita juga melakukan trauma healing khususnya kepada anak-anak," katanya.
Sejumlah warga pendatang dari Padang, Jawa, Makassar bercerita bagaimana mereka diselamatkan saat kerusuhan di Wamena setelah rumah mereka dibakar.
Salah seorang yang lolos adalah Mus Mulyadi yang memulai ceritanya pada Senin pagi Senin pagi sekitar pukul 08.00, 23 September lalu.
Pria asal Sumatera Barat ini sedang berjualan aneka makanan. Sate padang, lontong sayur, dan gado-gado sudah rapi tertata pada wadahnya.
"Saya baru buka. Pembeli baru satu-dua. Langsung pecah (kericuhan). Saya langsung jemput anak saya di sekolah," tutur Mus yang sudah bermukim di Wamena sejak 2006 lalu.
Selang 15 menit, pembakaran terjadi di samping SMP, cerita Mus.

Kerusuhan di Wamena
"Setelah anak saya bawa pulang, kantor bupati dibakar. Selanjutnya POM bensin dibakar, merembet ke Woma," papar Mus saat ditemui di penampungan Ikatan Keluarga Minang (IKM) di Sentani oleh wartawan Enggel Wolly yang melaporkan untuk BBC News Indonesia, Senin (30/09).