Follow Us

Tak Peduli Caci Maki Netizen, Influencer Bertubuh Besar Ini Justru Dulang Jutaan Rupiah dari Industri Kecantikan. Foto-fotonya Tetap Gaya dan Pede!

Bayu Dwi Mardana Kusuma - Minggu, 29 September 2019 | 10:37
Intan Kemalasari kampanyekan #GueGendutGuePD
VOA Indonesia

Intan Kemalasari kampanyekan #GueGendutGuePD

Meski Intan memandang hal ini sebagai sebuah wujud intervensi yang tak perlu, namun ternyata pengamat memandang ini sebagai sebuah bentuk fenomena benturan budaya.

Baca Juga: Sambil Pegang Jari di Balik Kain Sarung, Begini Cara Menawar di Pasar Ternak Ini. Lihat Foto-foto Tradisi Leluhur Orang Minang Nan Unik

Peneliti sosial vokasi Universitas Indonesia, Devi Rachmawati, menjelaskan pada VOA, hal ini terjadi karena masyarakat Indonesia pada dasarnya memiliki budaya komunal. Lontaran pertanyaan serta pernyataan personal yang kerap dipandang masuk dalam ranah privat, menurutnya sebenarnya berasal dari itikad yang baik.

“Kita memang masyarakat komunal. Sekarang suka ada pertanyaan ‘kapan kawin?’, lalu pertanyaan soal agama dan sebagainya. (Secara tradisi) Pertanyaan-pertanyaan itu bukan sesuatu yang tabu. Bagi masyarakat komunal kita memiliki tanggung jawab sosial yang kuat. Bukan sekedar kepo (rasa ingin tahu) atau memojokkan orang lain,” jelas Devi.

Menurut Devi, saat ini tengah terjadi kesenjangan kebudayaan antar generasi akibat perkembangan teknologi dan globalisasi. Budaya barat yang cenderung individualistis, diakui Devi, menyebar dan mempengaruhi generasi milenial.

“Teknologi tanpa kita sadari membuat wajah manusia nyaris sama. Memang akan terjadi homogenitas kebudayaan. Yang kita baca, konsumsi, bahkan alat yang kita pegang semuanya sama, sehingga mau tidak mau membuat lalu lintas budaya semakin cepat,”

Namun Devi percaya kearifan budaya komunal dan gotong royong masyarakat Indonesia masih akan bertahan. “Tetapi mereka (generasi muda Indonesia) tidak bisa menyerap budaya baru tersebut secara utuh, karena secara fisik mereka masih ada di Indonesia. Jumlah mereka juga hanya sekitaran sepertiga populasi sehingga masih banyak berinteraksi dengan generasi baby boomer dan generasi X,” tambah Devi. (VOA Indonesia/Rendy Wicaksana/ah)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya

Latest