“Tiba-tiba sekitar pukul 04.00, kami ditembak gas air mata. Polisi langsung berlari ke arah kami, dan menangkap teman saya yang bernama Adista (26). Saat ditangkap, dia dikerumuni polisi. Ada yang pukul pakai tangan dan tongkat kayu,” katanya.
Polisi menghapus foto dan video wartawan saat meliput kericuhan di kawasan Slipi, Jakarta, Kamis (26/9/2019) subuh. Tak hanya itu, mereka mengusir wartawan agar tak meliput kericuhan yang bermula dari unjuk rasa pelajar pada Rabu (25/9/2019) sore.
Peristiwa tersebut terjadi di perempatan Slipi, pertemuan antara Jalan Palmerah Utara dan Jalan Letjen S Parman, sekitar pukul 03.00 WIB, Kamis (25/9/2019) subuh. Saat itu, personel polisi baru saja kembali setelah bergerak mencari perusuh. Mereka kembali dengan membawa dua terduga perusuh.
Kedua terduga perusuh hendak dimasukkan ke mobil tahanan. Namun sebelum masuk mobil, sejumlah anggota polisi yang berada di lokasi memukulnya terlebih dahulu dengan tangan hingga tongkat kayu.
Kompas bersama seorang wartawan dari media lain yang menyaksikan hal itu, tiba-tiba didatangi dua personel polisi. Mereka kemudian mempertanyakan keberadaan wartawan di lokasi kericuhan. Tak hanya itu, mereka memaksa mengambil ponsel wartawan. Mereka melihat foto dan video di ponsel dan langsung menghapusnya.
Setelah itu, kedua polisi mengusir wartawan. Mereka menilai keberadaan wartawan mengganggu kerja polisi.