Adapun unjuk rasa dipicu adanya informasi hoaks dugaan ujaran rasis dari seorang guru ke salah satu siswa di SMA PGRI Wamena pada tanggal 21 September 2019.
Massa mendatangi sejumlah sekolah dan meminta para pelajar berhenti untuk mengikuti kegiatan belajar. Massa pun membakar banyak fasilitas publik milik pemerintah seperti kantor Bupati Jayawijaya, sejumlah pertokoan, dan ratusan rumah warga.

Kantor Bupati Jayawijaya yang dibakar massa pada Senin (23/9/2019) kemarin.
Jaringan internet di Wamena pun telah terputus. Bandar Udara Wamena pun tidak beroperasi sejak Senin pagi. Aktivitas perekonomian di daerah yang menjadi pusat distribusi barang di kawasan pegunungan tengah Papua ini pun lumpuh total.
Yudhi (40), salah satu warga yang mengungsi mengaku, para pengungsi berharap adanya bantuan makanan, tenda, selimut, air bersih dan obat-obatan.

Kantor Bupati Jayawijaya yang dibakar massa pada Senin (23/9/2019) kemarin.
“Saat ini warga hanya tidur di ruang terbuka milik Kodim dan Polres Jayawijaya. Semua pusat perbelanjaan, kios dan apotik ditutup pemiliknya,” ungkap Yudhi. (FABIO MARIA LOPES COSTA/Kompas.id)