Follow Us

Baru Terima Aliran Listrik Jelang Pergantian Milenium, Komunitas Tradisi di Jawa Ini Baru Tahu Indonesia Merdeka Pada Tahun 1963

Bayu Dwi Mardana Kusuma - Kamis, 19 September 2019 | 17:29
Pementasan wayang kulit oleh dalang cilik Eko Cahyono di Festival Samin, Rabu (11/9/2019) malam, di Dusun Jepang, Margomulyo, Bojonegoro, Jawa Timur.
KOMPAS/AMBROSIUS HARTO

Pementasan wayang kulit oleh dalang cilik Eko Cahyono di Festival Samin, Rabu (11/9/2019) malam, di Dusun Jepang, Margomulyo, Bojonegoro, Jawa Timur.

Pementasan teater Ode Samin memeriahkan Festival Samin di Dusun Jepang, Margomulyo, Bojonegoro, Jawa Timur, Selasa (10/9/2019) malam.
KOMPAS/AMBROSIUS HARTO

Pementasan teater Ode Samin memeriahkan Festival Samin di Dusun Jepang, Margomulyo, Bojonegoro, Jawa Timur, Selasa (10/9/2019) malam.

Harjo Kardi yang lahir pada 1934 di Dusun Jepang menuturkan, Surokarto Kamidin memiliki hubungan cukup dekat dengan proklamator Soekarno. Untuk mengonfirmasi kebenaran bahwa Indonesia telah merdeka, Surokarto Kamidin pergi sendiri ke Jakarta untuk bertemu Soekarno.

Usaha pertama, tidak diketahui tahunnya, gagal karena Soekarno pergi ke mancanegara. Yang kedua atau sekitar 1963, Surokarto Kamidin berhasil bertemu Soekarno dan mendapatkan informasi bahwa Indonesia telah merdeka. Jadi, ada jeda 18 tahun bagi warga Dusun Jepang mengetahui bangsanya telah merdeka.

Baca Juga: Nyeri Hati Soal Korupsi, Pegawai KPK Bersuara Lewat Deklamasi. Begini Beda Puisi Mereka dengan Sajak Karya Fadli Zon...

Listrik masuk ke Dusun Jepang pada akhir 1999 atau menjelang pergantian milenium. Jalan menuju dusun tak lagi makadam, tetapi konblok yang dipasang pada 2017. Di dusun ada sekolah dasar negeri, bahkan tempat ibadah, yakni masjid, yang bersebelahan dengan balai budaya.

Pementasan teater Topeng Gathuk saat Festival Samin di Dusun Jepang, Margomulyo, Bojonegoro, Jawa Timur, Selasa (10/9/2019) malam.
KOMPAS/AMBROSIUS HARTO

Pementasan teater Topeng Gathuk saat Festival Samin di Dusun Jepang, Margomulyo, Bojonegoro, Jawa Timur, Selasa (10/9/2019) malam.

Di kehidupan, tidak lagi Wong Samin sekadar bertani. Ada yang berdagang, jadi aparatur, pengusaha, dan pegawai. Mereka juga jamak memakai benda-benda dari bahan yang dianggap ”tak lestari”, yakni dari plastik. Ada sebagian petani yang sudah memakai pupuk kimia daripada bertahan dengan pupuk kandang.

Tidakkah toleransi atau keterbukaan bisa berisiko tinggi akan datangnya budaya penyusup yang merusak atau mengubah tatanan dalam kehidupan Sedulur Sikep di Dusun Jepang? ”Ora keno beda sapodo padaning urip (membeda-bedakan sesama makhluk hidup) lan jujur, sabar, trokal, narimo,” ujar Harjo Kardi. (Ambrosius Harto/Kompas.id)

Source : Kompas.id

Editor : Fotokita

Baca Lainnya

Latest