Dalam sepekan terakhir Indonesia dan Malaysia saling tuduh soal asap kebakaran hutan dan lahan -karhutla- di tengah desakan pegiat lingkungan agar kedua negara bekerja sama mengatasi masalah yang rutin muncul ini.
Pegiat lingkungan juga mendesak pemerintah Indonesia mempublikasikan daftar perusahaan yang lahannya terbakar. Namun hingga kini data korporasi itu urung dibuka dengan alasan "penyidikan yang belum tuntas".

Kabut asap karhutla sangat pekat di jalan lintas Riau-Sumatera Barat di perbatasan Pekanbaru dengan Kabupaten Kampar, Riau, Kamis (12/9/2019).
Rabu lalu, Menteri Lingkungan Malaysia, Yeo Bee Yin, menyebut ada basis data atas tudingan asap karhutla Indonesia telah sampai ke negaranya.
Yeo menuding Indonesia tidak transparan tentang berbagai titik api yang berpotensi menyebrang ke Malaysia.
Yeo merujuk pernyataannya pada data yang dihimpun ASEAN Specialised Meteorological Centre (ASMC), forum kerja sama regional antara badan meteorologi di Asia Tenggara.
ASMC menyebut terdapat setidaknya 474 hotspot di Kalimantan dan 387 di Sumatera. Adapun, arah angin dalam beberapa waktu terakhir mengarah ke utara.
Seluruh tudingan itu dibantah pemerintah Indonesia. BMKG menyatakan tak ada asap yang menyebar dari Sumatera ke Malaysia.
Bahkan, BMKG mengklaim melihat titik panas yang semakin banyak di Semenanjung Malaysia.

Kabut asap karhutla sangat pekat di jalan lintas Riau-Sumatera Barat di perbatasan Pekanbaru dengan Kabupaten Kampar, Riau, Kamis (12/9/2019)
Juru Bicara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Jati Witjaksono, menilai tidak ada perseteruan di antara dua negara.